• Saturday, 18 November 2017
  • Karina Chandra
  • 0

(11/11), pelajar Buddhis se-Jabodetabek berkumpul di gedung Prasadha Jinarakkhita untuk menyaksikan pertunjukan wayang Jataka.

Pertunjukan wayang ini merupakan bagian dari rangkaian acara “Kenalkah Aku Dengan Buddha” yang diselenggarkaan pada tanggal 11-12 November 2017 oleh Yayasan Wilwatikta Sriphala Nusantara bekerja sama dengan Cetya Candranaya Keluarga Buddhayana Indonesia.

Selain pertunjukan wayang, rangkaian acara ini juga meliputi studium generale dengan topik “Membedah Pertunjukan Agung Buddha Melalui Lalitawistara” oleh Biksu Bhadra Ruci yang diadakan pada tanggal 12 November 2017.

Dalang Dwi Febrianto membawakan kisah Angsa Emas

Jataka adalah istilah untuk kumpulan kisah kelahiran Buddha selagi berlatih di jalan Bodhisattwa sebelum terlahir sebagai Pangeran Siddharta. Kisah Jataka yang ditampilkan dalam bentuk wayang adalah Kisah Angsa Emas dan Kisah Sutasoma.

Pertunjukan wayang ini disaksikan oleh pelajar Buddhis se-Jabodetabek, khususnya dari sekolah-sekolah yang pernah dikunjungi dalam Roadshow Jataka Mala “Buddha Goes to School” dari Pusdiklat Jinaputra Tushitavijaya bekerja sama dengan Lamrimnesia.

Kisah pertama yang ditampilkan adalah Kisah Angsa Emas, dibawakan oleh Dwi Febrianto. Dalam kisah ini, Bodhisatwa terlahir sebagai raja para angsa yang berbulu emas beserta pendampingnya yang diincar oleh pemburu suruhan raja.

Dihadiri 1.000 pelajar Buddhis dari berbagai sekolah se-Jabodetabek 

Dari kisah ini, kita bisa belajar tentang kesetiaan dari pendamping Angsa Emas yang menolak meninggalkan rajanya yang terjerat perangkap pemburu, bahkan hingga rela mengorbankan dirinya agar sang Angsa Emas dibebaskan.

Selain itu, ada juga pesan tentang kebaikan hati dari sang Angsa Emas yang masih bisa memikirkan pemburu yang sudah menyakitinya hingga dengan rela mengizinkan si pemburu untuk membawanya pergi agar si pemburu mendapat hadiah dari raja.

Kisah kedua yang tak kalah menginspirasi adalah Kisah Sutasoma, dibawakan langsung oleh Biksu Bhadra Ruci sendiri. Selama ini, kitab Sutasoma sering muncul di buku pelajaran sebagai sumber dari semboyan negara kita, “Bhinneka Tunggal Ika”.

Kisah Sutasoma mengisahkan kelahiran Bodhisattwa sebagai Pangeran Sutasoma yang menaklukkan raksasa rakus pemakan manusia, bukan dengan senjata, melainkan dengan kebijaksanaan, rasa hormat kepada Dharma, dan orang yang mengajarkan Dharma, serta ketulusan dalam menepati janji. Pada akhirnya, sang raksasa pun tunduk pada Pangeran Sutasoma, berguru kepada beliau, dan berhenti memakan daging manusia.

Pelajar Buddhis se-Jabodetabek menyaksikan pertunjukan wayang Jataka 

Pertunjukan wayang Jataka ini merupakan puncak roadshow “Buddha Goes to School” yang diselenggarakan untuk memberikan teladan positif kepada pelajar Buddhis di Indonesia melalui sosok Buddha. Melalui kisah-kisah Jataka, Buddha diperkenalkan kembali sebagai pahlawan bagi generasi muda yang betul-betul nyata dan melebihi superhero-superhero fiktif yang populer di zaman sekarang.

Biksu Bhadra Ruci berpesan agar pemuda Buddhis Indonesia menyadari tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu menjadi orang baik, dan memperkokoh keyakinan kepada Buddha, superhero kita yang benar-benar nyata dan senantiasa menyertai kita melalui Dharma-Nya.

“Buddha adalah hero kita, bukan Superman, bukan Batman, bukan Spiderman!” demikian kata Biksu Bhadra Ruci.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara