• Wednesday, 13 February 2019
  • Ngasiran
  • 0

Sabtu (1/2), pada malam hari, suasana Vihara Buddha Metta tak jauh berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Umat Buddha, Samanera, Atthasilani dan para mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Kertarajasa, Malang datang ke vihara melakukan pujabhakti, meditasi, dan belajar Dharma. Aktivitas ini setidaknya yang dilakukan oleh umat Buddha Dusun Kandangan, Desa Tempuran, Kec. Kaloran, Temanggung selama satu bulan penuh.

Kedatangan Mahasiswa STAB Kertarajasa yang sedang melakukan Praktik Pengabdian Masyarakat (PPM) memberi dampak signifikan terhadap aktivitas vihara. Vihara menjadi ramai, umat Buddha mendapat bimbingan Dharma dari mahasiswa, samanera, dan atthasilani. Hanya saja malam itu sedikit berbeda, usai pujabhakti para mahasiswa membagikan hadiah lomba untuk anak-anak Sekolah Minggu. Keceriaan dan canda tawa masih terpancar dari wajah mereka. Tepuk tangan dan ucapan selamat berulang terdengar saat nama sang juara dibaca.

Tetapi, keceriaan itu berubah seketika saat kata perpisahan terucap dalam renungan malam. Suasana ruang Dharmasala menjadi hening, hanya suara isak tangis mengiringi puisi renungan yang dibacakan oleh mahasiswa. Segala kenangan hadir dalam benak seisi ruangan malam itu, kebersamaan selama satu bulan penuh akan berakhir. Mereka yang sudah dianggap seperti anak-anak sendiri akan segera kembali, meninggalkan Dusun Kandangan.

“Gimana ya Mas, setiap hari kita bersama. Mulai pagi sampai jelang istirahat malam melakukan aktivitas bersama, sudah seperti keluarga. Tiba-tiba mereka harus pergi, kembali ke kampusnya, jadi kenangan-kenangan itu muncul. Sejak malam itu, sampai esok hari saat mereka naik bus, umat masih menangis,” kata Wawan, salah satu pengurus Vihara Metta Karuna.

Tak tega melepaskan kepergian mereka, beberapa pengurus vihara bahkan ikut mengantarkan para mahasiswa ini sampai ke Padepokan Dhammadipa Arama, Malang. “Bapak dan tiga umat lainya ikut mengantar ke Malang. Rasanya tidak tega melepas anak-anak itu jalan sendirian,” imbuh Wawan kepada BuddhaZine.

 

Terkesan dengan keramahan warga

Kesedihan itu tak hanya dirasakan oleh warga umat Buddha Dusun Kandangan, tetapi juga dirasakan oleh para mahasiswa. Mereka yang sudah terbiasa dengan suasana desa dengan segala keramahan warga membuatnya merasa berat untuk ditinggalkan. Seperti yang dialami Elsa Dharmala Putri (22), mahasiswi asal Kabupaten Blitar.

“Yang mengharu biru adalah pagi tadi, saat saya datang melakukan namaskara di Dharmasala. Kenangan itu datang, saya ingat semua kegiatan di Dharmasala bersama semua warga. Di vihara ini, semua suasana tercipta setiap harinya, sedih, senang, bahagia ada di dalam sana,” kata Elsa.

Elsa mengaku sangat beruntung bisa melakukan PPM di Vihara Metta Karuna. Banyak pengalaman berharga yang dia dapat, meskipun begitu menurutnya waktu satu bulan belum cukup, masih banyak yang mahasiswa, samanera, dan atthasilani lakukan untuk membimbing umat Buddha di perdesaan Temanggung.

“Kalau ditanya kurang lama, memang iya, kami merasa masih banyak yang dapat kami lakukan kepada mereka tapi waktu mengharuskan kami pulang, melanjutkan aktivitas perkuliahan. Yang saya katakan kepada para umat saat renungan tadi malam adalah untuk selalu semangat ke vihara, untuk menjaga kelestarian Buddhadhamma. Dan saya juga bilang kepada para umat pasti dalam waktu yang tidak dapat ditentukan kita akan bertemu kembali,” lanjut Elsa.

Baca juga: Tradisi dan Agama Buddha yang Selaras di Kaloran, Temanggung

Tak jauh berbeda dengan Elsa, Febri Nugraheni (20) juga merasa berat meninggalkan masyarakat Kandangan. Sikap terbuka, menerima, dan keramahan warga membuatnya terkesan. “Banyak banget yang saya pelajari, terutama keramahan penduduk sekitar, saya masih kagum dengan sikap itu. Caranya bersosialisasi dengan orang baru, mereka bisa bersosialisasi dengan mudah, hal tersebut yang kadang saya jarang jumpai dalam hidup bermasyarakat,” katanya.

Lain halnya dengan Tabah Galuh Purwi Lestari (20), mahasiswi asal Banjarnegara ini mengaku lebih terkesan dengan kesenian. “Masyarakatnya luar biasa banget, dulu waktu pertama sampai Kandangan saya kira susah untuk sosialisasi dengan masyarakat. Eh ternyata masyarakat ramahnya minta ampun, sudah seperti kampung sendiri, keluarga sendiri. Dan yang bikin saya tertarik dengan daerah itu adalah keseniannya, bagus banget, bahkan saya tau tentang kesenian adalah dari daerah itu.”

 

Pengabdian 100 %

Program Pengabdian Masyarakat STAB Kertarajasa diikuti oleh 24 mahasiswa semester 6 yang terdiri dari; 6 samanera, 7 atthasilani dan 11 mahasiswa reguler. Selama satu bulan penuh, Selasa 1 Januari sampai 2 Februari 2019, para mahasiswa ini melaksanakan berbagai program pengabdian yang berpusat di Vihara Metta Karuna, Dusun Kandangan.

“Ada beberapa program yang sudah kami lakukan dalam PPM kali ini, yaitu; pembangunan kuti (tempat tinggal bhikkhu) dan renovasi sarana vihara, pendidikan melalui pembinaan Sekolah Minggu dan mengajar anak-anak PAUD, seni budaya, pindapatta dan membimbing latihan pali wacana kepada umat Buddha,” kata Samanera Vivekadaso, saat menyampaikan laporannya dalam perpisahan Sabtu, (1/1).

Program-program ini, menurutnya sudah dijalankan dengan baik, bahkan tingkat keberhasilannya mencapai 96 %. “Pindapatta tidak hanya di Kandangan dan kampung Mranggen, tapi juga sampai Ngadisari dan Toleh. Pujabhakti dilaksanakan setiap hari di Vihara Kandangan, ini juga diikuti oleh umat Buddha minimal 20 orang setiap hari. Anjangsana di rumah umat Buddha, latihan pali wacana dan metta chanting yang dilaksanakan setiap hari. Jadi berdasarkan indikator penilaian, tingkat keberhasilan menjalankan program kami 96 persen,” jelasnya.

Acara perpisahan dihadiri oleh para bhikkhu sangha; Bhante Subhapannyo, Bhante Guta Dhammo, Bhante Sujano, Bhante Khemadiro. Selain para bhikkhu pejabat pemerintah setempat dan ratusan umat Buddha juga hadir dalam acara ini.

Bhante Subhapannyo, Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia yang juga menjabat sebagai Ketua STAB Kertarajasa memberi apresiasi atas keberhasilan para mahasiswa melakukan PPM.

“Saya merasa bangga dari presentasi yang dilaporkan oleh ketua program PPM tadi, dari 5 program presentasi keberhasilannya di atas 95%. Gak rugi, jauh-jauh dari Jawa Timur sekarang sudah berhasil di Jawa Tengah. Saya kira pantas para samanera dan mahasiswa untuk mendapat apresiasi terutama dari saya. Nanti saya minta kepada para dosen pendamping untuk memberi nilai 9, karena sudah bekerja keras. Ini adalah kuliah yang nyata,” kata bhante.

“Tetapi kita juga harus mengapresiasi warga di sini yang telah menerima, kerja sama membangun keharmonisan dengan warga ini yang lebih penting. Selama 1 bulan bekerja sama dengan warga, ini adalah prestasi dan keberhasilan PPM yang sesungguhnya,” imbuhnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara