• Friday, 28 December 2018
  • Junarsih
  • 0

Rabu (26/12) kegiatan pentas seni di aula STAB Syailendra yang merupakan hasil dari pengabdian masyarakat dosen STAB Syailendra Wilis Rengganiasih, Sukkhita Dewi, dan Suranto, berupa pelatihan koreografi dan sendratari bertema Buddhis di Kabupaten Semarang dan Temanggung.

Ada sembilan tari bercirikan Buddhis dengan gerak tari tradisional, modern, maupun kontemporer. Menurut Suranto, sembilan karya tari ini bukan sekadar tontonan, melainkan menjadi tuntunan, “Sembilan karya tari kerja sama antar wihara di Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung ini bukan sekadar tontonan tapi juga menghasilkan tuntunan. Para anak muda itu belajar dari Buddhadhamma yang dibabarkan melalui seni.”

Karya seni tari pertama oleh Paryanto, salah satu pemuda dari Sanggar Kusuma Dharmapraba, Krecek, Temanggung. Seni tarinya menceritakan tentang kuda Kanthaka, kuda perkasa yang memiliki kesetiaan terhadap Pangeran Siddharta.

Kedua, karya seni tari ‘Macca Jataka’ dari kelompok anggota Sanggar Kusuma Dharmapraba, Krecek, Temanggung. Jataka ini mengkisahkan Bodhisatta yang terlahir sebagai raja ikan. Pada suatu masa, alam semesta mengalami kekeringan yang mengakibatkan hewan-hewan yang hidup di air menderita, sehingga raja ikan sedih. Karena belas kasih sang raja ikan, permohonannya untuk hujan segera datang dikabulkan oleh dewa hujan.

Ketiga, ‘Anicca’ oleh Mudita Wardani. Sebuah karya tari kontemporer tentang hidup ini tidak kekal, yang muncul pasti lenyap, lahir pasti mati, datang akan pergi, semua gejala adalah berubah-ubah, goyah dan tidak tetap. Keempat, ‘Kinara dan Kinari’ oleh Indriyani dan Sehati. Karya mengisahkan sepasang burung bertubuh manusia yang memiliki kekuatan, kelincahan, dan kesetiaan kepada pasangannya.

Baca juga: Sendratari Tunggak Semi Badra Santi

Kelima, Patria Sutesu (Susukan, Tengaran, dan Suruh) berjudul ‘Silabataparamassa’. Sebuah karya yang menceritakan salah satu kepercayaan masyarakat bahwa dengan menyembah pohon maupun tempat sakral dapat membawa berkah. Kemudian ada satu keluarga yang menyembah tempat pemujaan di hutan dengan harapan dapat memperoleh kekayaan, tapi akhirnya tidak ada satupun harta yang mereka dapatkan. Lalu ada Dewi dari surga yang meyadarkan mereka dari praktik yang salah.

Keenam, ‘Dewi Welas Asih’ oleh Kanthi Adisti. Karya yang menggambarkan Dewi Kwan Im yang muncul dalam kepercayaan umat Buddha Tiongkok. Kwan Im adalah Dewi yang suka monolong semua makhluk yang menderita. Ketujuh, ‘Mora Jataka’ kisah merak emas oleh Patria Wihara Dhammapala, Deplongan, Kab. Semarang. Dahulu Bodhisatta terlahir sebagai merak berbulu emas yang diburu oleh utusan raja. Raja memiliki pandangan salah bahwa dengan memakan merak bulu emas akan jaya. Setelah mengetahui bahwa merak tersebut adalah Boddhisatta, raja memohon ampun padanya.

 

Kedelapan, kontemporer oleh Wiwik Widayanti dan Candra D.J berjudul ‘Makomi’. Mengisahkan Mahapajapati Gotami bersama ratusan wanita lainnya dalam perjalanan dan perjuangan untuk menerima penahbisan dari Buddha. Kesembilan, kolaborasi pemuda Temanggung dengan Kabupaten Semarang yang berjudul ‘Tumbang’. Kisah kehidupan segerombolan kera hutan hujan tropis yang subur yang penuh suka cita. Namun kehidupannya hancur karena ulah manusia yang serakah.

Menurut Wilis, waktu latihan dari awal September sampai pentas Rabu (26/12) lalu cukup singkat. Pasalnya mereka hanya melakukan pertemuan seminggu sekali, “Hanya seminggu sekali latihan, berhubung cuma punya waktu itu. Sebenarnya kita butuh waktu yang lebih panjang. Tapi ini sudah lumayan.”

Wilis berharap dengan adanya pelatihan ini tidak berhenti sampai pentas ini saja, tetapi terus berkembang dalam membangkitkan kreatifitas umat Buddha. “Bagaimana supaya Dhamma yang indah ini tidak hanya lewat ceramah, tapi juga bisa lewat seni pertunjukkan. Dengan adanya ini generasi muda lebih menuangkan kreatifitasnya dalam menunjukkan seni tari bertema Buddhis,” pungkasnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara