• Friday, 30 December 2016
  • Sutar Soemitro
  • 0

Padepokan Puri Tri Agung di Sungailiat, Bangka menggelar perayaan Hari Ibu pada Kamis (22/12) dengan sebuah Dharmatalk “I Love Mom” yang dibawakan oleh Bhiksu Sakya Sugata dan moderator Wedyanto Hanggoro. Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 300 orang, sebagian besar anak sekolah di Sungaliat dan sekitarnya. Tercatat ada tujuh sekolah dan dua vihara yang mengirim murid-muridnya menghadiri Dharmatalk tersebut.

Acara dimulai dengan pelepasan satwa (fangsheng) di halaman Puri. Sehari sebelumnya, siswa-siswi SD dan SMP Maria Goretti Sungailiat melakukan penanaman 30 bibit pohon cemara laut sebanyak di lingkungan sekitar Puri Tri Agung.

Suhu Neng Xiu –panggilan akrab Bhiksu Sakya Sugata– menyoroti perubahan sikap hormat anak kepada orangtua yang sudah sangat berbeda dengan zaman dahulu. Pada zaman dahulu, anak-anak sangat patuh pada orangtua dan tidak berani untuk sekadar menyahuti ketika orangtua sedang bicara, apalagi membantah. Anak-anak memasak buat orangtua dan langsung mengambilkan minum dan memijit ketika orangtua pulang kerja.

Sedangkan anak zaman sekarang, begitu pulang dari sekolah langsung beringsut ke kamar sambil menutup pintu keras-keras, kemudian asyik main handphone. Ketika mama mengingatkannya untuk makan, sang anak malah menimpali dengan bersungut-sungut, “Entar! Bawel!” Tak jarang, anak-anak kadang sudah makan di luar, padahal orangtua sudah siapkan makanan. Tapi mama tidak pernah kapok, dan ia terus memasakkan makanan untuk anak-anaknya. Begitulah kasih sayang seorang ibu, tak pernah berhenti.

Suhu juga mengakui sewaktu kecil pernah bertingkah tidak pantas kepada orangtuanya, pernah marah pada orangtua. Ketika itu, tiap kali ia marah, pelukan dari mama selalu bisa membuatnya berhenti marah. Tak ada yang bisa mengalahkan kekuatan pelukan mama.

Suhu Neng Xiu juga bercerita tidak semua keluarga memberikan kehangatan dan kasih sayang kepada anak-anak. Ia bercerita tentang orangtua yang sering bertengkar sehingga membuat anak-anaknya tertekan, bahkan toko mereka menjadi sepi. Suhu menyarankan kepada putri sulung keluarga tersebut untuk membaca paritta/liam keng setiap hari dan mengajak kedua adiknya bersujud kepada kedua orangtuanya.

Satu bulan kemudian, sang putri sulung bercerita padanya, “Suhu, saya dan adik-adik saya sudah rajin baca paritta, sudah rajin baca liam keng, mama berubah menjadi lebih baik. Ngomongnya tadinya kasar berubah menjadi lebih lembut, papa biasa ngomel-ngomel sekarang lebih sabar.”

Tiga bulan kemudian, mamanya ikut baca paritta/liam keng, ikut sama-sama berlindung pada Buddha Dharma Sangha. Satu tahun kemudian, adik-adiknya dapat beasiswa, papa dapat pekerjaan lebih baik, mereka pindah ke rumah baru yang lebih baik, toko jadi ramai. “Perubahan memang butuh waktu. Doa setiap hari, cinta kasih setiap hari. Kita setiap hari berdoa semoga semua makhluk berbahagia, tapi kita dulu yang harus berbahagia, mama papa, keluarga kita bahagia,” tegas Suhu.

20161230-umat-buddha-bangka-rayakan-hari-ibu-dengan-membasuh-kaki-ibu-2 20161230-umat-buddha-bangka-rayakan-hari-ibu-dengan-membasuh-kaki-ibu-320161230-umat-buddha-bangka-rayakan-hari-ibu-dengan-membasuh-kaki-ibu-4 20161230-umat-buddha-bangka-rayakan-hari-ibu-dengan-membasuh-kaki-ibu-5

Suhu berpesan agar sepulang dari Dharmatalk, anak-anak dianjurkan untuk langsung mewujudkan rasa bakti kepada mama dan papa dengan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan selama ini dan bertekad untuk seterusnya berbakti kepada orangtua. Tidak semua keluarga terdapat kehangatan dan anak-anak diajarkan tentang sikap bakti secara ideal, tapi dengan anak memulai menunjukkan rasa bakti terlebih dahulu, akan membuka pemahaman orangtua untuk lebih belajar menyayangi anak-anaknya.

Suhu menyebut, mungkin kebiasaan di tiap daerah berbeda. Ia memberi contoh, di Jawa, anak mencium tangan orangtua sudah biasa, tapi mungkin aneh bagi orang Sumatera. “Tapi Anda harus kasih tahu, ‘Ini loh budaya Buddhis. Ini loh yang diajarkan oleh Buddha’,” ujar Suhu.

Perayaan Hari Ibu di Puri Tri Agung semakin sempurna karena setelah Dharmatalk sejumlah ibu yang hadir mendapat hadiah yang tak ternilai: anak-anak bersujud dan membasuh kaki ibu secara bersama-sama. Tangis haru dari ibu-ibu dan anak-anak tak tertahankan, hadirin pun ikut larut dalam keharuan dan ada juga yang ikut meneteskan air mata haru.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara