Shri Caraka Dharma | Thursday, 31 May 2018 19.00 PM News
Steven
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendatangi Wihara Ekayana Arama di Jalan Mangga II, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (29/5). Dia datang untuk menyampaikan selamat kepada umat Buddha yang merayakan Waisak.
Anies berharap, perayaan Waisak bisa menjadikan umat Buddha dan warga Jakarta pada umumnya meresapi hadirnya cinta kasih. “Kami berharap kita semua di perayaan Waisak kali ini semakin meresapi hadirnya cinta kasih atau metta sehingga mempererat persaudaraan,” kata Anies.
Anies memuji umat Buddha solid dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial di Ibu Kota. “Yang menarik yang sudah ditunjukan oleh umat Buddha di Jakarta adalah solidaritasnya. Saya melihat dari dekat kegiatan-kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh umat Buddha di Jakarta,” ujar Anies.
Anies mewakili jajaran Pemprov DKI Jakarta berterima kasih kepada umat Buddha yang selama ini selalu solid menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial. Dia juga mendoakan kebaikan umat Buddha tersebut. “Yang bekerja dalam sunyi ini mudah-mudahan mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa,” ucap Anies.
Sebagai kenang-kenangan, pengurus wihara meminta kesediaan Anies menulis sebaris kalimat. Anies menyanggupi permintaan itu. Ia lalu menulis sesuatu pada selembar kertas. Setelah selesai, ia membacakannya. “Terus dan tetap, jadikan Wihara Ekayana Arama ini sebagai mata air kecemerlangan yang selalu memancarkan cahaya kasih aliran kasih sayang bagi sesama,” ucap Anis membaca tulisannya sendiri.
Baca juga: Kemeriahan Festival Vegetarian di Wihara Ekayana Arama
Bhante Aryamaitri, Kepala Wihara Ekayana Arama yang mendampingi Anies memberi salam kepada umat dan berfoto. Anies juga mendapat selendang merah marun dari pengurus vihara. “Ini selendang berkah,” ujar Bhante Aryamaitri.
Dalam kunjungan itu, Anies Baswedan datang bersama Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Joni Supriyanto. Joni mendapat selendang biru dari pengurus wihara.
Pesan Dharma
Sementara itu, dalam ceramah Dharmanya, Bhante Dharmavimala menyoroti tentang ujaran kebencian di media sosial, “Ujaran kebencian jelas harus kita hindari, bahasa merupakan alat paling hebat yang pernah diciptakan oleh manusia untuk berkomunikasi satu sama lain. Perkataan memiliki kekuatan yang sama untuk melukai atau menyembuhkan, membangun atau menghancurkan, menciptakan kedamaian atau kekerasan.
“Buddha menekankan pentingnya penggunaan kata-kata dengan cara yang positif, konstruktif, dan berguna. Kata-kata itu menyatukan yang terpisah, meringankan yang tertekan, menyelesaikan pertikaian dan menciptakan kedamaian yang bertahan lama, serta membawakan kegembiraan dan kebahagiaan yang besar.
“Kita harus berusaha untuk menghindari kata-kata yang menciptakan ketidakbahagiaan, yaitu kata-kata bohong, kata-kata kasar, kata-kata jahat, dan kata-kata sembrono. Kita seharusnya bersungguh-sungguh melatih diri kita untuk mengucapkan kata-kata yang penuh kebenaran, kata-kata yang penuh kedamaian, kata-kata yang menyenangkan, dan kata-kata yang bermanfaat.
“Buddha berkata: ‘Satu kata bermanfaat, yakni yang setelah mendengarnya memberikan ketenteraman, lebih tinggi nilainya daripada beribu-ribu kata yang tidak kondusif terhadap kesejahteraan.’ (Dhammapada 100).
“Agama Buddha, atau lebih tepatnya Dharma Ajaran Buddha, adalah untuk dipraktikkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya untuk diterapkan pada saat kita berada di wihara atau di tempat retret atau di pusat meditasi.
“Namun menerapkan Dharma Ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari memang tidak mudah, oleh karena situasi dan kondisi dalam kehidupan sehari-hari yang tidak mendukung. Dan kita belum cukup mampu untuk menjadi sekuntum bunga lotus yang tetap bersih walau tumbuh di kolam yang kotor.
“Menjadi jelas mengapa kemudian kita merasa lebih mampu dan menjadi perlu untuk mempraktikkan Dharma Ajaran Buddha, yaitu mempraktikkan sadar-penuh, di wihara, di tempat retret, dan di pusat meditasi.
“Oleh karena di tempat-tempat ini, kita menemukan Pureland, Tanah Suci, Area Tak Bernoda, terutama manakala semua yang hadir di sana tidak muncul keserakahannya, tidak muncul kebenciannya. Semua menjadi tumbuh dalam kebijaksanaan dan belas kasih.
Baca juga: Bhante Dharmavimala: Tantangan Pemuda Buddhis di Era Millenial
“Oleh karena itu, selain wihara, tempat retret, dan pusat meditasi, kita berharap kelak sekolah-sekolah buddhis juga dapat dibuat menjadi tempat berlatih sadar-penuh dan dapat menjadi Pureland, Tanah Suci, Area Tak Bernoda.
“Setelah kita mengetahui hal ini, tentunya menjadi tugas kita bersama untuk terus menerus menjaga kesucian wihara, kesucian tempat retret, kesucian pusat meditasi. Sebab ketika kita berada di tempat-tempat ini, kita lebih mampu berlatih. Melalui latihan kita yang baik dalam menjaga dan memperkuat energi sadar-penuh, kita telah ikut membuat wihara kita, tempat retret kita, pusat meditasi kita, menjadi Tanah Suci, menjadi Area Tak Bernoda.
“Dengan demikian mereka yang datang ke tempat ini menjadi mudah untuk berlatih. Mudah untuk mempraktikkan Dharma Ajaran Buddha. Bebas dari keserakahan dan kebencian. Tumbuh kebijaksanaan dan belas kasihnya.
“Mengakhiri Pesan Dharma di Hari Waisak ini, kami mengajak Anda semua untuk terus berlatih, mempraktikkan Dharma Ajaran Buddha, baik di wihara maupun di tengah-tengah masyarakat. Marilah kita ikut menghadirkan Tanah Suci, Area Tak Bernoda, di mana pun kita berada. Menghadirkan Harmoni dalam Kebhinekaan untuk Bangsa.
“Selamat Hari Waisak, Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia. Sadhu Sadhu Sadhu.”
Semarak Waisak
Sejak pagi, Wihara Ekayana Arama ramai dipenuhi umat Buddha. Ribuan umat Buddha secara khidmat mengikuti serangkaian kegiatan. Mereka berangsur-angsur meninggalkan wihara mulai pukul 12.00 atau setelah rangkaian kegiatan selesai.
Pengurus Wihara Ekayana Arama, Husen Danawira, mengatakan, sejak pagi hingga siang ini tercatat 9.800 umat yang beribadah. Tahun ini, Wihara Ekayana Arama mengambil tema, “Harmoni dalam Kebhinnekaan untuk Bangsa”. Tema tersebut dipilih karena dianggap cocok dengan kondisi bangsa saat ini.
Adapun rangkaian kegiatan menyambut Waisak telah digelar sejak 1 Mei. Pihak wihara menggelar serangkaian kegiatan seperti kunjungan ke panti asuhan serta bakti sosial. (Dari berbagai sumber)