• Wednesday, 29 May 2019
  • Deny Hermawan
  • 0

Waisak Nasional 2563 BE/2019 Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) di Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah pada Kamis (18-19/5) berlangsung semarak. Ribuan umat Buddha hadir, sebagian besar berasal dari DIY dan Jawa Tengah.

Perayaan malam Waisak dimulai sejak sore hari dengan prosesi dari Candi Plaosan menuju Candi Sewu. Arak-arakan budaya membawa api abadi dan air suci dari tujuh mata air.

Api abadi diambil dari Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah. Sedangkan air suci diambil dari tujuh mata air, yaitu Umbul Jumprit (Temanggung), Umbul Pikatan (Temanggung), Candi Umbul (Temanggung), Umbul Senjoyo (Kabupaten Semarang), Umbul Jalatundo (Klaten), Umbul Pengging (Boyolali), dan Sendang Pitutur (Gunung Kidul).


Malam harinya, digelar perayaan di pelataran Candi Sewu, yang dihadiri oleh beberapa tokoh nasional, seperti Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD. Setelah itu, pada tengah malam digelar pradaksina mengelilingi candi, sebelum dilakukan meditasi pada detik-detik Waisak pukul 04:11:00 WIB.

Baca juga: Waisak di Candi Sewu Tonjolkan Kebhinnekaan

Salah satu momen yang mencuri perhatian hadirin adalah tampilnya maestro tari Indonesia, Didi Nini Thowok. Ia tampil membawakan Tari Topeng Walang Kekek, yang menggambarkan dua karakter yang berbeda, dari tradisi Jepang dan Indonesia. Tariannya yang khas ini lantas disambung dengan tari tradisi beberapa budaya di Nusantara. Gerak komedi yang menjadi ciri khasnya membuat gelak tawa hadir dari deretan penonton.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang datang usai menghadiri peringatan Waisak di Candi Borobudur berharap, berkah Trisuci Waisak mampu menjadikan kedamaian dan kebahagiaan bagi semua umat manusia. Ia mengajak semua umat beragama di Indonesia pesan penting,

“Jika setiap warga negara sadar memiliki bangsanya, maka negara akan kuat,” kata Lukman Hakim Saifuddin.

Ia mengajak umat beragama untuk beragama secara moderat. Artinya, umat beragama dapat memahami teks dalam konteks yang tepat. Jangan sampai fanatisme agama membentuk individu yang eksklusif yang berpotensi menimbulkan konflik antar umat beragama. Lukman juga mengutip Dhammapada Syair 197, yang menyatakan bahwa orang akan hidup berbahagia, jika bisa hidup tanpa membenci.

“Teladanilah perjalanan hidup Buddha Gotama yang merupakan figur perdamaian,” katanya.

Sementara Mahfud MD dalam sambutannya mengatakan, Indonesia bukan negara agama, artinya Indonesia tidak berdasar pada satu agama tertentu. Namun Indonesia juga bukan negara yang tidak peduli agama, atau negara sekuler.

“Indonesia adalah negara yang berdasarkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda warga negaranya dalam urusan beragama, tetapi bersatu untuk kehidupan bernegara,” tegasnya.

Karena itu, ia menegaskan, semua pemeluk agama di Indonesia harus diperlakukan secara sama, dan dilindungi dengan setara. Ia mengajak umat Buddha agar tidak takut pada agama mayoritas.

“Beragama itu adalah hak asasi yang paling dasar,” sambungnya.

Ketua Panitia Romo Suroso Sadewa Putra menyampaikan, tema “Mencintai Tanah Air Indonesia” dipilih berdasarkan fenomena bangsa saat ini. Tema tersebutlah yang menjadi spirit umat Buddha dalam menyikapi keadaan dan bangsa.

“Melalui perayaan diharapkan sebagai momentum untuk memperkuat tekad kita dalam mempraktekkan Buddha Dharma,” pungkasnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara