Taman Baca Samudera (TBS) adalah rumah literasi yang menyediakan sejumlah bacaan yang berfokus utama mencerdaskan anak-anak di sekitaran Desa Sarongan, desa yang terletak di Pesanggaran, Banyuwangi. TBS dijadikan sebagai frasa nama karena Sarongan berada di daerah pesisir Banyuwangi bagian selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia.
Selain menjadi sumber kehidupan laut, filosofinya, samudera memiliki kelebihan serta menyimpan banyak harta yang tidak habis di dalamnya. Mengarungi dan menyelami samudera artinya menjumpai pengalaman, kekayaan, dan ilmu yang berlimpah ruah. Demikian pula dengan keberadaan TBS diharapkan bisa menjadi tempat yang representatif guna menyelami dan menggali sejuta wawasan melalui bacaan. Sesuai dengan slogan ajakannya, “Mari Kita Arungi Samudera Ilmu dengan Bahtera Buku.”
TBS berdiri sejak 10 November 2015 silam, yang diinisiasi oleh Bhikkhu Virasilo selaku putra daerah. Bhante memiliki kegemaran membaca sejak kecil, memiliki pengalaman menyisihkan uang jajan untuk membeli koran, membaca lemekan koran bekas bungkus ikan teri, dan berangkat dari itu Bhante memiliki angan-angan hidup di antara tumpukan buku, memiliki kios atau menyewakan buku-buku.
Pada tahun 2014, ia berpikir bagaimana cara untuk mewujudkan itu semua. Puncaknya, setahun kemudian, bermula dari perbincangan dengan Bhikkhu Gunapiyo (sekarang Yogi Gunavaro), Atthasilani Dhammanandini, dan Atthasilani Gunanandini berdirilah TBS. Niat yang besar menjadi satu modal utama. Tapi tentu niat saja itu tidaklah cukup. Ketika awal-awal berdiri, Bhante membeli sejumlah buku dengan modal Rp. 400.000,- serta membuatkan rak-rak untuk memajangnya.
Persiapan yang tidak kalah penting lainnya adalah tempat atau lokasi. Saat ini samudera ilmu itu bertempat di sebuah rumah milik Bapak dari Bhante Vira sendiri. Rumah berukuran sedang dan tidak terpakai. Didekorasi sederhana menjadi sebuah rumah dan taman baca yang menarik bagi anak-anak. Lokasinya terletak di luar lingkungan wihara.
Tidak terlalu jauh dari wihara Thirta Vana Jaya. Wihara tidak dipilih menjadi lokasi demi alasan agar anak-anak dari kalangan non-Buddhis juga tertarik dan bisa datang dengan hati lapang tanpa harus membawa perasaan sungkan. Sehingga mereka juga mendapatkan manfaat dari keberadaan TBS. Sebuah pertimbangan yang arif mengingat di Sarongan sangat kental dengan kemajemukan agama. Kebanyakan dari mereka yang kemudian datang ke TBS untuk membaca dan bermain beragam dan mayoritas bukan anak-anak Buddhis. Mereka datang dengan satu tujuan yaitu belajar.
Tepat satu tahun setelah keberadaannya, dirayakan sebuah acara yang dimaksudkan sebagai bentuk apresiasi sekaligus syukuran. Sampai dengan hari ini, setiap bertepatan dengan hari jadinya, TBS selalu diramaikan oleh anak-anak beserta beberapa orang tua datang untuk sekadar kumpul merayakan momentum penting ini dan makan bersama.
TBS buka setiap hari kecuali Minggu. Dibuka dari pukul 10.00 WIB, jam pulang sekolah, sampai dengan 16.00 WIB. Rerata jumlah anak yang datang 20-an setiap hari. Jumlah yang tidak sedikit. Di samping itu, TBS juga memiliki agenda rutin seperti mengisi acara desa, anak-anak membacakan puisi sosial. Di lain kesempatan mereka juga unjuk diri ketika ada perlombaan. Anak-anak ini sudah dibekali di TBS, karena di lingkup TBS sendiri secara berkala selalu mengadakan perlombaan. Anak-anak yang hendak belajar membaca juga tidak jarang datang dan belajar di TBS.
Empat tahun berjalan, berangsur-angsur TBS menjelma tempat yang semakin nyaman untuk dijadikan rumah belajar. Perubahannya nampak secara signifikan dari tahun ke tahun. Baik dari segi dekorasi, sumber bacaan, tenaga penjaga, dan antusiasme anak-anak. Semuanya tidak terlepas dari sumbangsih banyak pihak. Sejauh ini TBS memiliki beberapa orang donatur tetap yang secara berkala menyumbangkan bahan bacaan atau berupa santunan untuk biaya operasional.
Ada pula orang-orang yang perhatian dan berbaik hati, yang meski mengetahui TBS hanya dari perantara maya menyumbangkan bacaan bekas layak baca, alat tulis bahkan cemilan. TBS juga tidak luput dari perhatian Pemda Banyuwangi bagian keperpustakaan. Mereka rutin setiap sebulan sekali membawa perpustakaan keliling sebanyak satu mobil buku. TBS mendapat jatah 10 buku, didrop lalu ambil dan diperbaharui pada bulan berikutnya.
Untuk penjaga dan membantu merawat, TBS memiliki sosok yang rajin, teliti, dan terutama senang hati berinteraksi dengan anak-anak. Namanya Ibu Sri Antini (55), asli Sarongan. Bu Sri merupakan penyandang disabilitas. Delapan tahun yang lalu kakinya diamputasi karena suatu kecelakaan lalu lintas. Saat ini beliau menggunakan bantuan kaki artifisial.
Ada harapan yang terbentang, suatu kelak, TBS memiliki gedung sendiri yang lebih luas dan sesuai. Tempat nyaman yang tidak saja menjadi taman baca untuk anak-anak melainkan pula bagi orang dewasa serta memberikan manfaat lebih dengan difungsikan menjadi tempat kegiatan sosial lainnya. Semoga ini terealisasi suatu hari nanti.
Harapan lain dan yang utama, dengan adanya TBS akan dapat menjadi tempat yang menjadikan generasi muda yang kompeten dan berdaya guna.
Mencetak generasi yang melek akan literasi. Adalah kebahagiaan tersendiri ketika suatu hari nanti salah seorang dari anak-anak ini datang, saat Bhante atau Ibu Sri telah samar dengan wajah kecil mereka, mengenalkan diri bahwa mereka sudah sukses di bidang masing-masing. Ini bukan harapan yang berlebihan dan TBS bisa menjadi jembatan untuk sampai pada tujuan.
* Transkrip dari hasil wawancara oleh Bhikkhu Ratanajayo dengan Bhikkhu Virasilo dan Bu Sri. Ditulis dengan sedikit banyak tambahan oleh Bhikkhu Pabhajayo. Dengan kilasan singkat ini, harapan kami TBS semakin diketahui keberadaannya. Kami akan sangat senang hati menerima manakala ada tangan dan hati yang baik mendermakan bacaan untuk anak-anak kami. Namaste.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara