Umat Buddha Vihara Metta Dhamma, Dusun Ngasinan, Desa Kebunagung, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang kini bisa berbangga hati. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya umat Buddha yang hanya berjumlah 12 kepala keluarga ini mempunyai vihara baru.
Vihara Metta Dhamma dibangun di atas tanah seluas 13 x 12 meter, dengan luas ruang dhammasala 9 x 5 meter. Tak hanya ruang dhammasala, vihara ini juga dilengkapi dengan ruang aula, dapur, dan kamar mandi.
Rabu (24/7) Vihara Metta Dhamma pun diresmikan sekaligus merayakan pujabhakti Hari Raya Asadha. Acara ini diadakan secara bersama oleh 18 vihara yang tergabung dalam Lembaga Bina Manggala Sejahtera.
Tujuh bhikkhu hadir dalam acara ini, Bhante Subbapannyo, Bhante Dhammakaro, Bhante Siriratano, dan beberapa bhikkhu lain. Acara ini juga dihadiri oleh masyarakat lintas agama, pejabat setempat, dan 500-an umat Buddha dari Temanggung dan Semarang.
Acara dimulai dengan prosesi puja dari Vihara Kondana, Desa Kebunagung yang jaraknya kurang lebih satu kilometer dari Vihara Metta Dhamma. Para bhikkhu, umat Buddha, petugas pembawa rupang, dan sarana puja berjalan kaki berpayung kain kuning yang membentang panjang. Memasuki Vihara Metta Dhamma, peserta prosesi disambut oleh pentas seni dari anak-anak PAUD dan Dhammaseka Saddhapala Jaya.
Berbagai tarian dan pentas seni rakyat yang dimainkan puluhan anak-anak turut meramaikan acara ini. Suharnoto, Camat Sumowono menyambut baik dengan terselenggaranya acara ini. Kehadiran masyarakat dari agama lain menurutnya memperlihatkan bahwa masyarakat Sumowono menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
“Banyak agama yang dianut oleh masyarakat Sumowono, bahkan kepercayaan di sini juga ada. Jadi kita harus saling menghormati sehingga dapat hidup harmonis dalam keberagaman kita,” tuturnya.
“Saya tadi sempat bertanya kepada bhante, arti Metta Dhamma, beliau bilang Cinta Kasih dan Kebenaran, artinya sangat bagus. Sesuai dengan keinginan saya supaya masyarakat hidup itu saling asah asih, cinta kasih, dan kebenaran sesuai dengan nama Metta Dhamma tadi,” pungkasnya.
Senada dengan Suharnoto, Bhante Subbhapannyo juga memuji nama Vihara Metta Dhamma. “Namanya sangat indah, tentu pemberian nama itu tidak sembarang. Vihara diberi nama itu supaya umat Buddhanya mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang kepada semua.”
Vihara dibangun untuk sarana pujabhakti, untuk mengolah pikiran supaya ucapan dan tindakan menjadi benar. “Selain untuk pujabhakti, vihara juga boleh digunakan untuk berkumpul ibu-ibu Wandani, diskusi Dhamma, rapat-rapat masyarakat desa. Karena vihara adalah tempat untuk kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada kebajikan,” tutur Ketua Umum Sangha Theravada ini.
Acara ini ditutup dengan penandatanganan prasasti dan dilanjutkan dengan pentas kesenian. Tak berhenti sampai di situ, pada malam hari juga digelar pentas seni rakyat Ketoprak Lembaga Bina Manggala Sejahtera.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara