• Friday, 21 July 2023
  • Surahman Ana
  • 0

Oleh : Surahman Ana

Foto : Dok. Panitia / Ely Suryanto

Pemuda Buddhis Temanggung berkolaborasi dengan Vihara Dhamma Surya Putra Kebondalem memperingati Asadha Puja dengan memberikan penghargaan kepada para tokoh yang mengembangkan Agama Buddha setempat. 

Acara dihadiri oleh lima bhikkhu Sangha lintas sekte dan diikuti ratusan umat Buddha di wilayah Kecamatan Kaloran dilaksanakan di Dusun Kebondalem, Desa Kemiri, Kecamatan Kaloran, Kab. Temanggung, Jawa Tengah (16/7/2023). Lima bhikkhu Sangha yang hadir dalam acara ini di antaranya Bhante Cattamano, Bhante Ditthisampanno, Bhante Thitasadho, Bhante Subhacaro, dan Bhante Badrabuddhi. 

Pemuda Buddhis Temanggung berkolaborasi dengan Vihara Dhamma Surya Putra Kebondalem memperingati Asadha Puja (16/7/2023). Sumber Foto: Dok. Panitia / Ely Suryanto

Hal menarik dalam acara ini juga mengundang puluhan tokoh dan para sesepuh yang berperan dalam perkembangan Agama Buddha di Temanggung. Catur Singgih, koordinator pemuda Buddhis menyampaikan bahwa hal ini sebagai bentuk penghargaan kepada para tokoh Agama Buddha.

“Kami memang sengaja mengundang para tokoh Agama Buddha di Temanggung, ada 21 tokoh yang kami undang tetapi yang hadir sekitar 17 orang. Ini sebagai wujud rasa terima kasih dan penghargaan kami atas perjuangan mereka dalam mengembangkan Agama Buddha di Temanggung ini. Tanpa perjuangan para sesepuh, kita mungkin tidak akan mengenal Dhamma saat ini,” ujar Catur. 

Acara dimulai dengan puja bakti pada pukul 19.00 WIB dan dilanjutkan dengan Dhammadesana oleh Bhante Cattamano. Usai pesan Dhamma, dilakukan persembahan amisa puja dan penyerahan kenang-kenangan dari pemuda Buddhis kepada para tokoh Agama Buddha. Acara selesai sekitar pukul 21.00 WIB.

Bhante Cattamano menjelaskan bahwa Asadha merupakan awal mula munculnya Agama Buddha yang ditandai dengan pembabaran Dhamma dan terbentuknya Sangha untuk pertama kali.  Dua bulan sesudah pertapa Gotama mencapai kesempurnaan menjadi Buddha kemudian mengajarkan Dhamma tepat pada saat purnama bulan Asadha. “Seandainya tidak ada pembabaran Dhamma kita semua tidak akan mengenal ajaran Buddha, juga tidak akan ada Agama Buddha,” bhante mengawali pesan Dhamma. 

Lebih lanjut bhante menjelaskan bahwa umat Buddha mengenal dan mempraktekkan Dhamma untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan hidup. Dhamma ajaran Sang Buddha dikenal oleh umat Buddha sebagai jalan tengah, yaitu delapan unsur jalan mulia yang hendaknya dipahami dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Kenapa jalan tengah? Karena ada dua pandangan keliru menurut Sang Buddha yang seharusnya dihindari, yaitu pandangan ekstrem menyiksa diri dan pandangan mengumbar hawa nafsu. Kedua pandangan ini dianggap oleh para pelakunya bisa menghentikan penderitaan, tetapi kenyataannya tidak. Oleh karena itu Sang Buddha yang mencapai kesempurnaan kebijaksanaan memberikan ajaran dengan jalan tengah yang kita kenal sebagai delapan jalan mulia,” jelas bhante.

Delapan jalan mulia, bhante melanjutkan, terbagi menjadi tiga kelompok yaitu Sila, Samadhi, dan Panna. Menurut bhante, ajaran ini harus dipraktekkan untuk membersihkan kotoran batin yang menyebabkan penderitaan. 

“Untuk memperoleh kedamaian dan kebahagiaan, Sang Buddha menganjurkan kita untuk membersihkan kotoran batin yaitu keserakahan, kebencian, dan kebodohan dengan praktek Sila, Samadhi, dan Panna. Batin yang bersih hidupnya akan bahagia. Salah satu sikap yang bisa kita kembangkan untuk membersihkan batin yaitu bersyukur dengan apa pun yang kita miliki. Ini untuk mengikis keserakahan dalam diri kita.” 

“Apalagi semakin umur tua penderitaan akan semakin terasa. Oleh karena itu kita harus praktek delapan jalan tengah supaya tidak menderita dan mencapai kebahagiaan yang tanpa syarat,” tutup bhante.

Atas penyelenggaraan acara ini, Bhante Ditthisampanno memberikan dukungan kepada pemuda Buddhis Temanggung untuk terus menjalin sinergitas dengan vihara-vihara yang ada di Kabupaten Temanggung. Bhante menilai hal ini akan mendorong eksistensi vihara-vihara untuk berkegiatan.

“Penyelenggaraan sebagai kolaborasi dengan vihara ini bagus sekali, wujud sinergi antara pemuda Buddhis dengan vihara. Dengan memberikan peran kepada vihara-vihara untuk melakukan kegiatan, ini menunjukkan bahwa eksistensi vihara itu terakui. Dan pemuda Buddhis lintas sekte, ini merupakan suatu kebersamaan untuk melestarikan ajaran Buddha yang mana perlu mendapatkan dukungan dari vihara-vihara.”

Bhante juga memberikan apresiasi atas inisiatif pemuda Buddhis untuk melibatkan para tokoh Agama Buddha dalam peringatan ini. 

“Tadi saya lihat juga mengundang dan memberikan penghargaan kepada para tokoh atau orang  tua sebagai pelaku sejarah Agama Buddha di Temanggung. Saya sangat apresiasi dengan kegiatan ini. Ini berarti memanusiakan manusia, bagaimana pun kita tidak bisa bergerak sendiri, walaupun kita punya kekuatan pembaharuan, tetapi kita tidak bisa menutup mata akan sejarah masa lalu. Dengan kita menghormati para orang tua, mereka juga akan mendukung sepenuhnya kegiatan pemuda Buddhis,” papar bhante.

Bhante berpesan kepada pemuda Buddhis untuk bersama-bersama bersinergi dalam mengembangkan Buddha Dhamma khususnya di Temanggung. 

Sementara itu Romo Solikun, salah satu tokoh dan sesepuh Agama Buddha Temanggung merasa sangat terkesan atas dilibatkannya dalam acara ini. “Kami merasa sangat dihargai melalui kegiatan ini, perjuangan para tokoh dan sesepuh umat Buddha masa lalu seperti diakui,” ungkap tokoh asal Kecamatan Parakan tersebut.

Pak Solikun berharap kegiatan ini terus berlanjut dan ia sangat mendukung apabila pemuda Buddhis juga mengadakan puja di situs-situs yang ada di Kabupaten Temanggung.

“Semoga ini bisa terus berlanjut dan kami para orang tua mendukung dan selalu mendoakan sepenuh hati. Ke depannya jangan terkotak-kotak, mari bersatu, bersinergi untuk perkembangan ajaran Buddha, apalagi di Temanggung semakin lama semakin merosot, ini harus diperjuangkan oleh generasi muda saat ini. Umat Buddha Temanggung mari mulai adakan puja di situs-situs seperti Liyangan, karena di Liyangan itu juga ada Arca Tara. Selain itu juga bisa dilakukan puja di Situs  Setapan, karena itu konon adalah sebuah stupa,” pungkas Romo Solikun.[MM]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara