![](https://buddhazine.com/wp-content/uploads/2019/02/Gambar-Buddha-Terbesar-di-Rusia-HL.jpg)
Gambar Buddha Sakyamuni terbesar di Rusia dapat disaksikan di Buryatia, salah satu daaerah Federasi Rusia. Gambar tersebut dilukis di Karang Bayan Khongor dekat desa Bayan Gol di Distrik Khorinsky – sebuah distrik otonom dan administratif di jantung Rusia, satu dari 21 distrik dalam Republik Rusia. Setelah pembuatan gambar pada tahun 2016, wilayah ini menjadi pusat wisata dan ziarah agama (dharmayatra) yang terkenal.
Karang Bayan Khongor telah dianggap sebagai sebuah tempat suci oleh Khorinsky Buryats sejak zaman dahulu kala. Para penduduk Bayan Gol berkumpul di karang suci dua kali dalam setahun – sekali pada musim panas dan sekali pada hari kedua Sagaalgan (istilah dalam bahasa Buryat: “Bulan Putih”), pada tahun baru Buryat, yang menurut kalender lunar biasanya dirayakan pada bulan Februari. Banyak munkhan (tempat-tempat peribadatan kecil) dibangun di seputaran karang.
Secara tradisional, tempat-tempat suci kecil ini menyimpan gambar-gambar burkhan (Dewa-dewi Buddhis), khurde (gendang untuk berdoa/damaru ), lampu-lampu, serta berbagai perlengkapan lainnya. Pada tahun 2015, sebuah rupang Buddha serta tiga stupa muncul di area ini.
Yang Mulia Yelo Rinpoche.
Gagasan tentang gambar Buddha datang dari kalangan penduduk setempat. Mereka memohon Guru Tibet senior Yang Mulia Yelo Rinpoche, yang juga dikenal sebagai Yeshe Lodoy Rinpoche, untuk membantu, karena beliau telah memperoleh mimpi yang sama sejak waktu yang lama.
Guru Gelug yang mulia ini dilahirkan di Tibet, yang mana ia dikenali sebagai inkarnasi keempat dari Yelo Rinpoche, dan bergabung dengan Biara Drepung, bagian dari aliran Gelugpa dalam agama Buddha Tibet. Pada tahun 1959, beliau melakukan perjalanan ke India, yang mana pada tahun 1963, beliau mengambil sumpah sebagai biksu (dalam bahasa Tibet disebut Gelong) dari Yang Mulia Dalai Lama.
Mengikuti saran dari Yang Mulia, pada tahun 1993 Yelo Rinpoche pindah ke Buryatia dan membangun Datsan Rinpoche Bagsha, pusat Buddhis Tibetan di Lysaya Gora, salah satu dari sekian banyak tempat yang tertinggi dan seindah lukisan di ibukota Ulan Ude. Guru akar dari Yelo Rinpoche, Dulva Hambo Thupten Chokyi Nyima, berasal dari Buryatia, yang memastikan hubungan karma beliau dengan dataran Siberia.
Gambar jarak dekat dari gambar Sakyamuni Buddha.
Gambar Buddha Sakyamuni telah dibuat dengan pengaruh minimal terhadap lingkungan alam. Gambar ini tidak sepenuhnya dipahat, hanya lapisan teratas dari bebatuan yang dibuang untuk menampilkan bentuk dari sosok Buddha. Buddha digambarkan tengah mengenakan jubah biarawan tradisional, duduk dengan kaki bersilang dalam postur teratai. Tangan kanannya menggantung dengan membentuk mudra pencerahan, mudra bhumisparsha (mudra memanggil bumi untuk bersaksi), sementara tangan kirinya menggambarkan mudra dhyana (mudra meditasi), sambil memegang patra untuk pindapatta.
Baca juga: Ditemukan Obyek Menyerupai Patung Buddha di Planet Mars
Sosok ini dibuat setinggi 33 meter, karena dalam agama Buddha angka 33 dianggap sakral. Angka ini terkait dengan surga Trayatrimsa, kediaman surgawi dari 33 Dewa. Sesungguhnya, jumlah para dewa yang hidup di alam surga kedua dari ke enam alam surga dalam kosmologi Buddhis ini, jumlahnya jauh lebih banyak, tetapi angka 33 ini diwarisi dari numerologi Vedic, yang mengimplikasikan gagasan tentang keseluruhan wilayah Para Dewa.
Buddha Sakyamuni naik ke surga Trayatrimsa untuk memberikan ajaran demi kemaslahatan semua Dewa yang hidup di sana, dan kepada ibundanya Maya Dewi, yang setelah meninggal terlahir di surga Trayatrimsa ini.
Dharmayatra Buryat pada saat penyucian.
Dalam sebuah wawancara dengan Infopol, pengikut Yelo Rinpoche, Tenzin Lama, menjelaskan arti luhur dari gambar Buddha menyatakan, “Altar Buddhis, seperti vihara, stupa, dan rupang, pada umumnya dibangun menghadap ke Selatan. Bagaimanapun, kami dengan sadar ingin sedikit bergeser dari tradisi ini dan mengarahkan wajah Buddha menghadap Moscow serta kota-kota besar Rusia lainnya.
“Dalam waktu yang sulit seperti sekarang, hal ini perlu dilakukan demi kemaslahatan seluruh negara serta semua makhluk hidup. Pada segala zaman, pembuatan vihara atau gambar Buddha selalu dipandang sebagai perbuatan yang sangat berpahala.
“Di tempat-tempat mereka muncul, segalanya menjadi selaras. Segala jenis bencana alam terhenti, dan muncul kesepahaman dalam hubungan antarmanusia. Lebih sedikit orang yang sakit, dan jumlah kematian akibat kecelakaan menurun. Makhluk hidup menemukan kedamaian dan ketenangan.”
Pada tanggal 10 September 2016, Yelo Rinpoche beserta para Lama yang lain dari Datsan Rinpoche Bagsha, mengadakan sebuah ritual penyucian (dalam bahasa Tibet disebut rabne) terhadap gambar yang unik ini. Selanjutnya, digelar konser dari beberapa grup musik serta kompetisi olah raga nasional dalam bidang gulat, lompat, serta memanah.
Persembahan jutaan bunga.
Sekitar 4.000 peziarah dari berbagai daerah di Buryatia serta beberapa kota besar Rusia, mengikuti peristiwa bersejarah ini. Pada akhir ritual, para lama beserta kaum peziarah mempersembahkan sejuta bunga pada gambar Buddha.
Bebungaan, bahan makanan berwarna putih, manisan, buah-buahan, serta lilin, merupakan persembahan tradisional dalam agama Buddha. Semakin mewah dan semakin indah persembahannya, maka pahala yang dikumpulkan juga semakin besar. Pahala yang agung juga diperoleh saat sebuah gambaran Buddha dibuat, terutama gambar yang besar – pahala dari kebajikan ini sungguh tanpa banding. (Lyudmila Klasanova/Buddhistdoor.net)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara