
Foto: Dok. Panitia
Untuk ketiga kalinya, umat Buddha Indonesia akan menyambut kedatangan rombongan Bhikkhu Thudong, yang saat ini sedang melakukan perjalanan spiritual berjalan kaki ribuan kilometer dari Thailand. Rombongan ini dijadwalkan tiba di Indonesia pada 16 April melalui Batam, sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarta dan menuju Candi Borobudur melalui jalur utara Pulau Jawa.
Hari ini, Rabu (2/4) rombongan Bhikkhu Thudong sudah tiba di Negeri Sembilan Malysia. Namun karena ada kendala, jumlah bhikkhu berkurang. Menurut rilis panitia yang diterbitkan Selasa (1/4), jumlah Bhikkhu Thudong yang semula 38 orang berkurang menjadi 36 orang.
“Ada dua bhikkhu yang tidak bisa melanjutkan perjalanan,” jelas Prabu Diaz, Panglima Tinggi Laskar Macan Ali Nuswantara sekaligus Sekretaris Jenderal Forum Lingkungan Hidup dan Budaya Nuswantara, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Thudong tahun ini.

Dukungan Penuh dari Pemerintah dan Aparat
Ketua Panitia Thudong 2025, Welly Widadi, menyatakan bahwa persiapan di Indonesia telah berjalan lancar dengan dukungan berbagai pihak. “Kami telah berkoordinasi dengan Polri, TNI, serta lembaga kemitraan di lapangan. Dukungan juga datang dari Kementerian Agama, Direktorat Bimbingan Masyarakat Buddha, Kementerian Luar Negeri, Dalam Negeri, Pariwisata, dan instansi terkait yang sangat menghargai kedatangan para Bhikkhu ini,” ujar Welly.
Selama di Jakarta, salah satu agenda Bhikkhu Thudong adalah menghadiri pelaksanaan Pindapatta, Sanghadana, dan doa pemberkahan di tempat ibadah yang dikenal sebagai Dewa Brahma Empat Wajah atau Se Mian Fo yang berada di kawasan Pantai Indah Kapuk. Agenda lainnya bermalam di Vihara Hemadhiro Mettavati, adalah diterima oleh Menteri Agama dan Pejabat Negara lainnya serta direncanakan akan dilepas oleh Presiden atau Wakil Presiden menuju Candi Borobudur.
Perjalanan Thudong merupakan tradisi penting dalam aliran Theravada, di mana para bhikkhu berjalan kaki sebagai bentuk latihan spiritual. Rute yang ditempuh setiap hari mencapai 35–40 km, tergantung kondisi dan titik persinggahan. Momen ini menjadi ladang kebajikan bagi umat Buddha dan masyarakat yang turut memudahkan perjalanan mereka. Kedatangan para bhikkhu ini tidak hanya bernilai religius, tetapi juga menjadi kesempatan istimewa bagi Indonesia sebagai negara yang dilalui dalam perjalanan suci ini.


