• Monday, 18 April 2022
  • Surahman
  • 0

Umat Buddha bersyukur kini dapat melaksanakan ibadah dengan penuh khidmat di Candi Borobudur. Ritual ibadah saat ini dapat dilaksanakan dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan petang.

“Sungguh, kami berbahagia karena pada kesempatan ini kami bisa melakukan puja di Borobudur.  Kami memang punya program dharmyatra,” ungkap Sumiasih (43), Ketua Wanita Buddhayana Indonesia (WBI) Jepara. 

Sumiasih bersama lima puluh orang dari WBI Jepara mengikuti Puja Mandala Uposatha di Candi Borobudur pada Jum’at (15/4). Selain dari WBI Jepara, peserta Puja Mandala kali ini juga diikuti oleh umat Buddha dari Vihara Karang Jati, Yogyakarta sebanyak sepuluh orang. Bahkan pada pelaksanaan pilgrim yang kedua setelah penetapan Candi Borobudur sebagai rumah ibadah bersama umat Buddha dunia ini terbagi dalam dua sesi, yaitu sesi pagi dan petang hari. 

Di sesi petang harinya acara diikuti oleh mahasiswa dari Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Raden Wijaya Wongiri sebanyak kurang lebih lima puluh orang dan peserta dari komunitas SIDDHI Tour and Travel sebanyak delapan orang. Ritual petang hari dilaksanakan dalam suasana yang sunyi dan gelap. Hanya suara jangkrik dan burung malam yang mengiringi setiap langkah para peserta pilgrim mengitari candi.

Seperti pelaksanaan pilgrim sebelumnya, Bhante Ditti Sampano kembali memimpin Ritual Puja Mandala Uposatha baik sesi pagi maupun sesi sore. Sesi pagi dimulai pukul 07.00 WIB. Para peserta mengikuti langkah Bhante Ditti berjalan kaki dari lokasi parkir hingga halaman pintu masuk candi sebelah timur. Melakukan puja pembukaan kemudian melaksanakan Pradaksina dan ditutup dengan meditasi serta pembacaan paritta pelimpahan jasa. Demikian pula dengan rangkaian ritual di sesi sore yang dimulai pukul 18.00 WIB. 

Ritual puja mandala seperti Pradaksina mungkin sudah tidak asing bagi umat Buddha, akan tetapi umat yang mengikuti puja mandala di Borobudur menemukan makna kebajikan tersendiri. Seperti yang diungkapkan Sumiasih dari WBI jepara. “Kita di sini sama-sama bertekad untuk berlatih melaksanakan Athasila menjelang Waisak. Di samping itu kami sangat sangat bersyukur bisa mengunjungi Candi Borobudur sebagai salah satu peninggalan sejarah Agama Buddha,” katanya.

  

Sejumlah umat Buddha berjalan di sekitat Borobudur untuk melaksanakan ibadah. Sumber Foto: Ngasiran

Hal senada juga diungkapkan oleh Fuji, salah satu peserta dari Vihara Karang Jati Yogyakarta. “Kami sendiri di Vihara Karang Jati memang sering melaksanakan Dharmayatra per tiga bulan, tapi untuk Dharmayatra ke Borobudur apalagi pas Uposatha ini baru kali ini ikut. Dan ternyata kami senang sekali bisa ikut Puja Mandala ini karena kami bisa melihat bahwa perlakuan pada Candi Borobudur ini menurut kami jadi lebih sesuai sebagai rumah ibadah umat Buddha. Bagi diri sendiri ritual ini menjadi lebih mengingatkan kita akan ajaran Guru Agung Buddha, karena ini kan representasi dari Tripitaka. Kalau dari sisi budaya kita menjadi lebih menghormati peninggalan leluhur kita,” jelasnya. [MM]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara