• Thursday, 11 May 2017
  • Ngasiran
  • 0

Candi Borobudur kembali menjadi pusat perayaan Waisak yang dihadiri oleh ribuan umat Buddha dan juga para pengunjung. Waisak Nasional Umat Buddha Indonesia 2561 BE/2017 kali ini digelar Rabu (10/5) hingga menjelang detik-detik Waisak pada Kamis dini hari pukul 04.42.09 WIB.

Seperti biasa, perayaan Waisak yang digelar oleh Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) ini dimulai dengan pembacaan parita dan mantra di Candi Mendut yang kemudian dilanjutkan dengan prosesi menuju Candi Agung Borobudur.

Jalannya prosesi membentuk barisan panjang. Drumband berada di barisan terdepan, diikuti oleh lambang Garuda Pancasila, bendera merah putih, panji-panji Buddhis, barisan pembawa sarana puja hasil bumi, petugas bhinneka yang diisi oleh anak-anak muda berpakaian adat Nusantara, mobil hias, anggota Sangha, dan di barisan paling belakang adalah umat Buddha. Prosesi Waisak ini pun menjadi tontonan tersendiri bagi masyarakat dan wisatawan Candi Borobudur.

Sampai di Candi Borobudur, anggota Sangha dan umat bernamaskara di depan altar Buddha. Selesai Puja Namaskara di altar utama Candi Borobudur, umat Buddha bersama anggota Sangha kembali ke altar majelis masing-masing di area Taman Lumbini untuk melakukan puja.

Namun yang paling ditunggu-tunggu adalah prosesi pelepasan 1.999 lampion di Taman Aksobhya. Pelepasan lampion kali ini dibagi menjadi tiga sesi. Prosesnya dimulai sekitar pukul 21.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 23.00 WIB.

Direktur Urusan Agama Buddha Kementerian Agama RI, Supriadi, mengajak umat Buddha untuk meningkatkan wawasan kebangsaan, multikultural, dan keberagaman sebagai aset kerukunan hidup umat beragama.

Meskipun begitu, menurut Supriadi, persoalan antar agama sering terjadi, oleh karenanya umat Buddha harus berpegang teguh pada nilai Dharma. “Buddha sudah mengajarkan, jika seseorang menghargai hidupnya sendiri, ia harus menjaganya baik-baik. Dan yang lebih penting dari itu, ia juga harus menghargai kehidupan orang lain sebagaimana ia menjaga hidupnya sendiri,” pesan Supriadi.

Perayaan Waisak di Candi Borobudur kali ini terasa spesial dengan dengan adanya penampilan komposer musik Buddhis kelas dunia Imee Ooi yang berkolaborasi dengan gitaris grup band Gigi, Dewa Budjana. Imee Ooi dan Dewa Budjana sekaligus meluncurkan album hasil kolaborasi berjudul In Metta.

Keduanya tampil di panggung utama sebelum puja bakti dimulai. Imee Ooi membawakan tiga lagu yang salah satunya adalah lagu Chant of Metta, yang sudah dikenal oleh hampir seluruh umat Buddha di Indonesia. Bagaimana ceritanya Imee Ooi bisa tampil dalam perayaan Waisak di Borobudur? Apa yang mendorong Imee Ooi bekerjasama dengan Dewa Budjana? Kisah selengkapnya akan BuddhaZine ulas khusus pada artikel selanjutnya.

20170511 Ribuan Umat Buddha Ikuti Perayaan Waisak di Candi Borobudur Hingga Pagi 2 20170511 Ribuan Umat Buddha Ikuti Perayaan Waisak di Candi Borobudur Hingga Pagi 3

Puja bakti Waisak dan menyambut detik-detik Waisak sendiri baru dimulai pukul 12 malam. Detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan lonceng tiga kali, pemercikan air berkah Paritta Jayanto, dan umat bersikap anjali.

Bhiksu Tadissa Paramita dalam renungan Waisak 2017 mengatakan, peringatan Hari Tri Suci Waisak bukan sekadar diadakan ritual Waisak untuk berdoa dan memohon.

Ia mengatakan, umat Buddha harus menyadari hakikat ke-Buddha-an dan menyerapnya, berjuang untuk mengembangkan hati Buddha dan potensi ke-Buddha-an dalam diri masing-masing. “Jangan mengabaikan dan menelantarkan hakikat ke-Buddha-an. Guru Agung Buddha hanya mengajar dan menyadarkan, tapi pengembangan dan praktik berpulang pada individual masing-masing. Berjuanglah dengan penuh semangat untuk meraih pencerahan dan Maha Bodhi,” katanya.

Sedangkan Bhikkhu Wongsin Labhiko dalam tuntunan sebelum meditasi Waisak menuturkan, “Dunia ini tidak ada persoalan apabila belajar mengetahui kenyataan bahwa sesungguhnya dunia ini berkondisi tidak kekal adanya.”

Karena itu, jangan terlalu melekat dengan sesuatu, “Menderita karena melekat, bahagia karena lepas. Itulah jalan Buddha.”

Perayaan Waisak 2561 BE/2017 ditutup dengan ritual pradaksina oleh anggota Sangha dan umat dengan mengelilingi candi tiga kali searah jarum jam. (tempo)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara