• Monday, 11 September 2023
  • Surahman Ana
  • 0

Umat Buddha Vihara Budi Rahayu Dusun Bangsari, Desa Wilayu, Kecamatan Selomerto, Wonosobo rayakan Asalha Puja yang dipadukan dengan Upacara Patidana pada Minggu, (10/9/2023). Perayaan dihadiri oleh empat Bhikkhu Sangha yakni Bhikkhu Jagaro, Bhikkhu Upasanto, Bhikkhu Abhijato, dan Bhikkhu Candadhammo.

Ketua Vihara, Dirjo Sukarto (61) menyampaikan bahwa perayaan hari besar Agama Buddha sudah menjadi agenda rutin Vihara Budi Rahayu. Pada kesempatan perayaan Asalha Puja tahun ini mengundang umat dari beberapa kota terdekat Wonosobo.

“Di vihara kami setiap tahunnya merayakan empat hari besar Agama Buddha. Dan hari ini adalah perayaan Asalha Puja dan Upacara Patidana. Kali ini umat yang kami undang berasal dari Sumpyuh- Banyumas, Merden – Banjarnegara, Gombong – Kebumen, Wonosobo kota, Jumo-Temanggung, dan dari Kendal,” papar Dirjo.

Acara diawali dengan Upacara Patidana berupa dana makanan kepada para bhikkhu dan penyalaan lilin yang telah tertata rapi di kana kiri altar utama dan juga di depan altar oleh beberapa umat. Usai penyalaan lilin, acara dilanjutkan upacara fangshen dengan melepaskan satwa yaitu burung yang disambung dengan sembahyang leluhur.

Pesan Dhamma

Usai Patidana, umat melaksanakan puja bakti dan mendengarkan pesan Dhamma dari Bhikkhu Abhijato. Dalam ceramahnya Bhikkhu Abhijato menyampaikan peristiwa menarik terkait perayaan Asalha Puja.

“Kala kita mengingat Asalha Puja sesungguhnya ada hal menarik dimana Sanga Buddha setelah mencapai penerangan, kembali kepada lima pertapa penyiksa diri. Kelima pertapa yang melihat Sang Buddha dari kejauhan bersepakat untuk mengabaikan Sang Buddha, tidak menyapa. Tetapi begitu Sang Buddha mendekat  pelan-pelan, seketika kesepakatan dari lima pertapa ini bubar. Dari lima orang pertapa ini tiba-tiba ada yang menyiapkan tempat duduk, ada yang menyiapkan air untuk mencuci kaki, dan itu terjadi otomatis,” papar bhante mengawali pesan Dhamma.

Bhante menlanjutkan bahwa Sang Buddha kemudian membabarkan Dhamma hingga kelima pertapa tersebut mencapai kesucian arahat. Hal ini menurut bhante adalah wujud keberhasilan dari Aslha Puja yaitu munculnya lima arahat dan menjadikan Tri Ratna lengkap yaitu Buddha, Dhamma dan Sangha.

Terkait keberhasilan yang terjadi dalam peristiwa tersebut, bhante menyimpulkan bahwa dalam sebuah keberhasilan lima pertapa mencapai arahat tentu harus ada guru yang hebat yaitu Sang Buddha.

“Tapi apakah guru yang hebat saja cukup? Tentu saja tidak, kalau muridnya tidak mau belajar tentu tidak akan berhasil. Ternyata selain guru yang hebat juga harus ada murid yang hebat, yang mau belajar,” kata bhante.

Lebih jauh bhante pun menjelaskan bagaimana menjadi murid yang hebat. Berkaca pada kisahnya sewaktu awal menjadi samanera, yang juga menyimpan kenangan terhadap mendiang Bhante Adhijayo yang meninggal karena kecelakaan tahun lalu, bhante menyampaikan pesan penting untuk bisa menjadi murid yang hebat.

“Beberapa waktu yang lalu ada beberapa bhikkhu yang meninggal karena kecelakaan. Di antara yang meninggal adalah Bhante Adhijayo. Ada satu hal yang menjadi kenangan saya mengenai beliau.  Sewaktu saya masuk ke Vihara Mendut untuk mendapatkan pendidikan samanera, di sana generasi sebelumnya ada sekitar 4-5 samanera dan salah satunya Samanera Adhijayo. Dan saya tinggal satu kuti bersama beliau kurang lebih delapan hari.”

Selama delapan hari bersama Bhikkhu Adhijayo yang kala itu masih menjadi samanera, bhante mengaku benyak menerima pelajaran. Menurut bhante, Samanera Adhijayo merupakan samanera yang cukup ketat dan sabar dalam menasehati dan mengajari bermacam hal selama proses pendidikan. Setelah delapan hari, Samanera Adhijayo pun harus berangkat ke Jakarta dan bhante kala itu harus tinggal sendiri di Vihara Mendut.

“Selama tinggal bersama Samanera Adhijayo tersebut, telinga saya terasa panas, karena setiap yang saya lakukan selalu mendapat teguran dari Samanera Adhijayo. Semua yang saya lakukan salah, dan beliau memberikan contoh melakukan dengan benar dan rapi. Jadi kata salah, salah, dan salah selalu terdengar di telinga,” ungkap bhante.

Namun demikian, semua pelajaran yang ia dapat nampaknya menjadi bekal untuk menjalani kehidupan selama setahun di Vihara Mendut. Hingga akhirnya mendapat pujian baik dari Bhante Pannavaro sebelum berangkat ke Jakarta.

“Setahun kemudian saya harus berangkat ke Jakarta seperti samanera-samanera sebelumnya. Tetapi sebelum berangkat, ada upacara permintaan maaf kepada kepala vihara. Di situlah saya mendapatkan petuah dari Bhante Pannavaro. Beliau bilang,” Bhante Abhijato, selama setahun di sini tidak pernah saya menegur satu kali pun, tidak pernah membuat kesalahan satu kali pun.” Begitu kata Bhante Pannavaro kala itu.”  

“Di situlah saya teringat, berkat siapa saya bisa menjadi seperti ini? Berkat Samanera Adhijayo. Walaupun selama delapan hari telinga saya panas dengan suara salah, salah, dan salah.”

Kembali bhante menegaskan, bahwa keberhasilan memang perlu guru yang bagus, tetapi juga perlu murid yang mau belajar. “Sampai hari ini, kisah itu sudah berlalu delapan tahun yang lalu, setiap saya mengingat Bhikkhu Adhijayo saya selalu mengucapkan terima kasih,” imbuh bhante.

Menutup pesannya, bhante juga manyampaikan pentingnya Patidana atau pelimpahan jasa, untuk membantu sanak saudara yang sudah meninggal. “Karena kita memiliki banyak sekali leluhur terdahulu, dan tidak semua leluhur terlahir di alam bahagia. Siapa tahu salah satu dari leluhur kita yang sudah meninggal membutuhkan pelimpahan jasa dari kita. Maka dari itu penting bagi kita khususnya umat Buddha untuk melakukan pelimpahan jasa,” pungkas bhante.

Perayaan dilanjutkan dengan pembacaan peritta pelimpahan jasa oleh Bhikkhu Sangha dan ditutup dengan pemercikan tirta paritta kepada segenap umat.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara