• Friday, 27 July 2018
  • Junarsih
  • 0

Bhikkhu Rahula Anunayake adalah seorang Bhikkhu dari Sri Lanka. Beliau pabajja pada usia 13 tahun tepatnya tahun 1975 dan mendapat Upasampada tahun 1981. Telah bervassa selama 37 tahun. Beliau juga merupakan seorang profesor dan sebagai Direktur Pascasarjana di Kelania University, Sri Lanka.

Dhammasakacca kali ini didampingi oleh moderator Widiyono dan penerjemah Bhikkhu Santacitto.

“Pertama, Cūḷasīhanādasutta berisi tentang tiga hal penting yaitu keyakinan, pandangan, dan kemelekatan. Keyakinan itu ada amulika saddha dan akaravati saddha. Pandangan ada dua jenis yaitu pandangan tentang makhluk dan pandangan bukan tentang makhluk yang dipengaruhi oleh lobha, dosa, dan moha. Serta kemelekatan terhadap empat hal diantaranya kenikmatan indrawi, pandangan-pandangan, ritual, dan ajaran tentang keberadaan diri. Ketika sesorang mencapai Nibbana, sesorang itu telah melenyapkan kebodohan batin,” tutur Bhikkhu Rahula mengawali penjelasannya.

“Kedua, Mahāsihanādasutta tentang sepuluh Dasabhala dan empat kepercayaan diri dari Buddha. Buddha menjelaskan bahwa apabila seseorang merenungkan dengan baik ajaran Beliau dengan baik maka dia dipastikan akan mencapai pembebasan.”

“Ketiga, Mahādukkhakkhandhasutta, tentang dampak-dampak negatif yang muncul karena kesenangan indrawi. Pada sutta ini Buddha menjelaskan bahawa Raja bisa bertengkar dengan raja, ksatria bisa bertengkar dengan ksatria, teman bisa bertengkar dengan teman, anak bertengkar dengan ibunya, dan ibu bisa bertengkar dengan anaknya.”

“Keempat, Cūḷadukkhakkhandhasutta tentang beberapa hal yang harus dilakukan untuk menghancurkan keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan.”

“Kelima, Anumānasutta tentang pelanggaran dan hukuman bagi para bhikkhu. Sikap buruk yang harus dilenyapkan oleh bhikkhu seperti tidak mudah dinasihati, pemarah, dan sombong. Untuk itu, Buddha mengajarkan bahwa kita harus mengembangkan kekuatan-kekuatan bajik.”

“Keenam, Cetokhilasutta tentang lima perbudakan batin dan lima belenggu pikiran. Jika seseorang penuh dengan keraguan, ketidakpastian, tidak bisa memutuskan sesuatu, dan tidak mempunyai kepercayaan terhadap Buddha, Dhamma, dan para bhikkhu yang lain, maka batinnya tidak terarah untuk mempraktikkan Dhamma. Dan ini juga sama dengan para bhikkhu yang tidak terbebas dari keserakahan, nafsu, kecintaan, kehausan, dan kekotoran batin karena nafsu keinginan.”

“Ketujuh, Vanapatthasutta berkaitan dengan Vinaya empat kebutuhan pokok para bhikkhu meliputi jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dibahas dengan detail dari mana mereka diperoleh kadang-kadang diperoleh dengan sulit dan tidak sulit. Seorang bhikkhu seharusnya memberikan prioritas untuk tempat tinggal seperti di hutan yang cocok dengannya untuk membawa pembebasan. Bahkan apabila ia mendapatkan itu semua, ia harus meninggalkannya apabila itu tidak membawa pada pembebasan batin. Itulah alasan Buddha mengapa beliau memilih kehidupan meninggalkan rumah apabila hanya demi mendapatkan tempat tinggal demikian.”

“Kedelapan, Madhupiṇḍikasutta mengenai akar dari kebajikan dan keburukan. Sutta ini menjelaskan dengan rinci tentang psoses psikologi yang berkaitan dengan lima indera dan obyeknya.”

Baca juga: Melihat Tanpa Mengingat

“Kesembilan, Dvedhāvitakkasutta tentang ajaran Abhidhamma dan filsafat. Kesepuluh, Vitakkasaṇṭhānasutta, Buddha menjelaskan pada muridnya tentang memberikan pikiran yang suci dan bebas dari kekotoran batin.”

Bhikkhu Rahula membahas lebih lanjut mengenai sutta Vitakkasaṇṭhānasutta.

“Ketika ada pikiran jahat atau akusala masuk ke pikiran seseorang, pertama harus memahami mengapa pikiran kotor ini memasuki pikiran kita. Dan kita harus merenungi pikiran ini karena keserakahan, kebencian, atau kebodohan batin. Dan semua intoleransi kekotoran batin muncul di dalam diri seseorang selalu berakar dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin, tidak ada yang di luar itu.”

“Kemudian mengetahui pikiran akusala atau pikiran kotor maka langkah pertama adalah dengan memberikan pikiran bentuk-bentuk yang berlawan dengan pikiran itu. Metta harus dimunculkan dalam pikiran. Dan ketika yang muncul pikiran buruk, maka pikiran baik khususnya kebijaksanaan harus dimunculkan dalam batin.”

“Kita dapat mengambil contoh sederhana seperti perabotan rumah, kursi. Apabila dia rusak, maka kita bawa ke tukang kayu dan akan diperbaiki, dan kekuatan kursi tersebut akan kembali. Dan tidak perlu takut lagi duduk di kursi itu. Hal itu sama apabila pikiran-pikiran buruk masuk dalam pikiran seseorang, maka pikirannya akan lemah, kemuliannya akan berkurang. Maka pikiran-pikiran yang baik harus dimunculkan. Kita harus bisa merenungkan ketidakmanfaatan pikiran kotor.”

“Ada satu perumpamaan, ketika Anda memasuki ruangan ini dengan pakaian yang kotor, pasti tidak akan tenang, Anda akan merasa terganggu dan tidak bisa mengikuti ceremony ini dengan baik. Agar dapat mengikuti ceremony dengan baik, maka Anda harus membersihkan kotoran di pakaian Anda.”

Agar kita dapat melenyapkan pikiran kotor yang ada, Bhikkhu Rahula menguraikan lima cara untuk melenyapkannya. “Pertama, memahami pikiran-pikiran kotor yang muncul, dan kemudian memunculkan pikiran-pikiran baik yang berlawanan dengan pikiran kotor tadi; kedua ketika pikiran-pikiran buruk telah muncul kita harus menemukan bahaya-bahaya yang akan muncul; ketiga untuk bisa melenyapkan pikiran-pikiran buruk maka kita harus mengubah aktifitas-aktifitas lain; keempat adalah dengan berpikir kritis, kelima membuat pikiran-pikiran buruk yang muncul menjadi lemah dan membuat pikiran-pikiran baik menjadi kuat.”

“Saya berharap kepada Anda sekalian memperoleh berkah di dalam Nibbana,” pungkas Bhikkhu Rahula mengakhiri Dhammasakaccanya saat di Indonesia Tipitaka Chanting ke-4 di Candi Borobudur (21/7).

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara