Sutar Soemitro
  • Wednesday, 23 November 2011
  • Sutar Soemitro
  • 0

Berdana adalah sebuah perbuatan mulia. Dalam sepuluh praktek spiritual kesempurnaan (paramitha), berdana adalah praktek paling dasar, yang akan mendorong sembilan praktek lainnya. Bayangkan jika itu sudah terbiasa dilakukan sejak dini, sejak anak-anak. Masa depan yang indah bisa kita harapkan dari mereka.

Sekitar 300 anak yang hampir semuanya masih duduk di bangku TK dan SD pada Minggu, 6 November 2011 lalu mempraktekkan itu. Mereka memberikan dana Kathina kepada Sangha. Pukul 9 pagi, anak-anak berbaris rapi di halaman gedung Prasadha Jinarakkhita, Kembangan, Jakarta. Mereka ditemani orangtua masing-masing. Semuanya bersikap anjali, walaupun ada beberapa anak yang tidak bisa diam. Ya, namanya juga anak-anak..

Acara pertama adalah pindapata, yaitu anggota Sangha berkeliling memberikan kesempatan kepada umat untuk berdana. Bukan berkeliling di kompleks perumahan atau di jalan-jalan seperti lazimnya, kali ini para anggota Sangha hanya berkeliling sepanjang barisan anak-anak yang hendak berdana.

Ketika barisan Sangha yang mereka tunggu-tunggu muncul, wajah mereka makin berseri. Dana yang akan diberikan segera disiapkan, ada angpau, keperluan sehari-hari, makanan, obat-obatan, hingga jubah. Ketika barisan Sangha lewat di hadapannya, alas kaki harus dilepas saat mempersembahkan dana.

Usai acara pindapata, ‘pelajaran’ berdana anak-anak makin lengkap karena dilanjutkan dengan Kathina Puja dan ceramah oleh Sangha tentang manfaat berdana. Dana kepada Sangha pun diadakan lagi. Kali ini lebih formal karena 9 anggota Sangha duduk berbaris di panggung acara.

Tujuan Kathina Anak ini adalah mengajarkan anak berdana sejak dini. “Kathina kan sudah umum di kalangan Buddhis, kami berpikir kenapa tidak diadakan untuk anak-anak? Mengajak anak-anak sejak kecil untuk belajar memberi, learn to give,” jelas Amin Untario, panitia.

Sulini, yang mengajak 2 anaknya, Kirana (10) dan Yoga (8) berharap agar anak-anaknya lebih mengerti makna Kathina. “Biar anak-anak belajar, Kathina sebenarnya itu ngapain sih. Dari kecil kita harus biasain ke mereka,” terang Sulini. Dan walaupun masih kecil, sepertinya kedua anak Sulini yang bersekolah di Sekolah Mutiara Bangsa ini paham akan arti Kathina. “Hari berdana pada Sangha,” ujar Yoga. Hari itu ia berdana angpau. Yoga juga paham barang apa saja yang bisa didanakan kepada Sangha, “Makanan, lalu.. obat, jubah, peralatan mandi.”

Ia mengajarkan anak-anaknya berdana bukan hanya kepada Sangha. “Berdana ke semua orang,” sahut Yoga ketika ditanya kepada siapa ia diajarkan berdana. Sulini kemudian mencontohkan, “Kalau misalnya ada pengemis di pinggir jalan, kita lihat kondisinya gimana, kalau ngerasa anak-anak bisa memberi, kita kasih kesempatan anak memberi.”

Acara Kathina Anak PJ ini juga diselingi dengan lomba mewarnai, susun puzzle, membuat kartu, menceritakan gambar, dan kuis sang juara. “Acara ini sangat bagus karena melatih anak untuk berdana, apalagi bertemu langsung dengan bhiksu,” kata Sherly, yang dengan serius mengamati keponakannya yang masih duduk di bangku TK, Daevin, sedang mewarnai. Menurutnya, Daevin memang menyukai menggambar. “Suka corat-coret di rumah. Habis tembok! Haha,” ujar Sherly tergelak.

Di sela-sela acara, sambil menunggu anak-anaknya, diadakan juga seminar “Mari Belajar Menjadi Orangtua Idaman” oleh Melly Khiong, penulis buku best seller tentang parenting.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara