• Wednesday, 17 July 2019
  • Ngasiran
  • 0

Berjumpa, srawung untuk saling mengenal kadang menjadi obat mujarab untuk mengurai prasangka dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi hidup di tengah masyarakat yang beragam seperti bangsa Indonesia. Perjumpaan untuk saling mengenal wajib dilakukan untuk menjaga keselarasan.

Untuk mengenal yang lain, mewariskan benih-benih toleransi kepada generasi muda adalah beberapa tujuan dalam kunjungan anak-anak muda Katolik Temanggung saat berkunjung ke Vihara Papringan, Desa Rejosari, Kecamatan Bansari, Temanggung Rabu (3/7).


Pada kunjungan tersebut, Romo Fajar Muhammad, Paroki Gereja Katolik Temanggung mengajak dua puluhan pelajar Katolik Temanggung untuk berjumpa dengan Bhante Jayaratano. Mereka berdialog tentang banyak hal mengenai ajaran Buddha.

Baca juga: Para Siswa Sekolah Katolik Kolese De Britto Jogja Belajar Toleransi di Desa Buddhis

“Kita tujuannya sederhana kok, ingin mengenalkan kepada anak-anak muda bahwa kita hidup ini tidak sendiri, tetapi bersama saudara-saudara yang lain. Tujuannya sama, yaitu kepada Sang Pencipta tapi kan banyak jalan lain, ada jalan banyak. Tapi kita kan sering kali membenarkan dalanku sek bener, begitu,” kata Romo Fajar kepada BuddhaZine.

“Kalau anak-anak muda diajak, dikenalkan nanti kan masa depan mereka lebih baik, lebih cerah lagi bila dibanding dengan zaman kita, zaman congkrah koyo ngene. Kita kalau sudah tua, tidak memberi warisan seng apek, becik ngono rodo rekoso. Iku mawon, sederhana. Jadi kita katakan, mari teman-teman tujuan kita kan untuk mengenal, belajar maka yang kita butuhkan tidak hanya datang ke tempat ibadah. Kalau ke tempat ibadah kan hanya ndelok, tapi kita datang belajar diskusi bertemu dengan sumbernya, ada bhante. Jadi aspek itu juga,” imbuh lanjut Romo Fajar.


Tak hanya mengunjugi vihara, sebelumnya para pelajar Katolik juga sudah melakukan kunjungan dan dialog ke beberapa komunitas agama lain. Seperti; Pengurus Cabang Nahdatul Ulama, Temanggung, Gereja Kristen Protestan Temanggung juga ke Klenteng Temanggung.

“Dan kita juga tidak borongan, borongan berarti sehari kita mau ke rumah-rumah ibadah. Itu kan malah sayah awakke, tidak bisa mencerap, tidak bisa belajar. Belajar dalam arti ini kan mereka belajar yang tidak tanya itu kan bisa belajar mencerap dari pertanyaan teman-temanya. Itu bisa membekali apalagi mereka ini kan calon-calon pemimpin kita,” jelas Romo Fajar.

Sementara itu, Bhante Jayaratano menyambut baik kunjungan Romo Fajar dan rombongan. Menurutnya, perjumpaan ini sangat baik untuk dilakukan oleh manusia yang mempunyai sifat sosial. Bahkan bila semua kondisi memungkinkan, bhante mempunyai rencana untuk melakukan kunjungan balasan.


“Suatu contoh yang sangat baik menurut saya, tinggal kita mengatur waktu, menyepakati kondisi-kondisi yang mendukung sehingga, pertemuan seperti ini sangat baik, bisa membuka bahkan mencerahkan kita bahwa manusia punya sifat sosial, punya sisi sosial menghargai, membantu, menolong apalagi kita mempunyai dasar Pancasila sebagai penguat dan penyatu kita. Sehingga kita kegiatan ini saya kita perlu digiatkan, tidak hanya ke rumah-rumah ibadah tetapi juga ke sekolah-sekolah,” tutur bhante.

Tak hanya dialog, pada kunjungan itu Bhante Jaya juga mengajak Romo Fajar dan rombongan keliling area Vihara Papringan. Obrolan ringan nan hangat juga terjadi saat santap siang diruang santai Vihara Papringan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara