Foto : Ngasiran
Sangha Theravada Dhammayut Indonesia (STDI) melaksanakan rapat tahunan di Vihara Vipassana Graha Lembang, Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/7/2023). Rapat ini dihadiri para bhikkhu dhammaduta Indonesia. Yang menjadi istimewa, acara ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua Saṅgharāja Thailand Somdet Phra Mahaviravongse.
Turut hadir dalam rapat Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI Drs. Supriyadi, M.Pd, Perwakilan dari Kedutaan Besar Thailand untuk Indonesia Mrs. Hathaichanok Riddhagni Frumau Minister Thai Embassy in Indonesia dan Mr. Wiwat Tiengtham Second Secretary Thai Embassy in Indonesia.
Acara diawali dengan Namaskara Gatha dan Vandana yang dipimpin oleh YM. Somdet Phra Mahaviravongse. Beliau menyambut baik pertemuan dan menekankan pentingnya pelaksanaan rapat tahunan.
“Pertemuan ini sangat penting untuk mengetahui sejauh mana perkembangan agama Buddha di Indonesia, khususnya perkembangan dari program-program Dhammaduta Thailand untuk Indonesia,” papar Somdet Phra Mahaviravongse.
Somdet juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada para bhikkhu Sangha di Indonesia. Beliau berharap, pertemuan kali ini bisa menghasilkan wacana baru untuk perkembangan Agama Buddha di Indonesia.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia atas dukungannya kepada para bhikkhu Sangha, khususnya para bhikkhu Thailand yang bertugas sebagai Dhammaduta di Indonesia. Kami berharap, dengan pertemuan ini akan menghasilkan satu wacana baru untuk pengembangan vihara-vihara di bawah binaan Sangha Dhammaduta Thailand yang ada di Indonesia,” imbuh somdet.
Usai memberikan sambutan, beliau membuka secara resmi pertemuan atau rapat kerja Sangha Dhammaduta Thailand di Indonesia. Acara dilanjutkan dengan laporan dari Bhante Wongsin Labhiko, Ketua Sangha Theravada Dhammayut Indonesia sekaligus kepala Vihara Vipassana Graha Lembang.
“Saat ini, di Indonesia sudah ada kurang lebih 16 vihara di bawah binaan Sangha Dhammaduta Thailand Indonesia,” papar bhante.
Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi, menyampaikan bahwa peran Dhammaduta memberikan banyak kontribusi dalam perkembangan Agama Buddha di Indonesia. Ia menilai, selain dalam pengajaran Dhamma, Sangha Dhammaduta Thailand juga berperan dalam bidang infrastruktur dan kebudayaan.
“Peran Dhammaduta Thailand dalam perkembangan Agama Buddha di Indonesia cukup signifikan. Salah satu sumbangan penting Dhammaduta adalah penyediaan bhikkhu yang dididik di Thailand untuk mengajarkan Agama Buddha di Indonesia. Dhammaduta Thailand juga telah mendukung berbagai proyek pembangunan infrastruktur Agama Buddha di Indonesia. Selain itu juga turut mempromosikan kesenian dan tradisi kebudayaan Buddha di Indonesia,” ungkap Supriyadi.
Supriyadi menambahkan, Sangha Dhammaduta Thailand di Indonesia mempunyai beberapa peran strategis sebagai wadah kebhikkhuan dalam pembinaan umat Buddha.“Peran strategis STDI di antaranya pemeliharaan dan penyampaian ajaran Buddha, pembinaan moral dan etika, pengabdian sosial, dan pusat kegiatan keagamaan,” tutup Supriyadi.
Pemerintah Thailand melalui Kedutaan Besar Thailand untuk Indonesia Mrs. Hathaichanok Riddhagni Frumau, menyampaikan syarat-syarat bagi umat atau bhikkhu dari Indonesia yang akan belajar di Thailand.
“Untuk tinggal dan belajar di Thailand harus mempunyai visa non imigran. Untuk permohonan mendapatkan visa, harus mendapatkan surat undangan dari Sangha di Thailand,” jelas Hathaichanok.
Acara dilanjutkan dengan laporan-laporan bhikkhu Dhammaduta di Indonesia dari berbagai vihara di antaranya dari Vihara Vipassana Graha, Vihara Buddha Metta Arama oleh Bhikkhu Kamsai Sumano, Cetiya Pannasikkha oleh Bhikkhu Dhammavuddho , Vihara Bangka Dhammaram oleh Bhikkhu Phra Mahawirat Khemacari, Vihara Hemadhiro Mettavati oleh Bhikkhu Khanit Sannano, dan beberapa bhikkhu lain mewakili vihara-vihara dibawah binaan Sangha Dhammaduta Thailand.
Usai sesi laporan, rapat dilanjutkan dengan pembahasan agenda kerja dan kebijakan dalam upaya meningkatkan kinerja para bhikkhu Dhammaduta. Salah satu poin yang dihasilkan dalam rapat adalah peraturan tentang uppajaya atau bhikkhu penahbis. Dalam peraturan ini, Dewan Sangha menjelaskan bahwa untuk menjadi seorang uppajaya atau guru penahbis harus sudah menjalani 20 vassa kebhikkhuan. Selain itu, harus mengikuti pelatihan selama kurang lebih 10 hari dan lulus ujian dasar-dasar Agama Buddha.
Dalam kesempatan ini, juga dilaksanakan penilikan terhadap beberapa vihara seperti Vihara Nekhama Forest Meditation Center, satu vihara di Tangerang, dan satu vihara di Banyuwangi. Penilikan menghasilkan pengangkatan ketua bagi vihara-vihara tersebut. Di akhir rapat, diadakan pemilihan Ketua Dhammaduta Thailand di Indonesia dengan ketua terpilih adalah Bhante Wongsin Labhiko.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara