• Friday, 21 February 2020
  • Surahman Ana
  • 0

Keberagaman yang ada di Indonesia merupakan anugerah namun juga merupakan tantangan bagi warga Indonesia untuk mewujudkan suatu kehidupan yang tetap harmonis dan rukun. Sikap saling menghargai dan meningkatkan rasa toleransi satu sama lain sangat dibutuhkan dalam menjalin hubungan sosial di antara warga negara.

Perbedaan-perbedaan yang ada seringkali menimbulkan konflik dari berbagai skala. Tak terlewatkan, perbedaan agama juga menjadi salah satu pemicu konflik yang muncul.

Perbedaan agama bahkan meliputi seluruh wilayah di Indoneia mulai dari perkotaan hingga pedesaan dengan potensi konflik yang sama.

Menyadari dan menyikapi akan adanya potensi konflik yang timbul karena adanya perbedaan agama ini, telah banyak pergerakan dan seruan untuk mengkampanyekan sikap saling toleransi antar umat beragama

Salah satu yang BuddhaZine temukan pada Minggu (13/01), adalah kehidupan toleransi yang ada di Desa Sampetan Kabupaten Boyolali.

Kesadaran warga akan pentingnya menjaga kerukunan mendorong mereka untuk melakukan aksi yang memperkuat kerukunan antar warga. Untuk mempermudah dalam komunikasi, warga Sampetan membentuk suatu wadah forum lintas iman  yang mereka namakan “Gotong Royong Tri Dhamarsari” yang consern dalam merencanakan dan melakukan aksi sosial pendorong kerukunan.

Sejak terbentuknya lebih dari tiga puluh tahun yang lalu kini forum “Gotong Royong Tri Dhamarsari” telah beranggotakan 130 kepala Keluarga (KK) dari berbagai latar belakang agama yang ada di Sampetan. Tidak semua dusun yang ada di Sampetan tergabung dalam forum ini. Ada empat dukuh dan saling berdekatan yang menjadi anggota forum yaitu Gumok, Purwosari Lor, Purwosari Kidul, dan Mongsari.

Para anggota forum mengakui mendapatkan banyak manfaat yang diperoleh ketika menjadi anggota forum, seperti pengakuan Surono, salah satu anggota forum.
”Intinya forum ini terbentuk untuk kegiatan sosial dan toleransi yang mendukung kerukunan warga di sini. Selama saya ikut dalam forum ini saya merasakan banyak sekali manfaatnya terutama kalau ada punya gawe seperti mantu, membangun rumah, juga ketika ada kematian.”

“Dari sini kita bisa merasakan adanya guyup rukun. Di samping itu juga ketika ada kematian dari setiap RT yang ikut forum ini mengadakan iuran sebagai dana talangan pembiayaan kematian. Dari peti sampai ke pemakaman semua ditanggung dengan dana talangan dari forum ini. Nanti bisa dikembalikan lagi dananya setelah 3 hari atau lebih,” katanya.

Selain merawat tradisi gotong royong yang memang sudah menjadi naluri bagi warga Sampetan, hal lain yang berkaitan langsung dengan agama yang ada di sampetan juga menjadi agenda khusus dari forum ini. Hasil nyata forum ini terlihat dari cara warga sampetan dalam perayaan hari besar setiap agama. Menjelang hari besar dari setiap  agama seluruuh warga saling mengucapkan selamat dan bahkan ikut membantu dalam banyak hal.

“Di forum ini kita juga mengadakan gotong-royong untuk perayaan hari besar agama yaitu dengan melibatkan semua warga dusun. Contohnya ketika Hari Raya Waisak semua warga yang tergabung dalam forum ini ikut iuran untuk membantu perayaan Waisak begitu juga sebaliknya ketika perayaan agama Islam maupun Kristen kita semua ikut membantu dalam hal biaya. Di samping itu semua warga juga ikut merayakan perayaan setiap hari besar agama yang ada disini. Ini semua demi terjaganya toleransi dan kerukunan antar umat dan antar warga meskipun kami di sini menganut tiga agama yang berbeda.”

“Dalam aplikasinya contoh ketika Idul Fitri, bagi warga yang Muslim duduk di rumah menyediakan makanan dan umat non Muslim yang berkunjung ke rumah-rumah warga Muslim untuk mengucapkan selamat. Begitu juga ketika Natal dan Waisak, bagi umat yang sedang merayakan hari besarnya duduk dirumah menyediakan makanan dan yang dari umat lain datang untuk mengucapkan selamat,” imbuh Surono.

Menurut keterangan Surono bahkan tidak hanya dalam hal perayaan dan saling mengucapkan hari besar agama, namun setiap ada perayaan hari besar salah satu agama semua warga ikut membantu dalam pendanaan perayaan hari besar.

Untuk mempertahankan dan terus mengembangkan kegiatan forum, para anggota forum melakukan rapat atau pertemuan rutin setiap 35 hari (selapan) secara bergiliran. Sistem kepengurusan dilakukan pemilihan ulang setiap lima tahun sekali.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara