Minggu (30/10), untuk kedua kalinya umat Buddha Blitar, Jawa Timur mengadakan Sangha Dana. Kali ini, Vihara Buddhasasana, Desa Boro, Kecamatan Selorejo yang menjadi tempat kegiatan. Meskipun pada malam sebelumnya Kathina sudah digelar sangat meriah di Vihara Samaggi Jaya, Kota Blitar, namun Kathina kali ini juga tidak kalah meriah dan diikuti lebih dari 2000 umat Buddha dari berbagai wilayah Blitar, Surabaya, Malang, Temanggung, bahkan Jakarta juga hadir.
Vihara Buddhasasana sendiri merupakan salah satu pusat agama Buddha di Kabupaten Blitar. Dari vihara ini pula melahirkan sejumlah anggota Sangha, seperti Bhikkhu Sukhito dan Bhikkhu Tejapunno. Pada tahun ini terdapat dua bhikkhu yang melaksanakan vassa di vihara dengan umat Buddha terbanyak di Blitar ini. Dua bhikkhu tersebut adalah Bhikkhu Sukhito yang merupakan putra daerah asli Boro dan Bhikkhu Jayaratano yang pada tahun ini genap melaksanakan 10 vassa.
Acara Kathina diawali dengan makan siang bersama sebagai simbol guyub umat Buddha Blitar. Sebagai perwakilan Sangha, Kathina ini dihadiri oleh delapan bhikkhu Sangha, di antaranya Bhikkhu Uttamo, Bhikkhu Viryadharo, Bhikkhu Tejapunno, Bhikkhu Jayaratano, Bhikkhu Jayamedho, Bhikkhu Khemadaro, dan bhikkhu lain yang merupakan pembina umat Buddha Jawa Timur.
Bhante Uttamo, dalam ceramah Dhammanya menyampaikan bahwa kehidupan para bhikkhu sangat tergantung pada umat Buddha.
“Kalau diibaratkan, ketergantungan seorang bhikkhu terhadap umat seperti ikan dan air. Ikan tidak dapat hidup tanpa air, tetapi air tidak selalu membutuhkan ikan,” kata Bhante.
Oleh sebab itu, menurut Bhante Uttamo, perkembangan Sangha dan agama Buddha sangat tergantung kepada umat Buddha. “Energi yang saya gunakan untuk menyampaikan Dhamma di setiap tempat, termasuk pada saat ini, adalah energi yang diolah dari makanan yang tadi saya makan. Dan apa yang saya makan itu pemberian umat Buddha. Karena seorang bhikkhu tidak bisa nongkrong di depan vihara, kemudian ketika ada tukang bakso lewat lalu pesen bakso dua mangkok. Kalau kurang pesan lagi. Tidak bisa begitu. Jadi, kehidupan saya ini adalah kehidupan yang diberikan oleh umat Buddha,” jelas Bhante.
Kemudian Bhante Uttamo menyinggung pencapaian vassa ke-30 yang baru saja diselesaikannya, “Tadi saya diingatkan, bahwa saat ini saya telah 30 tahun menjadi bhikkhu. Telah melaksanakan massa vassa ke-30 artinya apa, Saudara? Selama 30 tahun ini, saya telah tergantung kepada umat. Ada sebuah penelitian yang mengatakan, bahwa setiap hari sel manusia ini selalu berubah, dan dalam tujuh tahun sel kita berubah total, yang artinya berganti tubuh. Jadi kalau sekarang saya sudah 30 tahun menikmati makanan yang diberikan oleh umat Buddha, tubuh saya sudah berganti sebanyak empat kali lebih sedikit. Dan tubuh ini adalah pemberian dari umat Buddha semua selama 30 tahun ini.”
“Jadi, jangan anggap remeh berdana makanan kepada para bhikkhu, karena dari makanan itu setelah diolah menjadi energi dan digunakan untuk ceramah menyampaikan Dhamma, itu artinya sepiring nasi dan semangkuk sayur yang Anda danakan mempunyai nilai Dhamma yang sangat besar. Dan dalam agama Buddha, dana Dhamma adalah yang paling tinggi nilainya. Semoga niat baik mengikuti Kathina ini akan menumbuhkan kebahagiaan sekarang atau di masa selanjutnya,” tutup Bhante.
Sebagai wujud bakti umat Buddha Blitar kepada Bhante Uttamo dan Bhante Jayaratano, diadakan basuh tangan menggunakan air bunga sebagai bentuk syukuran atas 30 tahun vassa Bhikkhu Uttamo dan 10 tahun vassa Bhikkhu Jayaratano.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara