• Monday, 5 June 2017
  • Anwar Nagara
  • 0

Anda pernah ikut retret? Rentang waktunya sehari? Tiga Hari? Seminggu? Sepuluh hari? Atau bahkan lebih lama? Retret tampaknya bisa menjadi solusi bagi manusia super hectic di era modern ini. Sekadar mengalihkan perhatian dan meletakkan beban-beban yang telah dipikul sekian lama, serasa sangatlah melegakan.

Ada orang yang sakit perut gara-gara makan kebanyakan sambal, lalu dia tak punya pilihan harus menelan obat sakit perut. Tentu saja ia sembuh sementara, namun ketika mata melihat sambal yang enak lagi maka, dia menyantap kembali sambal kemudian mengakibatkan rasa sakit yang persis sama. Sebetulnya bukan sambalnya yang bermasalah, tapi kemampuan resistansi terhadap sambal yang masih kecil, sehingga dia mengulang kesalahan yang sama berulang kali.

Teknik konkret
Stres dan frustasi yang terjadi pada manusia juga demikian. Mereka mencari cara untuk mengatasinya, lewat retret atau sejenisnya. Tentu saja ia bisa meredakan stres dan frustasi dalam taraf tertentu, ia merasa lega sedikit. Namun, ketika kembali lagi ke dunia kampus atau kerja, maka stres datang lagi. Lalu apakah harus berhenti kerja lalu retret selamanya? Itu bukan solusi yang bijak.

Retret seharusnya memberikan teknik-teknik yang konkret untuk merubah gejala-gejala stres dalam kehidupan sehari-hari. Jangan berharap mendapatkan banyak teori dari sebuah retret, karena teori bisa Anda peroleh lewat membaca atau sekadar berselancar di dunia maya atau bertanya kepada mbah google. Retret seperti berenang di kolam, Anda mempelajari jurus-jurus berenang yang lebih baik, atau bahkan bagaimana berselancar jika ada ombak besar. Lalu ketika kembali ke sungai atau laut, Anda bisa lebih mahir dan tidak sering tenggelam.

Teknik meditasi yang diajarkan dalam retret formal hendaknya sederhana dan bisa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang pulang dari retret maka ia bisa melanjutkan retretnya yang bersifat informal dan individual di rumah, kampus, kantor, wihara, bahkan ke mana pun dia pergi. Setelah sekian lama dia perlu retret formal lagi. Apalah gunanya retret jika teknik meditasinya hanya bisa diterapkan di pusat meditasi saja?


Retret Plum Village di Medan. Foto: Phap Hien

Variasi meditasi
Meditasi berkaitan dengan bagaimana membantu badan jasmani untuk relaks terlebih dahulu, menjalin suatu hubungan yang jernih dengan badan jasmani melalui postur duduk di lantai maupun di kursi. Seseorang akan diberikan tuntunan bagaimana memanfaatkan napas untuk mengurangi pikiran acak yang terus bergerak sehingga membuat pikiran menjadi keruh dan lelah. Otak menjadi tidak maksimal dan pikiran negatif berseliweran.

Meditasi tidak terbatas pada duduk saja, namun melibatkan beberapa aktivitas lainnya. Sebut saja ketika sedang gosok gigi, maka teknik menghitung gosokan bisa diterapkan, menggosok gigi hanya untuk menggosok gigi saja. Berjalan naik turun tangga juga demikian, Anda bisa menerapkan satu langkah satu napas, relakskan badan, senyum kecil di wajah, dampaknya akan membuat hati menjadi lebih lapang, ketegangan di badan dan pikiran bisa berkurang.

Saya sering mengajarkan bagaimana menikmati makanan dengan hening selama 20 menit dalam retret, banyak peserta merasa sangat bermanfaat. Rutinitas makan setiap hari bisa menjadi objek meditasi, menghitung kunyahan minimal 20 kali, menggunakan lidah untuk merasakan asin, manis, pahit, pedas, dan asam. Membangkitkan rasa syukur atas makanan yang sedang disantap merupakan jerih payah dari banyak makhluk. Seseorang boleh menerapkan meditasi makan dengan versi yang lebih sederhana, contoh makan dengan hening selama 10 menit di kantor atau kampus, atau di sela-sela waktu yang memungkinkan, sehingga makan menjadi proses keberlanjutan dari retret.

Pergi untuk kembali
Memang benar retret adalah kondisi kita mengundurkan diri dari hiruk pikuk di luar sana untuk kembali ke hati masing-masing, namun kehidupan manusia tetap harus berjalan, Anda tidak bisa bersembunyi di tempat retret selamanya. Anda perlu membawa praktik-praktik dari retret ke semua aspek kehidupan, sehingga retret dan non retret mulai tiada perbedaan yang terlalu signifikan lagi.

Janganlah mencari-cari pengalaman sebelumnya, karena setiap hari selalu berbeda, siapkan hati dan pikiran untuk menerima momen kekinian yang akan tersingkap satu persatu, sehingga Anda tidak kecewa terhadap masa lalu atau tidak khawatir akan masa depan, sesungguhnya hidup hanya ada di saat ini.

Sering-sering jangkarkan pikiran pada napas di mana pun Anda berada. Sisihkan waktu untuk memperhatikan napas masuk dan napas keluar sepanjang hari, teknik ini bisa menurunkan tensi badan dan mental. Jadikanlah ini sebagai kebiasaan baru.

Jangan tunda sampai esok hari, karena bisa saja terlambat sudah karena kematian mungkin saja datang menjemput duluan. Jangan lewatkan kesempatan-kesempatan yang bisa Anda pergunakan untuk meditasi makan, meditasi duduk, meditasi jalan, atau sekedar merelakskan badan lewat napas masuk dan keluar, pikiran bisa menjadi lebih bening.

Retret dan non retret
Meditasi formal sangatlah penting, menjadikan praktik meditasi sebagai suatu komitmen pribadi, walaupun retret telah usai, justru Anda perlu memperpanjang retret formal agar bisa bersinggungan dengan retret non formal sehari-hari, sehingga tiada perbedaan antara retret dan non retret lagi. Meditasi duduk tidaklah perlu terlalu lama, tampaknya 10 menit cukup asal tekun setiap hari, jika Anda sudah terbiasa mungkin boleh lebih lama hingga 30 menit dan sehari boleh dilakukan beberapa kali.

Anda sering cek medsos kan? Berapa lama? Berjam-jam? Kenapa meditasi napas dan duduk hening 15 menit tidak sanggup Anda lakukan? Ironis bukan? Jadi, janganlah menunggu sampai esok hari, karena siapa tahu kematian datang menjemput lebih awal, ketika itu terjadi? Terlambat sudah!

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Anwar Nagara

Dharmacharya dari silsilah Zen Master Thich Nhat Hanh, Plum Village, dikenal sebagai 真法子「Chân Pháp Tử」. Menerima Penahbisan samanera dari tradisi Theravada dengan nama 釋學賢 「Nyanabhadra」dari Y.M. Dharmavimala. Menerima penahbisan ulang sramanera dari silsilah Mulasarvastivada dari Y.M. Dalai Lama ke-14 di Dharamsala dengan nama Tenzin Donpal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *