• Thursday, 30 November 2017
  • Ngasiran
  • 0

Satu hal yang menarik dari penyelenggaraan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWFC) 2017 selain mempelajari Gandawyuha sebagai tema utama melalui seminar-seminar, tetapi ada sesi pembabaran relief Gandawyuha in situ (di tempat relief) Mandala Agung Borobudur.

Salim Lee, seorang Pandita Buddha yang tekun menerjemahkan Sutra-sutra Mahayana termasuk Gandawyuha, ia menjadi pemateri utama dalam BWFC  yang dihelat pada Kamis – Sabtu (23-25/11). Karena itu, pimpinan komunitas Potowa ini mendapat porsi lebih dalam mewedhar Gandawyuha.

Mempelajari relief-relief Borobudur memang sudah menjadi kegiatan tersendiri bagi Om Salim (begitu biasa muridnya memanggil). Pertemuan Romo Mudji Sutrisno dengan Om Salim sendiri terjadi ketika Om Salim sedang menjelaskan relief Mandala Agung Borobudur kepada para muridnya.

“Beberapa bulan lalu ‘di sebuah pagi’ secara tidak disengaja saya bertemu dengan Saudara Salim Lee di lorong kedua Candi Borobudur. Salim Lee yang di kalangan Buddhis dikenal menekuni Sutra-sutra Mahayana saat itu berada di Borobudur bersama para sahabatnya tengah membabar dan menafsir langsung relief Gandawyuha. Saya dipersilakan mengikuti acara hermeneutika ‘in situ’ itu. Uraian Saudara Salim Lee memikat saya. Saya disadarkan memang pemahaman tentang Gandawyuha menjadi kunci penting untuk menyelami inti Borobudur,” ucap Romo Mudji Sutrisno dalam pidato kebudayaannya.

Hampir semua sesi Om Salim diikuti dengan antusias oleh semua peserta, tetapi yang di luar ekspektasi adalah pembacaan relief in situ yang menurut panitia dibatasi sekitar dua puluh orang namun ternyata peserta membludak. Pembacaan relief in situ sendiri dilaksanakan pada Sabtu, (25/11) dimulai pukul 05.00 WIB di mana sebagaian peserta BWFC melakukan meditasi pagi.

Menurut Om Salim, dibangunnya Mandala Agung Borobudur menunjukkan kebesaran dan kekuatan budaya bangsa Nusantara saat itu. “Meskipun Sutra Gandawyuha sendiri berasal dari India, tetetapi gaya pahatan dan ukiran semua khas Nusantara.”

Sedangkan tujuan dibangunnya Borobudur sendiri adalah sebagai bhumisambhara, ladang mengumpulkan benih dan daya kebajikan. “Borobudur adalah sebuah peta pencapaian potensi tertinggi dari manusia. Kalau mau dipelajari dari bawah sampai atas maka akan memungkinkan untuk mencapai potensi tertinggi manusia itu. Jadi salah satu tujuan didirikan Borobudur adalah untuk menyejahterakan masyarakat sekelilingnya, kesejahteraan spiritual.”

Memahami Mandala Agung Borobudur 

Hingga saat ini, makalah kajian Candi Borobudur telah ada ribuan dengan ratusan pakar. Tetapi menurut Om Salim, dari sekian banyak makalah belum bisa menjelaskan Borobudur secara keseluruhan.

Pendapat struktur Mandala Agung Borobudur yang terdiri dari tiga tingkatan; Kammadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu yang sudah dibantah puluhan tahun lalu masih beredar terutama di kalangan pemandu wisata Mandala Agung ini. “Ada lagi yang mengatakan bahwa bagian bawah candi yang dikatakan ditutup karena banyak ukiran yang mengerikan pun masih beredar padahal ini tidak benar.”

“Kalau mau ditutup ya hanya cukup selembar batu mungkin cukup tapi ini 7 meter saya kira kok kurang tepat. Mungkin itu dibutuhkan daripada kehilangan seluruh candi. Yang paling bawah dikorbankan, dan ini bisa dijelaskan bagaimana peta tadi, peta bagaimana akhirnya kita bisa mencapai potensi tertinggi sebagai manusia,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurut Om Salim pemahaman tentang Mandala Agung Borobudur beserta reliefnya harus mulai dipelajari dan dipahami. “Minimal hari ini kita mulai dari Anda yang hadir semua. Jadi ketika berkunjung ke sini kan tau makna dari relief-relief ini, jadi lebih bermanfaat kunjungan Anda. Relief-relief ini semua mengajarkan sesuatu dan Anda juga harus menularkan ini kepada orang lain.”

Saat ini Om Salim dan tim sedang mengerjakan terjemahan semua relief dan sutra yang ada di Borobudur. “Mungkin buku tentang relief Borobudur dalam beberapa bulan akan selesai. Saya rasa ini akan sangat bermanfaat untuk Kang Mura (ketua pemandu wisata Indonesia yang saat itu ikut pembacaan relief) dan kawan-kawan pemandu lainnya.”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara