• Thursday, 6 October 2016
  • Ngasiran
  • 0

Temanggung merupakan salah satu basis umat Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Hampir di setiap kecamatan di Temanggung terdapat komunitas umat Buddha meskipun sebagian besar umat Buddha tinggal di Kecamatan Kaloran.

Dari awal perkembanganya sekitar tahun 1965 hingga saat ini, umat Buddha Temanggung mengalami pasang surut. Kurangnya pembinaan terutama kepada generasi muda Buddhis ditambah lagi matinya sejumlah organisasi pemuda Buddhis, menyebabkan pemuda Buddhis tidak mempunyai ruang aktivitas bersama. Faktor ini memberikan andil besar terhadap menurunnya keyakinan yang mengakibatkan merosotnya umat Buddha Temanggung baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Padahal, pemuda bukan hanya sebagai generasi penerus, tetapi lebih dari itu pemuda Buddhis merupakan penentu perkembangan agama Buddha ke depan. Hilangnya generasi muda Buddhis berarti hilangnya juga masa depan Buddhisme di pedesaan. Oleh sebab itu wajib hukumnya untuk membina dan mengelola generasi muda Buddhis.

Sejak April 2016 lalu, sejumlah pemuda Buddhis sudah memulai menggerakkan kembali Pemuda Buddhis Temanggung, Semarang, dan Kendal. Dan terbukti setelah ada inisiator kegiatan, pemuda Buddhis mulai aktif kembali melakukan berbagai kegiatan. Lebih dari 250 pemuda Buddhis hadir di setiap kegiatan yang diselenggarakan. Ini memperlihatkan kepada kita, apabila diorganisir dengan baik, pemuda Buddhis Temanggung, Semarang dan Kendal dapat mewarnai perkembangan agama Buddha di Indonesia.

Namun, karena lemahnya kaderisasi dan pemahaman tentang organisasi, kegiatan tersebut hanya bergantung pada beberapa gelintir orang saja. Apabila sang inisiator tidak menggerakan, maka kegiatan akan berhenti.

Dari pemikiran itu, Pemuda Buddhis Temanggung, Semarang dan kendal yang didukung oleh Vihara Buddhagaya Semarang dan Buddhayana Dharmavira Center (BDC) Surabaya, berinisiatif untuk menggelar Pelatihan Organisasi dan Public Speaking. Pelatihan ini dianggap penting untuk menumbuhkan kader-kader baru inisiator penggerak pemuda Buddhis di wilayah masing-masing sampai tingkat kecamatan, kabupaten, dan antar kabupaten.

Memahami Pentingnya Organisasi
Pelatihan organisasi yang dilaksanakan pada tanggal 1-2 Oktober ini diikuti oleh 20 pemuda Buddhis dari Temanggung dan Semarang. “Pemuda Buddhis Temanggung, Semarang dan Kendal yang masuk dalam wilayah binaan kami sangat banyak. Tetapi kami ingin fokus pada 20 pemuda yang kami pandang mampu sebagai kader penerus pemuda Buddha Buddhis di wilayah masing-masing,” jelas Saryanto, tokoh pemuda Buddhis Temanggung.

Kegiatan diawali dengan diskusi santai bersama Ide Bagus Arif Setiawan, mantan pimpinan nasional Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI). Ide Bagus mengatakan bahwa organisasi sangat penting dalam sebuah perjuangan. “Contoh nyata pentingnya organisasi, kalau kita belajar sejarah perjuangan memerdekakan Indonesia; Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol dan pejuang-pejuang lain sebelum tahun 1900-an mereka berjuang sendiri-sendiri. Mereka belum menggunakan strategi organisasi sehingga lebih dari 300 tahun Indonesia belum mampu keluar dari jajahan bangsa asing. Namun setelah tahun 1900an muncul organisasi-organisasi seperti Indische Partij, Boedi Utomo dan lain-lain, tidak lama setelah itu Indonesia merdeka.”

Oleh sebab itu, menurut Ide bagus, penting sekali setiap orang berorganiasi, “Pemuda harus belajar berorganisasi untuk bisa maju, organisasi apa pun itu sesuai dengan tujuan di visi-misi organisasi. Banyak manfaat yang diperoleh di organisasi, meskipun tidak secara langsung, setidaknya organisasi membuat masyarakat mempunyai daya kontrol dalam hal apa pun.”

Mencari Solusi Mangkraknya Organisasi Pemuda Buddhis Temanggung
Diakui atau tidak, telah banyak organisasi pemuda Buddhis yang telah berkiprah di Temanggung, namun sayang dalam perjalanannya organisasi-organisasi ini tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Sesi kedua pelatihan ini mengurai dengan analisis sosial peta persoalan dan penyebab mangkraknya organisasi pemuda Buddhis Temanggung. Saryanto yang pernah menjabat menjadi ketua Patria selama dua periode mengaku mengalami banyak kendala.

Menurut Ide Bagus, setelah mendengarkan cerita dari Saryanto, ada kesalahan yang akibatnya beruntun bagi kelangsungan organisasi, “Pemilihan ketua, tanpa pembekalan yang cukup mengenai tujuan organisasi dan visi-misi, ini cukup fatal dan akibatnya beruntun. Jadi menurut saya, yang pertama harus dilakukan adalah meng-copy AD/ART kemudian membagikan kepada semua anggota untuk dipelajari, sehingga anggota mengetahui tujuan dibentuknya organisasi dan menumbuhkan sense of belonging atau rasa memiliki. Kedua, dalam organisasi itu harus ada tahapan pembelajaran atau pendidikan keorganisasian. Orang tidak bisa serta merta dipilih menjadi pemimpin tanpa mengetahui tentang organisasi yang akan dipimpin. Ketiga, sekretariat dengan segala aktivitasnya itu penting. Di situ bisa dijadikan tempat diskusi untuk menyusun program kerja dan lain-lain, termasuk membangun kemandirian dengan membuat usaha bersama untuk menghidupi organisasi.”

20161006-organisasi-kepemudaan-buddhis-memble-begini-solusinya-2

Menumbuhkan Semangat Bodhisatva dalam Berorganisasi
Pada dasarnya organisasi dalam segala bidangnya, dibentuk untuk mencapai suatu tujuan bersama. Selain memahami pentingnya organisasi, pelatihan ini juga diisi dengan materi menumbuhkan semangat Bodhisattva yang dibawakan oleh Eko Nugroho dari Institut Nagarjuna.

Dalam ajaran Buddha, Bodhisattva merupakan manusia yang sudah mencapai tingkatan spiritual tinggi, namun menunda merealisasi Nibbana untuk meneruskan perjuangan mengajak semua makhluk menuju pembebasan. “Bodhisattva juga bisa diartikan manusia yang sedang menyempurnakan parami, dengan melakukan segala perbuatan baik,” ujar Eko.

“Sama dengan tujuan organisasi yang bertujuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada baik di komunitas maupun di masyarakat umum. Jadi menurut saya, ini bisa kita jadikan landasan kita untuk berorganisasi dan belajar menyelesaikan segala persoalan di masyarakat,” tambahnya.

Pada hari kedua, pelatihan dilanjutkan dengan pelatihan public speaking. Salah satu kendala dalam berorganisasi menghadapi masyarakat adalah komunikasi. Banyak pemuda Buddhis yang telah mempersiapkan materi untuk disampaikan di depan umum, namun jadi berantakan karena grogi dan rasa minder.

Harry Xiao dari Semarang yang menjadi pembicara dalam sesi ini mengatakan bahwa berbicara di depan umum bukan sebuah teori, melainkan sesuatu yang harus dipraktikkan dan dilatih setiap saat.

Pelatihan ini disambut antusias oleh pemuda Buddhis Temanggung dan Semarang. Usai pelatihan, langsung diadakan rapat program sebagai tindak lanjut dan praktik berorganisasi untuk memajukan pemuda Buddhis ke depan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara