• Sunday, 1 June 2025
  • Surahman Ana
  • 0

Foto: Ana Surahman

Sebanyak 57 pandita muda mengikuti Pembekalan Pandita dan Pelantikan Upacarika yang diselenggarakan oleh Pengurus Daerah (PD) Magabudhi Jawa Tengah di Vihara Watu Gong, Semarang, pada Sabtu-Minggu (31 Mei-1 Juni 2025). Acara pembukaan dihadiri secara daring oleh Bhante Dhiracitto yang memberikan arahan mengenai peran strategis pandita dalam pembinaan umat Buddha.

Bhante Dhiracitto menekankan pentingnya menjaga etika dan kemurnian Dhamma dalam menyampaikan ceramah. “Peran pandita sangat vital untuk mendukung Bhikkhu Sangha dalam melakukan pembinaan kepada umat, terutama dalam hal-hal yang tidak dilakukan oleh para bhikkhu. Namun, harus diingat, saat membabarkan Dhamma, pandita harus menjaga etika, sesuai kapasitas, dan mempertahankan kemurnian ajaran,” tegasnya.

Lebih lanjut bhante juga mengingatkan agar pandita menghindari hal-hal yang membuat pembabaran Dhamma menjadi tidak murni. “Tiga hal yang hendaknya dihindari ketika membabarkan Dhamma, yaitu pembabaran yang disertai harapan untuk mendapat pujian, harapan supaya dihormati, dan harapan mendapatkan perolehan dana setelah melakukan pembabaran,” imbuh bhante.

Peningkatan Kompetensi dan Tantangan Pelayanan Umat

Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber berpengalaman, termasuk Ketua PD Magabudhi Jawa Tengah, PMd. Wirya Purwasamudra Wiharja, serta PMd. Metta Suripto, PMd. Waridi, dan PMd. Kustiani. Hari pertama dimulai pukul 14.00 WIB dengan Namaskara Patha, dilanjutkan pemaparan materi dan diskusi bertajuk “Kemajuan Umat Buddha Jawa Tengah”.

PMd. Wirya Purwasamudra Wiharja menekankan pentingnya peningkatan keterampilan pandita menghadapi tantangan pelayanan yang kian kompleks. “Pandita harus terus belajar, misalnya meningkatkan public speaking, kemampuan bernyanyi, dan lainnya. Ini penting untuk menjaga keyakinan umat, terutama di tengah fenomena penurunan jumlah umat Buddha belakangan ini,” jelasnya.

PMd. Metta Suripto membahas penyeragaman tata upacara pernikahan dan kendala yang dihadapi pandita di daerah. Sementara PMd. Waridi memaparkan penggunaan paritta dalam upacara kematian, mulai dari pemandian jenazah hingga prosesi pemakaman.

Pada hari kedua, PMd. Kustiani menyampaikan materi “Pandita sebagai Agen Transformasi dalam Membangun Vihara yang Positif dan Adaptif”. “Pandita harus mendorong pengurus vihara dan umat menciptakan lingkungan yang positif, transparan dalam keuangan, responsif terhadap aspirasi, serta ramah bagi generasi muda,” terangnya.

Ia juga mendorong inovasi kegiatan vihara, “Pandita dapat menginisiasi pelatihan atau Dhammaclass, bahkan nonton bareng video Dhamma untuk memenuhi kebutuhan rohani umat.”

Kegiatan ini ditutup dengan pelantikan upacarika, menandai komitmen para pandita muda dalam meningkatkan kualitas pelayanan umat Buddha di Jawa Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *