• Wednesday, 29 July 2015
  • Anwar Nagara
  • 0

Banyak orang menghabiskan waktunya dengan duduk. Manusia duduk untuk makan, sehari tiga kali. Ketika naik kendaraan apakah itu kendaraan umum, motor, atau mobil, Anda juga duduk. Tiba di kampus atau kantor, kembali lagi duduk di depan komputer hingga berjam-jam. Syukur kalau ada yang kerjaannya harus bergerak dan tugas di lapangan.

Pulang ke rumah, Anda juga duduk manis di depan televisi menonton. Ternyata dalam sehari Anda banyak duduk! Manusia kadang komplain meditasi duduk 10 menit terlalu lama, namun 3 jam di depan komputer atau film berseri itu terlalu pendek.

Hidup manusia tidak pernah terpisah dari duduk, dan duduk itu sendiri adalah bagian dari kehidupan. Ketika Anda lelah berjalan jauh dari suatu tempat ke tempat lain, maka duduk akan menjadi prioritas. Ketika Anda duduk terlalu lama, maka Anda ingin bangkit dan berjalan dan bergerak.

Zaman serba hektik ini telah melahirkan manusia ekstrem, ada orang yang tidak bisa duduk lama dan kontrasnya ada orang yang bisa bertahan duduk berjam-jam di depan komputer sambil browsing. Kedua ekstrem ini membuat manusia tidak bisa mendapatkan manfaat dari duduk.

Dalam kisah ribuan tahun silam menyebutkan Siddharta juga mempraktikkan meditasi duduk selama bertahun-tahun, tapi saya percaya beliau tidak duduk selama 24/7. Siddharta hanyalah manusia biasa yang juga mengalami baal di kaki, pegal di bagian punggung, dan bahkan ketika badan lelah maka ia akan terlelap tidur untuk memulihkan stamina agar bisa terus bermeditasi.

Para seniman lukis atau pemahat memotretkan Buddha duduk dengan damai di atas bunga teratai. Hati dan pikiran Buddha sangat ringan dan relaks. Zaman sekarang manusia sambil duduk sambil memikirkan berbagai rencana masa depan atau terlena pada peristiwa-peristiwa masa lalu yang membuat dia gundah dan menyesal.

Manusia lebih sering galau daripada tenang, galau sudah menjadi tren bagi anak muda maupun kalangan dewasa, kita membangun kebiasaan itu sejak gawai menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup manusia abad ini.

Duduk merupakan sebuah seni, nikmatilah duduk dalam setiap kesempatan, duduk dengan sedemikian rupa sehingga seluruh badan jasmani bisa relaks dan nyaman. Katakan dalam hati, “Aku ingin duduk dengan damai dan tenang, aku izinkan seluruh badan jasmani untuk tetap relaks dan santai.” Kombinasikan dengan beberapa napas masuk dan keluar, Anda boleh mengulang beberapa kali teknik tersebut. Duduk dengan demikian bisa menghadirkan hati yang damai dan tenang, pikiran menjadi jernih. Ini merupakan teknik membangun kebiasaan baru.

Di hadapan Anda sedang lampu merah, di hadapan Anda sedang macet, Anda sepenuhnya boleh memilih untuk mengeluh atau Anda tetap tersenyum sambil menikmati duduk dengan relaks dan santai. Jika Anda mengeluh maka seluruh suasana di dalam mobil akan menjadi keruh. Jika Anda tetap tersenyum santai, suasana di dalam mobil juga akan santai dan nyaman.

Inilah yang disebut meditasi duduk. Tidak hanya duduk di aula meditasi atau baktisala saja disebut sebagai meditasi duduk, ternyata Anda bisa mengubah sikap sehingga setiap kali duduk menjadi meditasi duduk.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Anwar Nagara

Dharmacharya dari silsilah Zen Master Thich Nhat Hanh, Plum Village, dikenal sebagai 真法子「Chân Pháp Tử」. Menerima Penahbisan samanera dari tradisi Theravada dengan nama 釋學賢 「Nyanabhadra」dari Y.M. Dharmavimala. Menerima penahbisan ulang sramanera dari silsilah Mulasarvastivada dari Y.M. Dalai Lama ke-14 di Dharamsala dengan nama Tenzin Donpal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *