Selama dua hari, 29-30 Mei 2020, His Holiness Dalai Lama memberikan abhiseka / inisiasi Bodhisattva Avalokiteshvara dari kediamannya di Daramsala, India.
Inisiasi diberikan secara daring kepada para pengikutnya di berbagai negara di dunia lewat akun Youtube, Facebook, dan laman Dalailama.com. Tercatat setidaknya lebih dari 15 ribu pasang mata menyaksikan, dan itu yang tercatat baru dari Facebook Dalai Lama saja.
Di hari pertama, sebelum memberikan blessing, Dalai Lama juga banyak memberikan banyak pesan dan Dharma. Salah satunya, ia menyoroti tentang perilaku rasisme yang terjadi di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.
Dalai Lama mengaku sudah mengetahui dari pemberitaan bahwa di AS ada warga kulit hitam [George Floyd] yang terbunuh karena terkekik oleh lutut polisi. Masalah rasisme menurutnya terjadi karena tidak dimilikinya rasa welas asih oleh pelaku.
“Pada dasarnya, kita sebagai makhluk hidup, hakikat kita adalah welas asih. Bahkan serangga yang kecil,” ujar Dalai Lama dalam bahasa Tibet yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Ia menjelaskan, bila diperhatikan, ibu serangga pun mengasuh anak-anaknya dengan welas asih. Karena itu, kalau manusia bisa tidak menyakiti satu sama lain dan saling menyayangi, akan muncul dunia yang penuh kedamaian dan tanpa ketakutan.
Tanpa welas asih atau karuna, menurutnya kecemburuan, kesombongan, arogansi akan berkembang. Ini akan menghalangi langkah seseorang untuk berbahagia.
“Welas asih itu sangat krusial, sangat krusial untuk kelangsungan hidup kita,” tegasnya.
Dalai Lama meneruskan, semakin seseorang memiliki welas asih, maka ia akan semakin bahagia. Namun semakin banyak seseorang memiliki rasa kompetisi, hidupnya akan semakin jauh dari kebahagiaan.
Karena itu, ia mengajak para pemirsanya untuk mengembangkan Bodhicitta, sikap batin untuk mementingkan makhluk lain, berharap agar makhluk lain bahagia dan mencapai pembebasan.
“Penting untuk memiliki hati yang baik, atau hati yang hangat,” katanya.
Dalai Lama juga mengajak para pengikutnya untuk tidak hanya mengembangkan dan mendasarkan diri pada intelektualitas semata, namun juga mengimbanginya dengan hati yang hangat, hati yang baik.
Dan salah satu metode untuk mengembangkan rasa welas asih menurutnya adalah membaca mantra enam suku kata Avalokiteshvara, yakni OM MA NI PAD ME HUM.
“Tujuan utama dari inisiasi Avalokiteshvara adalah untuk memiliki hati yang baik. Apakah kamu Buddhis atau tidak, itu tidak penting,” tuturnya.
Deny Hermawan
Editor BuddhaZine, penyuka musik, film,
dan spiritualitas tanpa batas.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara