Agama Buddha di Indonesia bagian timur masih perlu banyak stimulus untuk menggeliat, salah satunya dilakukan oleh Pemuda Theravada Indonesia (Patria) Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menggelar talkshow “Dhamma is My Way” pada Minggu (13/3) di Fave Hotel Langko, Mataram.
Talkshow menghadirkan tiga pembicara, yaitu Bhikkhu Atthapiyo, Suliarna (Pembimas Buddha NTB), dan Irvyn Wongso (True Direction, Jakarta), dan dipandu oleh Arnadi yang merupakan mantan ketua Patria NTB. Sekitar 150 umat Buddha hadir dalam talkshow tersebut, yang berasal dari Lombok Utara, Lombok Barat, dan Mataram. Hadir pula Bhikkhu Saccadhammo, pembina umat Buddha NTB.
Bhikkhu Atthapiyo berasal dari Nusa Tenggara Timur, tepatnya dari Flores. Ia adalah bhikkhu pertama dari Flores.
“Perjalanan hidup saya bertemu dengan Buddhis itu tidak gampang, itulah mengapa Buddha mengatakan bahwa Dhamma itu permata, bukan batu bata. Saya mengenal Buddhis ketika berumur 22 tahun. Sebelum itu saya tidak tahu yang namanya agama Buddha, karena saya lahir di Pulau Flores, di kota yang dikenal dengan Kota Bunda Maria, ibunya Yesus,” ujar Bhante Atthapiyo.
Ia bercerita bagaimana bisa berkenalan dengan ajaran Buddha ketika tinggal di Semarang mengikuti orangtuanya selepas tamat SMA. “Saya mengenal ajaran Buddha pertama kali dari buku Achan Chah. Sedari kecil saya senang membaca, dan membaca itulah yang mempertemukan saya dengan Buddha Dhamma. Saya menemukan buku meditasi Bodhinyana: Kumpulan Ceramah Achan Chah,” jelasnya.
Setelah membaca buku tersebut, ia semakin banyak membaca buku-buku Buddhis, dan puncaknya adalah ketika ia belajar tentang hukum karma dan tumimbal lahir. “Di situlah pertanyaan-pertanyaan saya tentang kehidupan dari kecil terjawab,” jelasnya.
Untuk mengikuti jejaknya, Bhante Atthapiyo mengajak generasi muda Buddhis, khususnya anak muda Buddhis NTB bangga menjadi seorang Buddhis. “Jadikanlah Dhamma sebagai jalan hidup melalui belajar dan praktik yang tanpa henti. Untuk belajar dan praktik, maka anak muda Buddhis perlu terlibat aktif dalam organisasi atau komunitas Buddhis,” ia berpesan.
Minat anak muda Buddhis di NTB terhadap agamanya memang belum terlalu menggembirakan. Itulah mengapa talkshow ini digelar.
“Kami melihat tingkat ketertarikan generasi muda Buddhis di kota Mataram sangat minim. Bahkan kalau kita melihat di Pulau Lombok ini, pengetahuan Dhamma teman-teman dari Lombok Utara maupun Lombok Barat yang letaknya jauh di desa-desa bahkan gunung, masih jauh lebik baik dibandingkan yang tinggal di kota Mataram,” ujar Dedy Priyanto, ketua panitia talkshow.
Dedy menambahkan, kurangnya kegiatan bernuansa Buddhis dan pembahasan Dhamma menjadi salah satu penyebab berkurangnya minat pemuda Buddhis untuk mendalami agama Buddha. Mereka haus akan kegiatan seperti talkshow ini. Ini terlihat dari antusiasme umat mengikuti talkshow.
“Peserta sangat antusias, bahkan sampai acara selesai belum ada yang mau meninggalkan ruangan. Beberapa peserta mendatangi kami sebagai panitia, mereka mengatakan durasi acara kurang lama. Bahkan beberapa peserta lain yang dari Mataram mendatangi kami juga mengharapkan kegiatan seperti ini harus lebih banyak dilakukan lagi di kota Mataram, karena mereka mengatakan mereka butuh asupan Dhamma seperti ini,” tutup Dedy.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara