• Thursday, 2 April 2020
  • Surahman Ana
  • 0

Selama tiga hari sejak kedatangannya pada tanggal 10 Maret, puluhan peserta dari berbagai latar belakang; mahasiswa, budayawan, pengusaha, pengajar dll, berbaur dalam hiruk pikuknya warga di sebuah dusun kecil di ujung Kabupaten Temanggung. Mereka sengaja datang dari berbagai daerah luar kota untuk mengikuti acara Nyadran Perdamaian 2020 di Dusun Krecek, Getas, Kaloran, Temanggung yang diadakan pada Rabu-Jumat (11-13/03).

Nyadran Perdamaian bertema “Merawat Tradisi Lintas Generasi” yang diselenggarakan oleh BuddhaZine bekerjasama dengan AMAN Indonesia dan warga Dusun Krecek merupakan perhelatan yang kedua kalinya. Para peserta berjumlah kurang lebih 25 orang mengikuti rangkaian acara yang terbagi dalam berbagai kelas. Secara keseluruhan kegiatan lebih banyak mengenalkan pola kehidupan sosial, tradisi serta kebudayaan yang telah lama ada di Dusun Krecek. Para peserta juga ditugaskan untuk menuliskan pengalaman-pengalaman mereka dan dikumpulkan di akhir kegiatan.

Pembukaan kegiatan dilakukan pada hari Selasa malam dengan penjelasan tentang Nyadran yang diakhiri dengan kendurian. Acara dihadiri para perangkat Desa Getas juga perangkat Dusun Glethuk yang dilaksanakan secara outdoor di sepanjang jalan tengah Dusun Krecek. Kegiatan resmi dibuka dengan pemukulan kentongan oleh Kepala Desa Getas.

Pagi hari di hari pertama para peserta mengikuti sesi meditasi pagi yang dibimbing oleh Athasilani Uun, seorang mahasiswi STAB Kertarajasa, Batu, mulai pukul 05.00 WIB di pondok meditasi Dusun Krecek. Meditasi menjadi awal kegiatan peserta untuk melanjutkan sesi kedua yaitu kegiatan harian, di mana para peserta akan turut serta melakukan aktivitas bersama induk semang mereka hingga waktu makan dan istirahat siang.

Selepas rasa lapar dan lelah, para peserta mengikuti sesi Karawitan I di rumah Pak Kadus yang di bimbing oleh seorang dalang lokal Ki Suratno. Kegiatan bersambung dengan sesi latihan kesenian daerah asli Dusun Krecek yaitu Jaran Kepang Kuno yang dibimbing oleh Mbah Suyanto dan kawan-kawan. Selama kurang lebih dua jam mereka mengikuti sesi ini sebagai akhir kegiatan siang di hari pertama.

Malam harinya sehabis mandi dan makan adalah waktunya untuk acara kelas sesaji yang di ampu oleh Mbah Sukoyo, Kadus sekaligus sesepuh dusun yang selama ini menjaga tradisi sesaji di Dusun Krecek. Dari kelas sesaji ini para peserta diberikan  pemahaman yang logis serta pandangan baru yang positif mengenai sesaji.

Kelas Karawitan II kembali dilanjutkan seusai kelas sesaji, mengulang belajar notasi dan cara menabuh yang dipelajari pada sesi karawitan pertama. Keesokan harinya mulai lagi dengan meditasi masih dengan pembimbing yang sama namun lokasi berbeda, yaitu di area Curug Dusun Krecek yang berada kurang lebih 150 m di sebelah utara Dusun Krecek.

Sepulang dari meditasi mereka melakukan bersih diri dan sarapan di rumah masing-masing, untuk kemudian bersiap-siap mengikuti kelas perempuan bercerita yang diisi oleh Maskur Hasan, koordinator AMAN Indonesia. Acara berupa sharing dan diskusi tentang peran sosial perempuan dan kesetaraan gender yang juga diikuti perempuan-perempuan dari dusun lain yang selama ini tergabung dalam Sekolah Perempuan (SP) di bawah binaan AMAN Indonesia.

Setelah jeda istirahat siang peserta melanjutkan kegiatan dalam sesi Karawitan III dengan pembimbing yang berbeda yaitu seorang seniman muda alumni ISI Yogyakarta, Madha Soentoro yang saat ini juga sebagai pengajar seni di beberapa lembaga pendidikan di Yogyakarta. Acara berlanjut dengan latihan Jaran Kepang sesi kedua yang digabung dengan belajar Macapat.

Malam harinya tidak ada kegiatan dalam kelas, semua peserta diberikan waktu untuk  membantu para induk semang masing-masing mempersiapkan segala keperluan nyadran.

Hari Jumat (13/03) merupakan puncak acara Nyadran Perdamaian. Sejak pagi hingga siang hari para peserta mengikuti perayaan Nyadran di makam kemudian pulang sebelum tengah hari untuk istirahat. Sore harinya adalah penutupan kegiatan Nyadran Perdamaian dengan refleksi dan pentas seni. Berbagai pesan dan kesan para peserta diungkapkan satu per satu dalam sesi refleksi. Beberapa peserta bahkan mengaku sangat betah di Krecek dan kapan-kapan akan kembali berkunjung ke Krecek.

Begtu juga dengan tulisan-tulisan yang berhasil dikumpulkan oleh panitia, seperti petikan tulisan dari salah satu peserta asal Muara Jambi, Sumatra. “Dusun Krecek Kabupaten Temanggung adalah kehidupan dimana masyarakatnya ramah, sopan, sapa, senyum mereka menunjukkan budaya sesungguhnya dari Nusantara kita Indonesia. Harapan saya ini dilanjutkan dan menunjukkan kepada masyarakat Indonesia, ini loh kehidupan beragama. Dusun Krecek ini tidak hanya nilai-nilai leluhur saja yang dijaga tetapi kehidupan bersama yang mereka tunjukkan membuat satu pelajaran kepada setiap orang yang datang ke Dusun Krecek Kabupaten Temangung ini,” ungkap Hasym di akhir tulisannya.

Sementara pengalaman-pengalaman menyenangkan lain juga diungkapkan Elma Ayu Suryani, seorang Mahasiswi semester akhir UNNES Semarang yang sedang melakukan penelitian untuk skripsinya. “Saya berdua bersama teman saya Mey Lusi yang juga sangat antusias ketika saya ajak untuk ikut acara Nyadran Perdamaian ini. Rasanya sangat senang sekali ketika masuk Dusun Krecek. Suasananya yang sangat damai dan toleransi antar agama sangat bagus, membuat saya betah di sini. Kebetulan saya kedua kalinya datang ke sini dangan cuara yang cerah, awan yang indah dan Gunung Sindoro yang tegak terlihat jelas. Hari pertama acara ini yakni perkenalan, saya datang ketika peserta lain sudag kumpul, saya merasa malu dan grogi saat disuruh memperkenalkan diri saya tapi seiring berjalannya waktu saya merasakan kenyamanan di sini dan peserta yang lain juga sangat friendly,” ungkap mahasiswi prodi Sastra Jawa dalam tulisannya.

“Setelah selesai mengikuti seluruh rangkaian acara Nyadran Perdamaian, pagi harinya saya dan teman saya pamit pulang, berat rasanya dan ingin berlama-lama di Krecek. Terima kasih Krecek telah memberikan pengalaman baru dan mengasyikkan,” pungkasnya.

Penutup kegiatan secara keseluruhan diakhiri dengan ungkapan terima kasih serta permintaan maaf dari Kepala Dusun Krecek dan pertunjukan karawitan para peserta live in.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara