• Friday, 6 December 2019
  • Deny Hermawan
  • 0

Sabtu pagi, 23 November 2019, puluhan orang peserta Borobudur Writers & Cultural Festival memadati area utama Candi Borobudur. Mereka terlihat antusias berjalan sambil sesekali berhenti mendengarkan Handaka Vijjananda, pendiri Ehipassiko Foundation mendongeng tentang relief-relief menarik di candi tersebut.

Tampaknya apa yang disajikan Handaka membuat kagum para peserta. Sebab berbagai hal baru diungkapkan oleh Handaka, yang mendongeng dengan penuh semangat, walau sempat mengalami kendala microphone.

Sehari sebelumnya, Jumat 22 November 2019, Handaka sudah menyajikan presentasi tersebut dalam ceramah berjudul “Cerita Relief Borobudur, Bukan Misteri Lagi” di Ruang Vitarka, Hotel Manohara, Borobudur. Ini adalah bagian dari perlelatan yang tahun ini mengangkat tema “Tuhan dan Alam: Membaca Ulang Panteisme, Tantrayana dalam Kakawin dan Manuskrip-Manuskrip Kuno Nusantara”.

Presentasi itu memang sangat menarik, disertai penampilan foto-foto relief dan data grafis. Namun tentunya lebih menarik bagi peserta, bila melihat langsung relief itu pada Sabtu pagi.

“Siapa yang kemarin mendengarkan ceramah saya?” tanya Handaka sebelum memulai perjalanan mengitari Borobudur. Ternyata hanya sebagian kecil yang mengacungkan jari. Sehingga masih banyak peserta yang belum mengetahui, apa yang akan didongengkan Handaka.

Tur relief itu berlangsung sejak pukul 06.00 hingga pukul 08.30. Peserta berjalan memutari setiap lantai candi dengan cara pradaksina, atau memutari candi searah jarum jam. “Selalu dimulai dari arah timur,” pesan Handaka. Penjelasan pun dimulai dari area 4 1/2 panel relief Karmawibhangga hingga stupa puncak.

“Jangan memegang dan bersandar pada candi agar tak rusak. Keringat kita akan merusak candi,” kata Handaka mengingatkan seluruh peserta.

Lantas apa saja yang didongengkan Handaka? Ia memulai dengan menjelaskan jumlah relief yang ada di candi. Bangunan bersejarah yang berdiri selama 12 abad itu dianggapnya istimewa karena punya banyak relief. “Candi dengan relief terbanyak di dunia,” tegasnya.

Handaka menjelaskan, total ada 2.672 relief, yang terdiri dari relief naratif dan dekoratif. Relief naratif adalah relief yang memiliki cerita. Sementara relief dekoratif adalah relief figur atau hiasan dekoratif yang tidak bercerita. Total ada 1.212 relief dekoratif dan 1.460 relief naratif.

Handaka mengaku bersama tim Ehipassiko telah melakukan riset tentang relief itu selama 5 tahun lebih. Hasilnya akan ditulis dalam 27 buku, di mana sebagian telah diterbitkan, seperti buku relief Gandavyuha dan Lalitavistara. Itu adalah buku-buku terbitan Ehipassiko yang ditulis oleh Bhikkhu Anandajoti, yang seyogyanya menjadi salah satu narasumber dalam Borobudur Writers & Cultural Festival, namun urung datang karena masalah kesehatan. “Terpaksa saya yang menggantikan,” kata Handaka.

Dari perjalanan mendongeng selama lebih dari dua jam, Handaka menghabiskan paling banyak waktu untuk menceritakan kisah kehidupan lampau g Buddha yang tertuang dalam relief Jataka. Karena memang di situlah banyak terdapat pahatan-pahatan yang unik dan bahkan lucu, terkait kisah binatang.

Salah satunya adalah kisah seekor gajah dengan pengorbanan yang luar biasa. Gajah itu menjatuhkan dirinya ke jurang supaya bisa menjadi makanan bagi ratusan manusia yang tersesat di hutan.

Yang menarik dari kisah ini adalah sang gajah berbohong kepada manusia yang kelaparan dengan berkata bahwa di suatu tempat ada bangkai gajah yang bisa dimakan dagingnya. Rupanya, setelah mengatakan itu, sang gajah segera menuju ke tempat yang dimaksud, dan melakukan bunuh diri. Sejak awal bertemu manusia kelaparan, ia memang berniat mengorbankan dirinya untuk dimakan dagingnya. Para manusia yang lalu menyadari hal ini pun lalu mendirikan stupa untuk menghormati sang gajah.

Tak kalah menarik dari relief Jataka, adalah relief Avadana. Di sini, menurut Handaka ada beberapa relief ikonik, salah satunya adalah relief kinara-kinari, pasangan peri burung, yang menjadi simbol keabadian cinta. “Ini adalah relief paling indah di Borobudur,” kata Handaka.

Relief di Avadana lain yang menurutnya istimewa adalah relief kumpulan satwa. Salah satunya tampak seperti kadal besar, yang Handaka yakini sebagai komodo. Benar atau tidak, memang belum bisa diklarifikasi 100 persen. Namun dengan menyebut itu sebagai komodo, menurut Handaka akan meningkatkan nilai jual Borobudur. “Jadi kalau mau lihat komodo tidak usah jauh-jauh ke Pulau Komodo, cukup Borobudur,” katanya.

Satu lagi yang menurut Handaka sangat istimewa, adalah relief bocah, yang ia sebut sebagai alien. Bocah itu unik, karena terlihat memiliki telinga besar berbentuk segitiga. “Bocah alien, bukan manusia, bukan dewa, tapi ya semacam itu, tapi bayi. Seperti Master Yoda di Star Wars,” jelas Handaka.

Handaka juga sempat menunjukkan relief Garuda, yang terkenal sebagai wahana atau tunggangan Dewa Wisnu dalam mitologi Hindu. Di Borobudur, hanya ada satu relief Garuda.

Tak kalah unik, di relief Gandavyuha, ia menjelaskan panel yang memperlihatkan Genta Tanpa Suara, yang di sekitarnya terdapat Pohon Bodhi. Di sampingnya terlihat Sudhana, tokoh utama dalam kisah Gandavyuha berlutut menghadap menara yang berisi satu lonceng besar dan beberapa lonceng kecil. “Genta tanpa suara itu seperti filosofi Zen, seperti bagaimana suara bertepuk satu tangan,” kata Handaka.

Hal menarik lain, Handaka mengaku, bersama tim Ehipassiko kini tengah mengembangkan aplikasi smartphone yang bisa digunakan secara real time untuk menampilkan informasi mengenai relief, saat kita berdiri di sebuah relief di Borobudur. Diperkirakan ini akan terwujud dalam lima tahun ke depan, sehingga akan memudahkan siapapun untuk mengetahui kisah relief Borobudur yang dilihat langsung di depan mata. Semoga segera terealisasi.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *