• Monday, 11 May 2015
  • Sutar Soemitro
  • 0

Minggu pagi (10/5/2015), Jakarta agak basah karena hujan pada mengguyur pada malam sebelumnya. Ribuan orang sejak pukul 5 pagi mulai menyemut di pinggir jalan kawasan Kota Tua, Jakarta. Mereka hendak memberikan dana kepada para bhikkhu yang melakukan pindapata untuk menggemakan Waisak 2559 BE/2015.

Pindapata dimulai pukul 6 pagi hingga 10.30 WIB yang diikuti oleh 34 bhikkhu anggota Sangha Theravada Indonesia (STI). Ada sekitar 30 ribu orang yang ikut berdana kepada para bhikkhu. Tua dan muda, orang dewasa dan anak-anak, laki-laki dan perempuan semua tampak antusias memberikan dana kepada Sangha.

Mereka membawa makanan kering, obat-obatan, atau ada pula yang berdana uang. Khusus untuk yang berdana uang, angpau tidak boleh langsung diberikan kepada bhante, melainkan diserahkan melalui kapiya (pendamping bhante).

Pindapata melewati rute Taman Fatahillah – Stasiun Beos – Pintu Besar Selatan – Glodok – Lindeteves – berputar – Jalan Pintu Besar Utara – kembali ke Taman Fatahillah.

Menurut Ketua Umum STI Bhikkhu Jotidhammo, ini adalah tahun ke-9 diadakan pindapata. “Tiap tahun pindapata makin meriah,” ujar Bhante Jotidhammo.

Bhante Joti menjelaskan, acara pindapata diselenggarakan untuk memberi kesempatan kepada umat Buddha secara luas berdana kepada para bhikkhu.

“Derma ini akan disalurkan untuk berbagai kegiatan sosial masyarakat sehingga Waisak tidak hanya dirayakan oleh umat Buddha, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas,” lanjut Bhante Joti.

Sementara itu Bhikkhu Dhammasubho menyebut esensi pindapata adalah budaya bangsa Indonesia yang telah terjaga selama 17 abad. Budaya tersebut adalah budaya senang melihat orang lain senang. Dan budaya ini adalah warisan dari agama Buddha yang pernah berjaya di Indonesia.

“Dalam pindapata ada 30 ribu orang datang dari berbagai penjuru mempraktekkan budaya senang melihat orang lain senang. Dari orang sehat sampai yang di kursi roda membawa bekal, bukan untuk diri sendiri tapi untuk dipersembahkan (kepada para Bhikkhu),” jelas Bhante Dhammasubho.

“Semua sumringah, semua tulus dan ikhlas, tak berharap untuk dibalas. Ini adalah mesin pencetak berkah,” seru Bhante Dhammasubho.

20150511 Gema Waisak 2559 BE-2015 Dimulai dengan Pindapata_2

Selain pindapata, diadakan juga serangkaian kegiatan yang lain, yaitu sarasehan dialog peradaban, bursa gema Waisak, pengobatan gratis, donor darah, penghijauan, dan pelepasan satwa.

Sarasehan yang bertema “Merajut Nilai-nilai Budaya Bangsa Antar Umat Beragama” menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai agama, yaitu Buya Syafii Maarif (Islam), Romo Mudji Sutrisno (Katolik), Bhikkhu Dhammasubho (Buddha), Dr. Judi Latif (cendekiawan), dan Trie Utami (seniman). Sarasehan dipandu oleh presenter terkenal Sandrina Malakiano dan Eddy Setiawan. Yang menarik, sarasehan diiringi oleh suara gamelan yang dimainkan oleh para mahasiswa STABN Sriwijaya, Tangerang.

Dalam Waisak 2559 BE/2015 ini, Sangha Theravada Indonesia melakukan dua jenis kegiatan berupa aksi sosial kemasyarakatan dan spiritual keagamaan. Kegiatan spiritual keagamaan dilakukan dengan menghimbau para umat untuk melatih diri dengan melaksanakan attha sila (delapan sila) selama sebulan penuh menjelang Waisak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *