• Thursday, 17 March 2022
  • Deny Hermawan
  • 0

Jayawarman VII (1125-1218) adalah raja Kerajaan Khmer — kini di sekitar Siem Reap, Kamboja — yang memerintah sekitar tahun 1181 hingga 1218. Ia umumnya dianggap sebagai raja Khmer yang paling berkuasa oleh para sejarawan.

Sebagai putra Raja Dharanindrawarman II (memerintah 1150-1160) dan Ratu Sri Jayarajacudamani, Jayawarman VII dikenal karena membebaskan Kerajaan Khmer dari penjajahan Kerajaan Champa, yang letaknya kini di kawasan Vietnam. Ia juga dikenal sebagai peletak dasar pembangunan ibu kota barunya Angkor Thom dengan ikon monumen candi agung negara, Bayon.

Jayawarman VII mempunyai permaisuri Jayarajadewi dan kemudian setelah isterinya meninggal, ia menikahi Indradewi, saudari Jayarajadewi. Kedua perempuan ini diduga menjadi inspirasi dan sangat memengaruhi sang raja, terutama dalam sradha atau keyakinan terhadap agama Buddha. Ini menjadi sesuatu hal yang tidak lazim, karena dalam sejarah hampir semua raja Khmer adalah penganut Hindu.

Selama masa pemerintahannya, Jayawarman VII mencurahkan energi dan kapasitasnya untuk berbagai jenis proyek pembangunan, terutama terkait politik-agama. Selama 37 tahun masa pemerintahannya, sejak memerintah di usia 57 tahun, Jayawarman memulai program besar pembangunan yang mencakup pekerjaan umum dan monumen.

Sebagai seorang Buddhis Mahayana, sesuai cita-cita jalur bodhisattwa, tujuan pemerintahan yang dinyatakan Jayawarman VII lewat salah satu prasasti adalah untuk meringankan penderitaan rakyatnya.

Para sejarawan telah mengidentifikasi banyak aspek dalam program pembangunan intensif Jayawarman. Dalam satu fase, ia fokus pada konstruksi yang sangat berguna bagi masyarakat, seperti pembangunan 102 rumah sakit, dan 121 rumah peristirahatan di sepanjang jalan yang tersebar di seluruh wilayah kerajaannya.

Semuanya ia tempatkan di bawah perlindungan Baiṣajyaguru Vaiḍuryaprabha, Buddha Penyembuhan Agung. Jayawarman juga terkenal karena membuat sistem irigasi yang mumpuni, serta pembuatan jalan yang menghubungkan banyak titik di kerajaannya.

Setelah itu, ia fokus membangun sepasang kuil untuk menghormati orang tuanya. Kedua kuil meliputi Ta Prohm untuk menghormati ibunya sebagai Prajnaparamita dan Preah Khan untuk menghormati ayahnya sebagai Avalokitesvara.

Akhirnya, ia membangun Candi Bayon yang terletak di kawasan Angkor Thom, dan menjadi pusat Buddhis Mahayana yang sangat khas.

Di sana terdapat 216 relief wajah berukuran besar pada menara candi. Ini membuat para sejarawan menafsirkan bahwa wajah ini adalah perwujudan wajah sang Raja Jayawarman VII sendiri.

Penafsiran lain menganggap bahwa wajah-wajah ini merupakan perwujudan Bodhisattwa Avalokitesvara. Candi ini dirancang untuk tempat utama kultus kerajaan dan juga sebagai makam pribadinya.

Bentukan candi beserta relief wajah inilah yang menjadi inspirasi untuk desain pembuatan Gapura Heningkarta yang ada di dalam Vihara Mendut, Magelang, Jawa Tengah.

Vannak Lim dalam tesisnya berjudul A Study of The Influence of Mahayana Buddhism Over The King Jayavarman VII di pasca sarjana Mahachulalongkornrajavidyalaya University menyebut, pengaruh Buddhis Mahayana dalam pribadi Raja Jayawarman VII dapat dibagi menjadi dua faktor utama, yakni internal dan eksternal.

Faktor internal yakni pernikahannya dengan dua putri buddhis yang dianggap bijaksana dan memahami Buddhis Mahayana secara mendalam. Sementara faktor eksternal adalah kedatangan gelombang baru Buddhis Mahayana. Waktu itu, karena runtuhnya Universitas Nalanda di India, banyak sarjana berpendidikan dari Nalanda yang datang ke Khmer.

Raja Jayawarman VII memang penganut ajaran Mahayana, tetapi dia memberikan ruang kebebasan beragama di kerajaannya. Bahkan dia mendorong putranya Tamalinda untuk belajar Buddhis Theravada di Srilanka dan mengizinkannya untuk kemudian menyebarkannya secara bebas di kerajaan. Inilah salah satu hal yang mendasari kenapa kini Kamboja menjadi wilayah yang kental dengan tradisi Theravada.

Sebagai tambahan informasi, profil sang raja juga muncul dalam budaya populer. Karakter Jayavarman VII menjadi konten yang dapat diunduh untuk video game Sid Meier’s Civilization VI. Ia ditampilkan sebagai karakter raja gundul berbadan gempal yang memimpin peradaban Khmer. Tampilannya bisa dilihat di video di bawah ini:

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara