Lantunan lagu mantra Tibet pengiring meditasi yang merdu dan menggetarkan oleh Ani Choying Drolma menjadi puncak acara penutupan Buddhist Festival 2013 di SSCC Supermal Pakuwon Surabaya pada Minggu malam, 30 Juni 2013.
Ani Choying Drolma adalah seorang bhiksuni yang berasal dari Nepal. Ia melantunkan 7 lagu yang membius para hadirin untuk meresapi iramanya dan larut dalam meditasi. Bahkan pada lagu terakhir Om Mani Padme Hum, Ani mengajak semua hadirin bernyanyi bersama yang membuat merinding.
“Terima kasih kepada keluarga besar Buddhist Education Center Surabaya pimpinan Pak Ongko yang bekerja keras mengadakan festival yang luar biasa ini setiap lima tahun,” ucap Ani, “yang memberi begitu banyak manfaat bagi banyak orang agar lebih mengerti dan memahami Buddha Dharma, agar bisa mencapai pencerahan dan merasakan kebahagiaan sejati di dalam kehidupan.”
Ani yang dikenal luas di seluruh dunia dengan spesialisasinya menyanyikan lagu maupun mantra pengiring meditasi malam itu tidak memberikan ajaran, ia hanya sedikit menguraikan kenapa ia memilih lagu dalam aktivitas pembabaran Dharma.
“Melihat saya menyanyi mungkin seperti melihat lagu-lagu pada umumnya,” sebut Ani. “Namun sesungguhnya tidaklah seperti yang biasa Anda dengar, yang saya nyanyikan adalah mantra dan lagu spiritual yang maknanya sangat mendalam yang merupakan praktik meditasi dengan menyatukan pikiran dan suara.”
Ani melanjutkan, “Mantra adalah sebuah upaya untuk mengisi ulang pikiran kita dan mentransformasi energi negatif yang ada di dalam batin kita. Apakah mantra dilantunkan dalam sebuah lagu atau dibacakan biasa saja, tetap mempunyai kekuatan yang luar biasa.”
Kenapa Ani memilih melalui lagu? “Karena melodi mampu menenangkan pikiran. Semua orang bisa memahaminya tanpa membedakan latar belakang, bahasa, dan dari mana berasal karena melodi adalah bahasa yang universal,” jelas Ani.
“Melodi secara ilmiah bisa membuat manusia tumbuh lebih baik, bahkan tumbuhan pun ketika mendengarkan melodi bisa menjadi tumbuh lebih indah. Oleh sebab itulah kami menggunakan berbagai macam melodi dalam ritual di vihara kami,” pungkas Ani.
Usai Ani menyanyi, ada sebuah kejutan manis yaitu berupa kehadiran Inayah Wahid, putri almarhum Gus Dur. Dengan setengah berlari ia naik ke panggung dan langsung menghambur memeluk erat Ani Choying. Mereka tampak seperti saudara yang terpisah sekian lama. Hadiri pun memberikan mereka hadiah berupa tepuk tangan membahana.
Inayah kemudian bercerita bahwa ia baru saja tiba di Surabaya setelah mengikuti sebuah acara Buddhis di Jambi. Ketika di Jambi itu, salah satu temannya mengiranya telah berpindah ke agama Buddha karena mau menghadiri acara Buddhis tersebut. Tapi Inayah Wahid menjawab, “Saya tidak butuh menjadi seorang Buddhis untuk bisa menerima nilai-nilai Buddhis.” Tepuk tangan hadirin kali ini lebih membahana.
“Saya tetap bisa menjadi seorang Muslim dan tetap menghargai apa yang diajarkan oleh Buddha, sama seperti apa yang dibawa oleh Buddhist Festival ini. Tidak butuh buat saya untuk pindah ke agama ini atau agama itu, karena senyatanya semuanya sama,” jelas Inayah.
Sementara itu, Danai Chanchaochai, seorang entrepreneur muda asal Thailand yang menjadi pembicara Dharmatalk tentang “Prinsip-prinsip Buddhis untuk Bisnis dan Hidup yang Sukses” menyatakan rasa salutnya kepada umat Buddha di Indonesia, terutama Surabaya, karena berhasil menggelar sebuah festival Buddhis level internasional.
“Saya sangat terkesan dengan umat Buddha di Indonesia yang kompak, karena kita tahu jumlah umat Buddha di Indonesia sangat kecil dibandingkan dengan Thailand yang memiliki lebih dari 90% umat Buddha, tapi kalian memperlihatkan bahwa kalian sangat aktif dan berhasil menyelenggarakan Buddhist Festival 2013 dengan mengundang beberapa pembicara besar dari berbagai negara dan menarik banyak orang menghadiri pameran,” jelas Danai.
“Ini sangat luar biasa! Saya sangat salut. Festival ini berhasil membawa Dhamma ke tingkatan lebih tinggi, bukan hanya untuk Indonesia namun juga untuk dunia,” puji Danai.
Danai sendiri sangat terkesan dengan materi pameran yang menurutnya telah berhasil dikemas dengan modern. Ia berujar, “Cara kalian mendesain pameran sangat kreatif, karena pada beberapa bagian terlihat sangat bernilai sains, sangat modern, dan sangat cocok untuk generasi muda. Saya rasa ini cara yang tepat, karena banyak anggapan bahwa Buddhisme terlalu tradisional, terlalu kuno. Tapi dalam festival kali ini terlihat walaupun Buddhisme kini telah berusia lebih dari 2500 tahun tapi bisa terlihat sangat trendi.”
Tanggapan positif para pengunjung terhadap pameran karena menonjolkan aspek sains juga diakui oleh Hutomo Wangsanegara, ketua panitia festival. “Mereka memberikan tanggapan positif terutama mengenai sains dan Buddhisme, juga mengenai kosmologi. Ternyata mereka selama ini banyak mengetahui dari literatur buku bahwa dalam Buddhisme banyak yang bisa digali dan bisa memberikan ilmu pengetahuan tentang hal-hal tersebut,” tutur Hutomo.
Hutomo menambahkan, “Tanggapan pengunjung sangat positif. Mereka bilang (festival ini) banyak memberikan mereka informasi yang sangat bagus mengenai Buddhisme, juga banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sebelumnya mereka kurang paham tentang Buddhisme.”
Selama 10 hari pameran, tercatat sekitar 20 ribu orang mengunjungi festivalini. Hutomo juga menuturkan, festival ini kemungkinan akan kembali digelar juga di Makassar dan Manado. Bahkan utusan dari Makassar ikut menghadiri festival ini dan telah ada pembicaraan awal. Namun untuk di Surabaya tetap lima tahun sekali.
“Festival Buddhist 2013 telah berjalan dengan sukses. Penampilannya jauh lebih sempurna daripada tahun 2008, kreatif dan informatif. Salut atas kerja kalian muda-mudi Buddhis!” tambah Ongko Digdojo, pimpinan BEC Surabaya.
“Sampai jumpa lagi di Buddhist Festival berikutnya, 2018!” seru Ongko.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara