• Saturday, 1 November 2025
  • Ngasiran
  • 0

Foto: Ngasiran

Di tengah udara sejuk pegunungan Dukuh Guwo, lantunan paritta suci bergema lembut di pelataran Vihara Giri Santi Loka. Ratusan umat Buddha duduk bersila, menyimak dengan khusyuk Dhammadesana yang disampaikan oleh Bhante Candakaro pada perayaan Kathina Dana, Rabu, 29 Oktober 2025.

Dalam pembabaran Dhamma sore itu, Bhante Candakaro mengajak umat untuk merenungkan makna sejati dari berdana, terutama pada masa Kathina — masa penuh berkah yang datang sekali dalam setahun setelah para bhikkhu menuntaskan masa vassa.

“Berdana kepada Sangha bukan hanya memberikan sesuatu yang bersifat materi,” ujar Bhante. “Lebih dari itu, berdana adalah latihan melepas kemelekatan, melatih batin agar terbiasa memberi tanpa pamrih.”

Menurut Bhante, semangat berdana lahir dari welas asih (metta) dan kebijaksanaan (paññā). Ketika seseorang berdana dengan hati yang jernih, ia sesungguhnya sedang menanam benih kebajikan yang akan berbuah kedamaian, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi makhluk lain.

Bhante Candakaro menekankan bahwa praktik berdana tidak harus menunggu momen besar seperti Kathina. Dalam kehidupan sehari-hari pun, setiap tindakan baik yang dilakukan dengan niat tulus sudah menjadi bentuk dana.

“Senyum yang menenangkan, waktu yang kita berikan untuk membantu orang lain, atau kesabaran ketika menghadapi kesulitan — semua itu adalah dana. Kathina hanya menjadi pengingat bagi kita untuk memperkuat semangat memberi yang sudah ada dalam diri,” tuturnya.

Dalam penjelasannya, Bhante juga menyinggung bahwa kebajikan sejati lahir dari keseimbangan antara kebijaksanaan dan kasih. Tanpa kebijaksanaan, memberi bisa menjadi kebiasaan yang membingungkan; tanpa kasih, kebijaksanaan bisa menjadi dingin dan kering. “Keduanya harus berjalan beriringan,” kata Bhante, “seperti dua sayap burung yang membantu kita terbang menuju kebebasan batin.”

Bhante Candakaro juga mengingatkan bahwa kehidupan para bhikkhu hanya bergantung pada dana umat. Hubungan antara umat dan Sangha ibarat dua sisi dari satu koin: saling melengkapi dan saling menopang. Sangha memberikan bimbingan spiritual, sedangkan umat menyediakan dukungan materi agar roda kebajikan terus berputar.

“Ketika umat berdana dengan penuh keyakinan, dan Sangha berlatih dengan penuh kesungguhan, di sanalah Dhamma hidup. Dhamma bukan hanya ajaran yang dibaca, tetapi kehidupan yang dijalani bersama,” ucap Bhante dengan lembut.

Dhammadesana sore itu ditutup dengan ajakan sederhana namun mendalam. Bhante mengingatkan umat agar tidak melihat berdana sebagai kewajiban, melainkan sebagai kesempatan langka untuk melatih hati.

“Kita tidak akan pernah kehilangan apa pun dari memberi,” kata Bhante. “Yang kita lepaskan justru membuat ruang bagi kebahagiaan baru untuk tumbuh.”

Kata-kata Bhante Candakaro sore itu meninggalkan kesan mendalam bagi umat yang hadir. Di bawah langit senja Guwo, di antara pohon Bodhi dan stupa yang baru dikukuhkan, umat Buddha Vihara Giri Santi Loka pulang dengan hati yang lebih ringan — membawa keyakinan bahwa setiap kebajikan, sekecil apa pun, adalah langkah menuju kebebasan sejati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *