• Monday, 6 January 2020
  • Victor A Liem
  • 0

Belum lama ini yaitu tanggal 22 Desember 2019, Komunitas Namcho Semarang mengadakan serangkaian acara menjelang akhir tahun, di CES Hwa Ing, Purwodinatan, Semarang. Salah satunya adalah Dharmadesana bertajuk “Menemukan Rahasia Kebahagiaan Sejati”, yang dibawakan oleh Lopon Dorji Sherab dan Lopon Sangay Chopel, biksu Vajrayana dari Bhutan.

Acara ini diawali dengan presentasi “Rahasia Bhutan menjadi negara paling bahagia”, yang disampaikan oleh Catur Kumala Dewi, seorang praktisi Namcho yang sudah beberapa kali berkunjung ke Bhutan. Sebagai moderator dan pengantar acara ini, Catur menjelaskan “Di Bhutan, yang lebih penting ditekankan adalah GNH (Gross National Happiness) daripada GNP (Gross National Product) menjadi dasar perkembangan Bhutan.” Presentasi mengenai Bhutan ini disampaikan secara interaktif bersama Lopon Dorji Sherab dan Lopon Sangay Chopel.

Lopon Dorji Sherab juga menyebutkan bahwa yang membuat orang Bhutan bahagia adalah ajaran Buddha. Salah satu contoh adalah ajaran mengenai karma. Orang Bhutan memandang orang kaya dan miskin itu sesuai karma mereka masing-masing, jadi tidak perlu untuk iri hati dan gusar satu sama lain dalam melihat kekayaan orang lain. Selain itu juga diajarkan untuk tidak terlalu melekati sesuatu secara berlebihan. Itu yang membuat kesenjangan antara orang kaya dan miskin tidak terlalu jauh di Bhutan. Masyarakat hidupnya selalu puas dan merasa cukup.

Bhutan juga dikelola dengan prinsip keseimbangan yang sesuai dengan ajaran Buddha. Beberapa contoh seperti memancing, berburu, dan membunuh binatang akan didenda, menebang pohon harus memiliki izin dari pemerintah, bahkan ada cerita menarik tentang pemerahan susu sapi. Jika induk sapi memiliki anak-anak sapi, maka tidak boleh puting sapi induk tersebut diperah semuanya, tapi mesti menyisakan sebagian untuk anak-anak sapi.

Di Bhutan tidak ada penjagalan, jadi binatang hidup bahagia di alam dan tidak ada kandang khusus. Prinsip keseimbangan yang lain terkait dengan pentingnya keluarga.

Pemerintah tidak akan memisahkan keluarga dalam kepentingan dinas. Misalkan pegawai negeri mendapat mutasi kerja dan mesti pindah ke kota lain, maka pemerintah memberikan kebijakan bahwa keluarganya juga harus pindah ke kota tersebut.

Lopon Dorji Sherab menjelaskan bahwa GNH memilki empat pilar penting, yaitu: pemerintahan yang bagus (good governance), pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan (sustainable and equitable socio-economic development), pelestarian dan promosi budaya (preservation and promotion of culture), dan konservasi lingkungan (environmental conservation). Suatu bukti ajaran Buddha diterapkan dalam kebijakan pemerintah, terutama komitmen pemerintah dalam mengutamakan GNH.

Di akhir sesi, Lopon Sangay Chopel menjelaskan mengenai 9 ranah GNH, meliputi: kesejahteraan psikologis (psychological wellbeing), standar hidup (living standard), pemerintahan yang baik (good governance), kesehatan (health), pendidikan (education), vitalitas komunitas (community vitality), keanekaragaman dan ketahanan budaya (cultural diversity and resilience), penggunaan waktu (time use), dan keanekaragaman dan ketahanan ekologis (ecological diversity and resilience). Sembilan ranah ini menjadi indikator untuk mengukur GNH. Beberapa penerapan 9 ranah ini adalah seperti pendidikan dan layanan kesehatan yang gratis bagi orang Bhutan.

Menyimak Dharmadesana ini bukan sekadar informasi Bhutan yang dipahami sebagai Shangri-La terakhir, suatu kerajaan Buddhis yang menerapkan prinsip ajaran Buddha, tapi juga menjadi bahan refleksi untuk kita semua mengenai kebahagiaan.

Dalam menjalani hidup, terutama dalam mempraktikkan Dharma, seberapa besar kebahagiaan dari dalam kita ini? Seperti yang pernah diingatkan oleh Gyatrul Rinpoche, “Orang bijak melihat bahwa penderitaan dan kebahagiaan tergantung pada batin, sehingga mereka mencari kebahagiaan di dalam batin.”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Victor A Liem

Penulis adalah pecinta kearifan Nusantara dan penulis buku "Using No Way as Way"
Tinggal di kota kretek, Kudus, Jawa Tengah. Memilih menjadi orang biasa, dan menjalankan laku kehidupan sehari-hari dengan penuh suka cita.