Sangha Mahayana Indonesia (SMI) menggelar perayaan Waisak Bersama 2562 BE/2018 di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta pada Minggu, 20 Mei 2018. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, acara utama perayaan Waisak kali ini adalah pemandian rupang bayi Buddha (Yu Fo).
Waisak Bersama SMI tahun ini dihadiri sekitar 2500 umat Buddha dari Jabodetabek dan Bandung, dengan kepanitiaan Waisak berasal dari anggota sangha SMI didukung oleh umat Buddha dari vihara-vihara di bawah naungan SMI dan bantuan dari Keluarga Mahasiswa Buddhis dari berbagai universitas di Jabodetabek.
Waisak SMI kali ini mengusung tema “Waisak Bersama Sangha Mahayana Indonesia Mewujudkan Kasih dan Toleransi”. Tema ini diangkat untuk menekankan pentingnya cinta kasih dan toleransi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ketua panitia Bhiksu Bhadra Pala mengajak umat Buddha selalu mengajarkan untuk menyayangi dan menghargai semua makhluk tanpa kecuali. Sikap inilah yang perlu dipraktikkan sehingga dapat memberikan ketenteraman kepada siapa pun dan dapat menetralisir segala kecurigaan akibat adanya perbedaan. “Toleransi adalah sesuatu yang dianggap penting dan perlu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini. Sudah saatnya kita bergandengan tangan dan membuang semua ketakutan akibat berita-berita yang kurang bisa dipertanggungjawabkan dalam kehidupan bernegara kita,” ujar Bhiksu Bhadra Pala.
Sementara Pesan Waisak yang disampaikan oleh Bhiksu Matra Maitri mewakili Ketua Umum SMI Bhiksu Kusalasasana menjelaskan bahwa Ajaran Buddha adalah ajaran yang memberikan kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan bagi umat manusia. Ajaran yang menghindari kebencian, permusuhan, dan perbuatan yang merugikan satu dengan yang lainnya.
Baca juga: Yuk Rayakan Waisak dengan Memandikan Rupang Buddha
“Menjadi umat Buddha tidak melarikan diri dari kenyataan, melainkan dapat menerima kenyataan dan menyatakan semua makhluk sebagai saudara. Mewujudkan cinta kasih Buddha dalam melayani dan memberikan welas asih dan kasih sayangnya kepada semua makhluk dan menjaga memiliki sikap toleransi yang tinggi di dalam kerukunan umat beragama dan bermasyarakat serta berbangsa,” jelasnya.
Sekretaris Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI Nyoman Suriadarma menyebut Upacara Pemandian Buddha Rupang sebagai salah satu upaya meningkatkan keyakinan umat Buddha kepada Tri Ratna, sehingga tidak mudah terpengaruh terhadap paham-paham radikal keagamaan yang mengancam kehidupan keagamaan di Indonesia.
“Makna filosofi memandikan rupang Buddha, manusia harus bersahabat dengan alam. Manusia seharusnya pergi ke tempat yang baik agar jangan kotor oleh lingkungan. Pemandian Buddha Rupang yang memiliki makna menyatukan diri dalam kesucian Buddha dengan harapan semoga kekotoran batin lenyap dari diri seseorang,” jelasnya.
Dalam perayaan ini juga mendoakan agar bangsa Indonesia tenteram dan damai, para pimpinan berlaku bijaksana. Juga secara khusus mendoakan Ketua Dewan Sesepuh SMI Bhiksu Dharmasagaro dan Ketua Umum SMI Bhiksu Kusalasasana yang kondisi kesehatannya sedang kurang baik.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara