• Thursday, 26 May 2016
  • Ngasiran
  • 0

Temanggung merupakan kabupaten dengan populasi umat Buddha terbanyak di Indonesia. Pertanyaan yang cukup menggelitik, siapa ya orang yang membawa masuk agama Buddha di Temanggung? Siapa sajakah para tokoh pejuang kebangkitan agama Buddha Temanggung? Bagaimana perjuangan mereka? Inilah yang ingin diperkenalkan kepada generasi muda Buddhis Temanggung dalam kegiatan “Napak Tilas Kebangkitan Agama Buddha Temanggung”.

Napak Tilas Kebangkitan Agama Buddha Temanggung adalah salah satu rangkaian kegiatan Pemuda Buddhis Temanggung untuk menyambut Waisak 2560 BE/2016 dan mengenang kebangkitan agama Buddha di Temanggung.

Dimulai dengan dialog mengenal Vihara Dharma Surya, Dusun Janggleng, Desa Telogowungu, Kecamatan Kaloran, napak tilas yang dilaksanakan pada hari Minggu (15/5) lalu ini diikuti lebih dari 200 pemuda Buddhis Temanggung dan Kecamatan Sumowono, Semarang.

Dialog mengenal Vihara Dharma Surya dipandu oleh Udijatno dan Marsono. Mereka berdua merupakan aktivis pemuda Buddhis pada awal perkembangan agama Buddha. Dalam penjelasannya, Udijatno menuturkan bahwa Vihara Dharma Surya merupakan vihara yang istimewa. Vihara Dharma Surya adalah vihara pertama di Temanggung, yang dalam pembangunannya dilakukan oleh semua umat Buddha Temanggung. Oleh sebab itulah Vihara Dharma Surya dijadikan vihara induk.

“Dulu, dalam pembuatan vihara ini, semua umat Buddha dari berbagai daerah terlibat. Salah satu contoh, dinding vihara yang terbuat dari papan dibuat di Dusun Toleh dengan berjalan kaki karena saat itu belum ada sepeda motor maupun mobil di Temanggung, dan jalannya juga menggunakan jalan setapak (jarak antara Dusun Toleh ke Janggleng kurang lebih 5 km, melewati perbukitan),” ujar Udijatno.

Sementara itu, Marsono, umat Buddha Dusun Mlondang menceritakan bagaimana ia ikut andil dalam pembangunan Vihara Dharma Surya, “Saat itu saya kebagian untuk membuat daun pintu. Jadi daun pintu pertama di Vihara Dharma Surya adalah karya umat Buddha Mlondang.”

20160526 Napak Tilas Kebangkitan Agama Buddha Temanggung 2 20160526 Napak Tilas Kebangkitan Agama Buddha Temanggung 3

Nyekar (Ziarah) ke Makam Pendiri Agama Buddha Temanggung
Agama Buddha di Temanggung dideklarasikan pertama kali di rumah Y. Sutrisno, seorang tokoh agama Katolik pada tanggal 1 Juni 1968. Pada waktu itu dihadiri oleh lebih dari 500 orang. Terdapat sembilan tokoh sebagai deklarator yang mempunyai andil besar dalam kebangkitan agama Buddha di Temanggung.

Dengan dipandu oleh Marsono dan Udijatno, pemuda Buddhis diajak keliling nyekar ke makam-makam para tokoh kebangkitan. Makam Romo Wanoro dan Mangun Sudarmo atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Manggis adalah yang pertama kali dikunjungi. Mbah Manggis dan Mbah Noro dimakamkan di pemakaman umum Desa Getas.

Dalam penjelasannya, Marsono mengatakan bahwa semasa hidup, Mbah Manggis dan Mbah Noro banyak memberinya pesan yang hingga saat ini dijadikannya sebagai pengangan untuk menjalani hidup. “Selesai puja bakti di Vihara Dharma Surya, saya dan 10 pemuda Buddhis anjangsana ke vihara-vihara. Oleh beliau berdua, kami tidak dibekali uang atau ajaran Dhamma, namun hanya dibekali semangat dan buku kecil panduan puja bakti. Dan kami bersepuluh keliling jalan kaki dari desa ke desa,” kenang Marsono.

Selesai dari makam Desa Getas, perjalanan dilanjutkan ke pemakaman Desa Tleter. Di Desa Tleter, Samsul Cokrowardoyo, salah satu dari sembilan tokoh pejuang agama Buddha dimakamkan. Masih ditemani oleh Marsono, rombongan disambut oleh Pak Dip, menantu almarhum Mbah Samsul.

“Saya merasa senang dan terhormat, anak-anak muda masih peduli dengan perkembangan agama Buddha. Ini adalah wujud penghormatan terhadap pejuang tokoh. Semoga semangat para tokoh kebangkitan menjadi inspirasi pemuda Buddhis Temanggung dalam melestarikan agama Buddha,” tutur Mbah Dip.

Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke makam Desa Cendono untuk nyekar ke makam Mbah Cipto Martoyo. Mbah Cipto Martoyo juga salah satu pejuang kebangkitan kembali agama Buddha Temanggung. Di tangannya, masyarakat Desa Cendono dan sekitar dulu semuanya memeluk agama Buddha.

Perjalanan dilanjutkan ke pemakaman Desa Miri untuk nyekar ke makam Mbah Marsaat, tokoh sembilan yang lain. Selesai dari makam Mbah Marsaat, berlanjut ke pemakaman Dusun Depok, makam Mbah Budi. Mbah Budi adalah pemilik tanah yang digunakan untuk pembangunan Vihara Dharma Surya. Ia juga yang mencukur rambut Samanera Tejavanto (sekarang Bhikkhu Sri Pannyavaro).

Mengenang Mbah Budi, Bhante Pannyavaro mengatakan, “Benar saya ditahbiskan menjadi samanera di Dharma Surya. Pada saat itu yang mencukur rambut saya Mbah Budi. Pisaunya ketol (tumpul), kepala saya perih sekali,” kenang Bhante Pannya tersenyum.

Nyekar dilanjutkan ke makam Desa Telogowungu, di sini Mbah Rusdi dimakamkan. Mbah Rusdi adalah kepala desa Telogowungu. Ia juga merupakan salah satu dari sembilan tokoh kebangkitan agama Buddha Temanggung.

Dan makam terakhir yang dikunjungi adalah makam Desa Kalimanggis, di sinilah abu almarhum Mbah Sugito ditaburkan. Makam istrinya diberi lubang dan abunya dimasukkan ke dalam lubang tersebut. “Karena abunya Mbah Sugito inilah umat Buddha Desa Kalimanggis bisa merasakan abu manusia. Semua umat Buddha, memegang dan memasukkan abu Mbah Sugito satu per satu. Dan patung di atas makam, ini adalah permintaan Mbah Gito di saat masih sugeng (hidup),” jelas Udijatno.

Saat ini satu-satunya dari sembilan sesepuh kebangkitan agama Buddha Temanggung adalah Mbah Suwarno, yang tinggal di Desa Telogowungu. Satu lagi pini sepuh, sesepuh yang paling dihormati yang sangat berjasa dalam pekembangan agama Buddha Temanggung adalah Romo Syaila Indra Among Prajarto. Lebih lengkap tentang Romo Among akan diulas pada artikel selanjutnya.

20160526 Napak Tilas Kebangkitan Agama Buddha Temanggung 4 20160526 Napak Tilas Kebangkitan Agama Buddha Temanggung 5 20160526 Napak Tilas Kebangkitan Agama Buddha Temanggung 6 20160526 Napak Tilas Kebangkitan Agama Buddha Temanggung 7

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *