
Masa Waisak telah usai, kini umat Buddha tengah memasuki bulan Asadha yang termasuk bulan penting bagi umat Buddha. Pada perayaan Asadha, umat Buddha memperingati pembabaran Dharma pertama Guru Agung Buddha di Taman Rusa Isipatana.
Pada saat itu, terbentuklah Sangha untuk pertama kalinya. Asadha sendiri merupakan salah satu nama bulan, yaitu bulan kedelapan dalam penanggalan Buddhis, biasanya jatuh pada bulan Juli dalam kalender Masehi.
Seperti yang terlihat pada perayaan Asadha di Dusun Krecek, Temanggung, Selasa (02/7) yang diselenggarakan oleh Lembaga Bina Manggala Sejahtera, gabungan 18 vihara di Kabupaten Temanggung dan Semarang.
Acara diawali dengan prosesi umat yang dilaksanakan pada pukul 10.00 WIBÂ dimulai dari halaman Vihara Dhamma Sarana, Krecek. Sebagai barisan terdepan adalah tiga banjar pembawa bendera dan pembawa hasil bumi. Satu banjar samping kanan adalah pembawa bendera merah putih, satu banjar sebelah kiri pembawa bendera Buddhis, sedangkan satu banjar bagian tengah adalah pembawa hasil bumi berupa buah-buahan dan palawija.
   Â
Mengikuti barisan terdepan barisan pembawa puja bunga, lilin, dan dupa menyusul di belakangnya kemudian disambung dengan barisan pengusung tandu rupang Buddha dan tandu tumpeng Robyong dari Dusun Krecek. Tepat di belakang pembawa tumpeng adalah bhikkhu Sangha dan umat yang berseragam pakaian adat Jawa. Dua barisan penutup adalah umat dari 18 vihara dan group kesenian daerah kuda lumping dari Dusun Krecek.
Nampaknya prosesi memang diatur agar selesai bertepatan dengan waktu makan siang, sehingga seusai prosesi pun langsung acara makan bersama. Mbah Sukoyo selaku sesepuh umat Buddha Krecek memberikan sambutan singkat dan doa untuk makan bersama.
“Dengan diadakannya prosesi ini sebagai wujud rasa syukur kita umat Buddha atas limpahan berkah yang kita terima dari alam dan juga untuk melimpahkan jasa kepada para leluhur yang telah mewariskan tradisi dan kebudayaan adi luhung kepada kita. Semoga dengan apa yang kita lakukan ini, adat dan tradisi dari leluhur kita tetap terjaga, apa yang umat Buddha cita-citakan bisa terwujud,” ungkap Mbah Sukoyo.
Diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Mbah Sukoyo acara makan bersama pun dimulai. Umat mengambil makanan yang dibawa oleh setiap vihara anggota lembaga dan disajikan di meja-meja depan altar. Pada sesi makan siang para umat juga dihibur dengan penampilan seni daerah Kuda Lumping Turonggo Jati Dusun Krecek.
Baca juga:Â Asadha di Gunungpayung Temanggung
Acara inti baru dimulai setelah istirahat sejenak seusai sesi makan siang. Nyanyian lagu Buddhis menjadi pembuka acara inti, selanjutnya umat melakukan pujabhakti yang dipimpin bhikkhu Sangha. Bhikkhu Sangha yang hadir dalam perayaan adalah Bhante Dhammakaro dan Bhante Guttadhammo.
Bhante Gutadhammo, membabarkan Dhamma dengan mengulas kembali ajaran Guru Agung Buddha bahwa hidup adalah lingkaran penderitaan yang sudah selayaknya umat Buddha harus berjuang untuk memutus lingkaran penderitaan ini sehingga tercapai kebahagiaan tertinggi atau Nibbana.
“Guru Agung telah menjelaskan lebih dari 2500 tahun yang lalu. Kita mengalami penderitaan karena kita terlahir, lalu kenapa kita terlahir? Kita terlahir karena kita masih mempunyai kotoran batin yaitu keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Inilah yang menyebabkan kita terlahir, setelah lahir mengalami usia tua, sakit, dan mati lalu terlahir kembali dan mengalami penderitaan lagi dan seterusnya. Selama masih ada kotoran batin kita akan terus berputar dalam roda samsara ini (lahir-mati),” papar Bhante.
“Oleh karena itu kita telah ditunjukkan jalan oleh Guru Agung kita supaya kita bisa terbebas dari roda samsara ini, yaitu jalan tengah beruas delapan. Maka hendaknya kita melatih diri untuk melaksanakan Dhamma dengan kesungguhan, menjalankan sila dengan baik, meditasi dengan baik, dan mengembangkan kabijaksanaan kita dengan baik,” pungkasnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara