Jalur Pantura antara Semarang hingga Lasem, Rembang menjadi salah satu lokasi perkembangan agama Buddha di Jawa Tengah, termasuk di Kabupaten Pati. Terdapat satu dukuh yang menyimpan sejarah keberadaan agama Buddha, yaitu Dukuh Kebon, Desa Ngawen, Kec. Cluwak. Di dukuh inilah terbangun Vihara Eka Dhamma Loka, vihara pertama di Kabupaten Pati.
Lokasi vihara seluas 6×20 m ini berada tepat di pinggir jalan raya, beralamat di Jl. Tayu-Jepara Km 12, Pati. Kunarto (58), pengurus vihara Eka Dhamma Loka, menuturkan bahwa lahan seluas 15×20 m yang menopang vihara merupakan tanah hibah dari salah satu tokoh agama Buddha Dukuh Kebon terdahulu yaitu Reso Sawilah. “Kebetulan beliau adalah kakek saya sendiri, sekarang ya sudah mendiang,” katanya kepada tim BuddhaZine pada Sabtu (6/1).
Vihara ini dibangun pada tahun 1966/67 atas dorongan dan kesepakatan umat yang kala itu baru beberapa bulan beragama Buddha. “Waktu itu kan mau ada sensus penduduk yang menanyakan agama juga. Lantas warga sini serentak memilih agama Buddha untuk dimasukkan dalam kolom KTP. Tapi waktu itu juga tidak mudah, karena beberapa tokoh seperti Bpk. Sumarno (Alm), Bpk. Sastro Suhandoyo (Alm), Bpk. Parsimi (Alm), dan Bpk. Sakijan (Alm), harus berurusan dengan Muspika/Tri Tunggal pada masa itu. Bahkan sampai ke tingkat kabupaten, yang intinya harus membuat laporan setiap satu minggu sekali,” imbunya.
“Cetiya ini diberi nama Eka Dhamma Loka. Eka itu satu, satu-satunya tempat ibadah umat Buddha yang pertama kali dibangun di Kabupaten Pati. Dhamma sendiri piwulang, ajaran bebener (kebenaran). Loka itu tempat. Jadi artinya tempat untuk mengingat ajaran kebenaran Sang Buddha, yang pertama di Pati.”
Sebelum dibangun vihara, masa itu umat melaksanakan pujabakti di rumah Bu Slamet (Alm). Pembangunan vihara di tahap pertama sangat sederhana, hanya berdinding gedhek (anyaman bambu) dan beralaskan widhik (anyaman daun kelapa). Umat semakin rutin berkegiatan, setiap malam melakukan pujabakti. Semenjak pembangunan pertama hingga sekarang, bangunan vihara sudah dilakukan dua kali renovasi. Petama mengganti dinding gedhek menjadi tembok yang sampai saat ini masih utuh, kedua membenahi bagian atap.
Hingga kini, sekitar 149 umat dari 59 kepala keluarga masih menggunakan vihara Eka Dhamma Loka ini. Kegiatan rutin umat yaitu kebaktian umum, anjangsana ke rumah umat dua kali sebulan, sekolah minggu, dan Wandani. Bahkan umat Buddhis dari dukuh lain dan lintas sekte turut hadir di Waisak dan Khatina di sini. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara