• Friday, 14 June 2013
  • Sutar Soemitro
  • 0

Banyaknya kasus kebohongan, korupsi, dan ketidakpatuhan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia belakangan ini mengundang keprihatinan Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI).

Keprihatinan tersebut oleh KASI dituangkan menjadi tema Waisak 2557 BE/2013 kali ini, yaitu ‘Kejujuran Pembangkit Kesejahteraan Bangsa’. “Karena bangsa kita sekarang ini banyak yang korupsi, sehingga membuat bangsa menjadi sengsara. Orang korupsi kan karena tidak jujur,” Bhikkhu Cittaguto, ketua umum Panitia Waisak Nasional KASI menjelaskan alasan pemilihan tema tersebut dalam jumpa pers di kantor KASI pada hari Jumat, 14 Juni 2013.

Jumpa pers tersebut diadakan menjelang Perayaan Waisak Nasional KASI 2557 BE/2013 yang akan diadakan di Ballroom Hotel Pullman, Central Park, Jakarta Barat hari Minggu, 16 Juni 2013 pukul 15.00 hingga 18.00 WIB. Sekitar 3500 umat Buddha dari Jabodetabek dan kota-kota lain di Indonesia akan hadir dalam perayaan tersebut.

“Kita harapkan semoga yang kita dengungkan ini tidak semata-mata hanya menjadi slogan, tapi menjadi bentuk pelatihan bersama,” tambah Sekjen KASI Bhikkhu Dhammakaro.

Bhikkhu Dhammakaro mengajak umat Buddha dan masyarakat luas, terutama para pejabat pemerintahan, untuk meneladani sifat luhur Sang Buddha. “Saat Beliau memasuki masa-masa akhir sebelum wafat, Beliau memberikan wejangan terakhir bagaimana suatu bangsa/negara bisa sejahtera diawali dengan masyarakatnya mempunyai sikap kejujuran,” jelasnya.

Sang Buddha juga pernah memberikan petunjuk tentang sifat jujur ini, “Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang ingin memperoleh kebaikan dan kedamaian, ia harus terampil, jujur, tulus, rendah hati, lemah lembut, dan tiada sombong.”

Pesan tentang kejujuran akan tampil dengan apik karena dituangkan dalam sendratari bentuk sendratari Sutasoma dalam acara perayaan Waisak tersebut.

“Kalau kita mendengar Sutasoma, yang kita ingat Empu Tantular, karena Empu Tantular lah yang menggubah kakawin (puisi Jawa kuno -red) Sutasoma. Di dalam buku Sutasoma itu ada semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika. Kakawin Sutasoma itu mengambil kisah dari kitab suci Tripitaka, yaitu Sutasoma Jataka,” jelas Ariya Chandra, seorang pandita senior yang menjadi dewan penasehat kepanitiaan Waisak KASI kali ini.

Ariya Chandra menjelaskan, secara ringkasnya Sutasoma Jataka ini menceritakan tentang kisah Pangeran Sutasoma yang belajar ajaran Sang Buddha dari seorang pertapa. Kemudian ada sesuatu hal, pangeran ini ditangkap oleh orang jahat. Tapi Pangeran Sutasoma ini berjanji kepada orang yang menangkapnya itu, “Berikanlah saya kesempatan untuk saya berlatih pengetahuan, kebajikan. Nanti setelah terpenuhi, nanti saya kembali untuk menghadap orang yang menangkap ini.”

Dan benar, setelah belajar, Pangeran Sutasoma ini kembali kepada yang menangkapnya. Tentu saja penangkapnya jadi kaget kok ada orang yang jujur memegang teguh janjinya padahal seharusnya ia bisa melarikan diri. Keteguhan Pangeran Sutasoma ini membuat penangkapnya menjadi berubah pikiran dan menyadarkannya.

“Kisah Sutasoma ini diangkat karena memang berkaitan dengan tema kita tentang kejujuran. Tema ini sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau kita bisa menjaga kejujuran kita, kita memegang teguh janji kita, kita bisa patuh pada aturan, negara kita akan sejahtera, bangsa kita akan sejahtera,” harap Ariya Chandra.

Dalam siaran persnya, KASI berpesan, “Kalimat pendek “ke-jujur-an” sungguh mengandung arti yang luas dan mendalam, jujur adalah bersih, tanpa noda, tanpa cela, tanpa cacat. Bilamana kejujuran teraplikasi dalam tindakan, ucapan dan pikiran, maka tidak ada lagi korupsi, kebohongan, dan itikad jahat.”

Lanjutnya, “Sikap metal jujur ini harus dimulai dari pejabat pemerintah sebagai orangtua bagi masyarakat; guru sebagai orangtua bagi siswa-siswi; tokoh dan pemuka agama sebagai orangtua bagi umatnya; orang yang lebih tua sebagai orang yang dituakan bagi yang lebih muda. Dengan kejujuran cita-cita luhur kehidupan bangsa yang sejahtera akan dapat terwujud.”

Selain sendratari Sutasoma, acara lain yang banyak ditunggu adalah wejangan Dhamma oleh Bhikkhu Sri Pannyavaro, seorang bhikkhu senior yang juga salah satu pendiri KASI.

Selain mengadakan perayaan Waisak, KASI juga mengadakan bakti sosial pengobatan gratis yang diadakan beberapa waktu lalu sebelum Waisak di lima lokasi di Tanjung Pura, Karawang, dan Tangerang Selatan. Walaupun daerah-daerah tersebut tidak terlalu jauh dari ibukota, namun sulit dijangkau oleh kendaraan umum. Bantuan pengobatan yang diberikan adalah pengobatan umum, gigi, dan mata.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara