• Wednesday, 13 September 2017
  • Komala Somadevi
  • 0

Dahulu, Jepang dan Korea merupakan pusat kejayaan agama Buddha. Tapi sekarang tidak. Apa penyebabnya? Berikut penelusuran Anam Thubten Chodron seperti dilansir Buddhist Door.

Alangkah baiknya jika kita menelaah mengapa agama Buddha mengalami kemunduran di Jepang dan Korea. Pada suatu masa, negara-negara ini merupakan kerajaan-kerajaan Dharma yang mulia. Agama Buddha menikmati kejayaannya di Peninsula Korea selama masa Dinasti Silla (57 BCE – 935 CE).

Saat ini, hanya sedikit generasi muda Korea yang tertarik mempraktikkan ajaran Buddha; mungkin mereka lebih tertarik mempelajari bahasa Inggris atau lirik-lirik K-pop. Jepang juga menjadi semakin sekuler dan agama Buddha semakin melemah.

Akibat dari kejadian ini dapat ditelusuri sejak era Meiiji (1868 – 1912), ketika Jepang mengarah ke modernisasi total. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, solusi untuk situasi yang mengkhawatirkan ini mungkin bertumpu pada dua poin: pertama, menyebarkan pergerakan meditasi ke dalam masyarakat mainstream serta mengajarkan Dharma dengan menggunakan bahasa kontemporer untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini. Kedua, kebanyakan orang tertarik pada meditasi Buddhis karena mereka merasakan manfaatnya saat itu juga, serta terlepas dari unsur takhayul.

Dari hasil kunjungan saya ke negara-negara di Asia, saya bisa melihat jelas bahwa masih banyak umat awam yang mengunjungi wihara, mengundang biksu ke rumah mereka untuk memimpin upacara, serta menghadiri acara-acara Buddhis untuk menerima pemberkatan, namun kita jarang melihat seseorang berlatih meditasi atau merenungkan ajaran Buddha yang sesungguhnya. Jika tren ini berlanjut, siapa yang tahu di masa depan tradisi yang kita cintai ini akan menjadi seperti apa.


K Pop. Foto Ist

Dunia berubah seiring dengan teknologi digital dan akses informasi yang tidak tertandingi – pengetahuan yang juga akan mengubah kesadaran kolektif. Apa yang diinginkan orang-orang di tahun ini, mungkin di tahun depan tidak mereka inginkan.

Di dunia Barat, agama-agama Kristiani tradisional lenyap dengan sangat cepat sehingga banyak negara di Eropa bersikap sekuler hampir dalam semua aspek. Sebuah masyarakat sekuler tanpa spiritualitas bisa memunculkan permasalahan, seperti kurangnya introspeksi, welas asih, simpati, serta altruisme.

Sudah saatnya pemimpin-pemimpin Buddhis memikirkan bagaimana kita akan menjaga Buddhadharma yang luar biasa ini untuk terus melayani kesejahteraan umat manusia. (Buddhistdoor.net)

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Komala Somadevi

Perempuan. Lulusan perguruan tinggi di Bandung jurusan komunikasi internasional. Volunteer di thubtenchodron[dot]org. Kini menetap di Jogja. Mengelola tempat makan sederhana, "Angon".