• Tuesday, 25 November 2025
  • Ngasiran
  • 0

Oleh: Ngasiran

Wanita Theravada Indonesia (WANDANI) kembali menyelenggarakan program Wandani Basic Dhamma secara daring, pada Selasa (18/11/2025). Program ini diikuti oleh pengurus dan anggota dari berbagai daerah sebagai upaya memperkuat dasar pemahaman Dhamma. Pada sesi kali ini, Wenny Lo hadir sebagai narasumber dan menyampaikan materi mengenai kekuatan keyakinan serta pemahaman terhadap hukum alam menurut Buddhadharma.

Di awal pemaparan, Wenny Lo mengajak para peserta melakukan refleksi batin terkait kekokohan saddhā dalam kehidupan masing-masing. Ia membuka sesi dengan pertanyaan yang menantang peserta untuk melihat ke dalam diri. “Seberapa kuat keyakinan kita kepada Buddha-Dhamma? Kalau diukur dari 1 sampai 10, kita berada di angka berapa?” ujar Wenny Lo.

Ia menegaskan bahwa keyakinan seseorang tidak diukur saat keadaan baik-baik saja, tetapi justru ketika menghadapi tekanan. Wenny Lo mengajak peserta membayangkan situasi ketika hidup di lingkungan yang mayoritas bukan Buddhis, atau saat menghadapi penderitaan dan kehilangan. “Apakah kita tetap berkeyakinan benar, atau kita tergoyahkan? Ketika kita sakit, atau orang yang kita cintai sakit, apakah kita mempertanyakan mengapa ini terjadi pada kita?” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Wenny Lo juga membagikan pengalaman pribadi tentang perjalanannya memegang teguh keyakinan. Ia pernah menjadi satu-satunya umat Buddha dalam keluarga besar suaminya. Meski demikian, ia menyebut tidak pernah merasa goyah. “Cinta saya kepada Buddha-Dhamma menembus bumi dan alam semesta. Walaupun saya hidup sendiri, keyakinan saya tidak akan berubah,” tutur Wenny Lo.

Ia turut menceritakan kisah sahabatnya dari luar negeri yang kehilangan putrinya secara mendadak. Meski didera duka mendalam, sahabat tersebut tetap mampu menjaga keteguhan batin karena memahami ajaran Buddha. Menurut Wenny Lo, sahabatnya berkata, “Untung saya mengenal Dhamma. Itu membuat saya tidak goyah.” Contoh ini ia gunakan untuk menunjukkan bagaimana pemahaman Dhamma bisa menjadi penopang dalam keadaan paling sulit sekalipun.

Lebih jauh, Wenny Lo menyinggung bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari pasangan-pasangan dualitas: dicintai atau tidak dicintai, dipuji atau dicela, untung atau rugi. Fenomena ini ia lihat sering muncul dalam kisah-kisah yang berseliweran di media sosial. Namun, ia mengingatkan peserta agar tidak membiarkan keadaan duniawi tersebut menggoyahkan keyakinan terhadap ajaran Buddha.

Pada bagian lain, Wenny Lo mengajak peserta merenungkan pertanyaan yang sering muncul dalam dialog lintas agama, yakni siapa yang sebenarnya mengatur kehidupan manusia. “Siapa yang mengatur hidup kita? Tuhan atau hukum alam?” tanyanya. Ia kemudian menegaskan bahwa dalam Buddhadharma, kehidupan berjalan bukan karena kehendak pencipta, melainkan karena hukum alam yang bekerja secara konsisten.

Menurut Wenny Lo, kejadian seperti sakit, bencana alam, atau berbagai pengalaman hidup lainnya bukan bentuk hukuman, tetapi bagian dari proses alam yang berjalan sesuai sebab dan kondisi. Pemahaman ini, katanya, membantu seseorang menerima realitas dengan lebih jernih.

Sesi Wandani Basic Dhamma bersama Wenny Lo diakhiri dengan ajakan untuk memperkuat saddhā serta memahami kehidupan melalui kacamata hukum alam. Ia menekankan pentingnya mempertahankan keyakinan dalam kondisi apa pun. “Sebagai pengurus dan anggota WANDANI, kita harus memberi contoh bagaimana tetap teguh pada Buddha-Dhamma,” ujar Wenny Lo menutup sesi.

Program ini diharapkan semakin memperdalam pemahaman dasar Dhamma bagi peserta serta memperkuat fondasi spiritual perempuan Buddhis di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *