• Tuesday, 4 October 2022
  • Deny Hermawan
  • 0

Tradisi lisan adalah berbagai pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara turun-temurun disampaikan secara lisan, mencakup cerita rakyat, mitos, legenda, hingga sistem kognitif masyarakat, sejarah, hukum, dan hukum adat. Periode kelisanan inilah yang mengawali keberadaan tradisi tulis hingga melahirkan pelbagai aksara dan periode keberaksaraan di Nusantara. Tradisi lisan dipandang sebagai sebuah sumber kesaksian langsung terhadap zaman dan informasi dari dalam. Ia bukan saja sumber tentang masa lalu, tetapi juga historiologi dari masa lalu.

Terkait aksara di Nusantara, J.G. de Casparis (1975) dalam karyanya “Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia from the Beginning to c. A.D. 1500” membagi perkembangan paleografi menjadi 5 bagian, di antaranya: 1) Aksara-aksara di Indonesia sebelum pertengahan abad ke-8, 2) Aksara Kawi Awal (c. 750-925), 3) Aksara Kawi Akhir (c. 925-1250), 4) Aksara-aksara Jawa dan daerah pada periode Majapahit (c. 1250-1450), dan 5) Aksara-aksara di Indonesia dari pertengahan abad ke-15.

Berbagai khasanah aksara tersebut bisa dinikmati dalam pameran “Abhinaya Karya 2022 “Vidya-Mulya; Jejak Pengetahuan Nusantara” yang digelar mulai 28 September 2022 hingga 22 Oktober 2022 di Gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Berbagai aksara yang tertuang dalam prasasti, lontar, maupun buku, baik dari era kejayaan Hindu-Buddha di Nusantara, hingga era kerajaan Islam bisa disimak dan diapresiasi dalam pameran ini.

Tak hanya itu ada juga koleksi buku dan arsip milik Museum Sonobudoyo yang menarik. Di antaranya adalah lembaran kertas dari era kolonial yang memuat foto relief Candi Borobudur. Koleksi yang dipamerkan pun tak hanya peninggalan tanah Jawa. Ada lontar dari Bali seperti Calon Arang dan Bima Swarga yang turut ditampilkan secara khusus di sini.

Museum Negeri Sonobudoyo yang awalnya bernama Java Instituut sebagai lembaga sendiri memang memiliki misi untuk mendokumentasikan pengetahuan. Kepala Seksi Bimbingan Informasi dan Preparasi Museum Sonobudoyo, Budi Supardi menjelaskan, setelah absen setahun akibat pandemi, pameran temporer kini bisa digelar lagi di Museum Sonobudoyo, untuk membagikan pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas.

“Museum Sonobudoyo [melalui pameran ini] mengajak pengunjung bersama-sama menelusuri kesejarahan museum melalui perspektif perpustakaan,” jelas dia.

“Kita ingin mencoba menarasikan kembali naskah-naskah koleksi, dan mendekatkan pada masyarakat,” imbuh Kepala Dinas Kebudayaan (KundhaKabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi.

Yang unik, di pintu masuk gedung pameran, terdapat patung Ganesha yang sudah dimodifikasi. Ganesha ini membawa penggaris, kaca pembesar, dan buku modern, yang sengaja dibuat panitia sebagai simbol pengetahuan yang mengikuti perkembangan zaman.

Di akhir pameran di gedung pameran sisi timur, pengunjung diajak sejenak melewati kawasan perpustakaan. Ini untuk melihat koleksi aksara museum yang jauh lebih banyak daripada yang dipamerkan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara