Belakangan, makin sering kita lihat Waisak dirayakan di mal-mal. Tentu ini sangat bagus untuk lebih memperkenalkan Buddhisme ke masyarakat umum. Salah satunya adalah perayaan Waisak yang bertema “Vesak Day: The Celebration of Kindness” di Emporium Mall, Pluit, Jakarta Utara tanggal 12-18 Mei 2014 lalu.
Acara yang diadakan oleh Emporium Pluit Mall bekerjasama dengan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) DKI Jakarta dan sejumlah vihara/sekolah/organisasi Buddhis tersebut menghadirkan festival makanan vegetarian sebagai sajian utama. Selain itu juga ada puja Waisak, penampilan artis Buddhis dari Namaste Studio, konser Anak Buddhis Indonesia, drama musikal Sutasoma, lomba storytelling, seminar, talkshow, hingga peluncuran album lagu Buddhis. Juga ada pemandian Buddha rupang.
“Kita bikin acara di mal agar suasana Waisak bisa dibawa ke dalam mal, seperti hari-hari raya agama lain,” jelas Kionnardo, koordinator acara yang juga ketua MBI DKI Jakarta.
“Kita ingin agar di mal-mal ada suasana Waisak,” ia menambahkan. Menurutnya, letak Emporium Mall yang berada di tengah-tengah komunitas Buddhis sangatlah strategis, sehingga manajemen Emporium Mall pun menyambut kerjasama ini dengan antusias. Manajemen tidak memungut biaya sewa kepada panitia. Bahkan Emporium Mall sampai memfasilitasi mengundang Marcell menjadi bintang tamu khusus untuk acara ini.
Marcell manggung pada hari terakhir selama satu jam dengan membawakan 8 lagu hits miliknya. “Selamat merayakan hari raya Waisak. Semoga semua makhluk berbahagia, kita semua dijauhkan dari kebencian dan ketakutan,” sapa Marcell kepada para pengunjung.
Para pengunjung, terutama anak-anak muda, sangat menikmati aksi panggungnya. Beberapa kali mereka ikut bernyanyi bersama. Wah, seandainya saja Marcell menyanyikan juga lagu Buddhis, pasti lebih seru.
Aksi panggung dari para penyanyi Buddhis, tari, dan drama musikal juga mendapat respon yang sangat baik dari para pengunjung mal. “Event ini bisa menjadi panggung bagi para artis Buddhis untuk memperkenalkan Buddha Dharma melalui musik. Karena anak muda butuh hal seperti ini, nggak bisa terlalu kaku,” ujar Kionnardo.
Yang juga menarik, pengisi acara berasal dari berbagai aliran Buddhis, misalnya drama musikal Sutasoma oleh Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya dari Theravada, Mahayana diwakili oleh Sekolah Dharma Suci, hingga permainan angklung dari Vihara Nichiren Soshu.
Bahkan salah satu pengisi acaranya jauh datang dari Lombok, yaitu Shalute Band. Musik yang mereka mainkan pun berbeda dengan musik Buddhis pada umumnya: rock Buddhis!
Ada juga sesi perkenalan lagu-lagu Buddhis. “Kita ingin agar lagu-lagu Buddhis bisa diputar di mal-mal, bukan hanya di Emporium. Kita harapkan seluruh mal di Jakarta bisa memutar lagu-lagu Buddhis (setidaknya saat Waisak),” harap Kionnardo.
Untuk festival makanan vegetarian, ada 30 stand yang ikut serta. Beberapa diantaranya adalah restoran vegetarian yang sudah cukup kita kenal, yaitu Dharma Kitchen, Royal Kitchen, Vegetus, Kantin Sujata, Kampoeng Kita, hingga Hua Wai.
Menurut Kionnardo, “Kami mengajak restoran-restoran vegetarian untuk buka stand, karena orang yang berbisnis vegetarian bisanya setengah hatinya ingin berbakti, tidak cari untung. Cari untung di bisnis vegetarian itu sangat minim karena pangsa pasarnya terbatas.”
Menu-menu vegetarian yang ditawarkan adalah yang memiliki citarasa mendekati aslinya supaya masyarakat tetap tertarik. “Paling tidak untuk perkenalan awal, masyarakat umum bisa tertarik,” tambah Kionnardo.
Dharma Kitchen misalnya. Restoran vegetarian terkenal ini menyajikan menu western food dan chinese food secara bersamaan. Tiap hari ganti menu. “Yang digemari smoke fish dan fettucini,” kata Sri, penanggungjawab stand Dharma Kitchen. Menurutnya, hasil penjualannya cukup lumayan. Bahkan sewaktu hari Waisak dan akhir pekan, beberapa menunya sampai habis dan harus mengambil lagi ke kantor pusat yang kebetulan tidak jauh dari Emporium Mall.
Stand-stand vegetarian memang terlihat selalu ramai terutama pada jam makan, pas hari libur Waisak, dan akhir pekan. “Hari ini saya datang karena hari ini penutupan, salah satu menu bazaar vegetarian di sini saya suka banget takutnya besok-besok nggak ketemu,” ujar Lidyana, salah satu pengunjung. Menu yang dimaksudnya adalah soto Betawi. Bahkan dengan bangga ia bercerita, “Pas Waisak makan dua mangkuk. Haha.”
Lidyana menjadi tahu banyak menu makanan dan restoran vegetarian yang selama ini ia belum tahu. Baginya, ini adalah pertama kalinya ia menghadiri acara Waisak di mal. “Acara ini diadakan pas momen Waisak, rasanya nyaman banget,” ujarnya.
Respon pengunjung terhadap acara ini memang membuat panitia puas. “Saya lihat gaungnya cukup besar, pengunjungnya cukup banyak, semua senang, padahal publikasi kurang maksimal,” ujar Kionnardo. Ia mencontohkan, sewaktu pemutaran film Buddha produksi Ehipassiko Foundation, animo masyarakat cukup tinggi. Beberapa orang menanyakan di mana bisa mendapatkan DVD film tersebut.
Kionnardo menjelaskan, acara-acara dalam event tersebut memang dikemas sesantai mungkin. Tidak terlalu dalam, tapi sedikit banyak bisa menyentuh sehingga bisa membuat orang penasaran dan mencaritahu.
Selain itu diadakan juga pemberian penghargaan kepada para pandita senior yang mengabdi lebih dari 30 tahun melalui pendidikan, lagu-lagu Buddhis, dan penyebaran Buddha Dharma. Sekaligus peluncuran album musik Tribute to Prajnaparamita. Ibu Prajna adalah pencipta lagu yang telah menciptakan 50-an lagu Buddhis, dan kini meskipun sudah tidak lagi muda tapi masih tetap berkarya menciptakan lagu Buddhis.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara