Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI) telah melakukan suksesi kepemimpinan. Suparjo terpilih menjadi Ketua Umum yang baru untuk periode 2004 – 2016 menggantikan Adi Kurniawan dalam Kongres HIKMAHBUDHI di Semarang, 21-24 November 2014 lalu.
Serah terima dan pelantikan pengurus baru HB dilakukan di Gedung Museum Joang 45, Jakarta pada Sabtu (10/01/2015). Suparjo didampingi oleh Manggala Virya Tantra sebagai Sekretaris Jenderal.
BuddhaZine berbincang-bincang dengan Suparjo tentang apa yang akan dia kerjakan selama memimpin organisasi mahasiswa Buddhis tertua di Indonesia tersebut.
“Rasanya bangga bisa berdiri di podium tertinggi organisasi dan sangat terharu dengan dukungan teman-teman dari berbagai cabang,” ujar Suparjo setelah terpilih menjadi ketua umum. Pemuda 25 tahun ini mengungguli dua kandidat lain Sartikadi (Lombok) dan Manggala (Wonogiri).
Peran HIKMAHBUDHI dalam komunitas Buddhis belakangan ini semakin diperhitungkan terutama karena berada di barisan paling depan dalam mendorong pengungkapan dugaan kasus korupsi di Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI, dan tentu saja dengan terpilihnya salah satu aktivis senior mereka Daniel Johan sebagai anggota DPR RI.
“Saya rasa HIKMAHBUDHI ke depan dua tahun mendatang akan semakin memberi peran dalam mengembalikan nilai-nilai luhur Buddhis untuk hadir dalam segala aspek kehidupan berbangsa, semakin membuktikan dan menjadi contoh bahwa masyarakat biasa bisa memberi dampak perbaikan-perbaikan berkehidupan negara dan komunitas Buddhis,” ujar Suparjo yakin.
HIKMAHBUDHI juga akan terus mendorong terciptanya pemerintahan yang bersih dan transparan, termasuk Ditjen Bimas Buddha.
Ia berharap HIKMAHBUDHI bisa menginspirasi komunitas Buddhis dan masyarakat secara luas, misalnya seperti yang mereka lakukan saat kongres dengan memberlakukan tes urine bagi semua peserta kongres. Ia juga berencana menerapkan laporan keuangan yang bisa diakses publik.
Suparjo juga mensyukuri kini HIKMAHBUDHI mendapat sambutan yang bagus di komunitas Buddhis. Namun ia mengingatkan, “Perlu dipersamakan pandangan bahwa pihak-pihak yang merasa pernah, sedang, dan akan mendukung program-program HIKMAHBUDHI, keuntungan pribadi tidak akan mereka dapatkan, tapi kepentingan masyarakat luaslah yang sedang kita perjuangkan bersama. Baik agenda-agenda kerja ataupun kader-kader yang digodok tidak akan pernah lepas dari perbaikan komunitas, negara, dan dunia pada umumnya.”
Suparjo tidak memungkiri karena visi HIKMAHBUDHI ini untuk terjun langsung dalam kehidupan bermasyarakat, HIKMAHBUDHI sering menyerempet politik.
“Saya sangat senang dengan banyak pihak yang memperhatikan perjuangan yang HIKMAHBUDHI gaungkan. Tentu, pihak luar butuh waktu untuk memahami dan membedah, kita sadar tidak mudah menjelaskan ini, tapi wajib kita buka ruang untuk diskusi bagi siapa pun dan pihak mana pun yang ingin memahami seberapa jauh HIKMAHBUDHI melangkah.”
“Visi HIKMAHBUDHI adalah organisasi mahasiswa Buddhis ekstra kampus yang menegakkan kebenaran, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan demi mewujudkan perdamaian dan terbebasnya penderitaan. Di sini sudah sangat jelas apa yang akan HIKMAHBUDHI kerjakan, yaitu menjadikan organisasi menjadi wadah belajar dan alat perjuangan untuk mengamalkan jalan kehidupan menuju Buddha yang artinya terbebas dari penderitaan.”
Pria kelahiran Pati, Jawa Tengah tersebut melanjutkan, setelah sedikit paham tentang visi HIKMAHBUDHI, barulah mengerti apa yang sebenarnya HIKMAHBUDHI kerjakan. “Dari IPOLEKSOSBUDHANKAM, hampir semua kita sentuh,” tambah Suparjo.
Ia memberi contoh, di pelosok Lombok, kader HIKMAHBUDHI membuat dan merawat saluran pipa air dari mata air di gunung agar bisa dimanfaatkan masyarakat di pedesaan yang lokasinya kekeringan saat musim kemarau dan jauh di bawah gunung, sehingga kesulitan air bersih.
Lalu juga ada kader HIKMAHBUDHI di Tangerang yang mengadakan pendampingan setiap pekan di Lapas Pemuda di Tangerang. Di Semarang, kader HIKMAHBUDHI melakukan diskusi kelompok dan diskusi publik dengan pemuda lintas agama dan kepercayaan.
“Tentu salah satu sisi kehidupan setiap bangsa di mana pun adalah politik. Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita lihat arti kata politik yang saya ambil dari KBBI, simpelnya saya sederhanakan, politik adalah sistem tata kelola negara. Sehingga jika kita menjadi warga negara, otomatis kita bagian dari politik itu,” Suparjo melanjutkan.
“Kita harus jujur, banyak ketidakpuasaan dari sitem politik negara kita yang saya lebih suka menyebutnya sebagai tata kelola negara. Jadi HIKMAHBUDHI hadir untuk menjadi warga negara yang ikut serta dalam melakukan perbaikan-perbaikan, baik itu mengkritisi tentang orang yang menjadi petugas negara, kebijakan dan aturan-aturan yang menyangkut kehidupan setiap warga, dimana cita-cita berbangsa yang tertuang dalam UUD 45, Pancasila negara dan kehidupan Dhamma kita menjadi sejalan.”
“Contoh aksi nyata yang bisa masyarakat nilai sendiri, kami berjuang mengkritisi Ditjen Bimas Buddha agar transparan anggaran. Untuk apa kita repot-repot? Karena banyak indikasi penyimpangan keuangan negara yang merugikan komunitas Buddhis. Di satu sisi mahasiswa adalah generasi pembelajar, pemikir yang sensivitasnya akan terasah kehidupan-kehidupan nyata di masyarakat, sehingga timbullah kesadaran untuk berjuang, tanpa imbalan apa pun.”
“HIKMAHBUDHI akan hadir di tengah-tengah masyarakat untuk mendorong terciptanya kebenaran, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan demi mewujudkan perdamaian dan terbebasnya penderitaan, di manapun berada, di segala aspek kehidupan apa pun, di golongan apa pun tanpa terkecuali.”
“Jadilah generasi muda yang terlibat dalam perbaikan, jangan hanya menua menjadi tukang keluh tanpa aksi nyata. Kalau bukan kita siapa lagi?!” ajak Suparjo menutup wawancara.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara