• Thursday, 31 August 2017
  • Ngasiran
  • 0

“Agama Buddha selama ini disimpan lestari oleh kearifan lokal di pedesaan,” ujar Saryanto dalam pembukaannya.

Sarasehan kebangsaan dengan tema “Wong Ndeso Mbangun Bangsa” berlokasi di Lapangan Bola Dusun Krecek, Desa Getas, Temanggung, (27/8). Pelbagai Kegiatan seperti mengarak 17 Tumpeng, 8 bubur merah putih dan 45 nasi golong telur memulai acara ini yang dilanjutkan pentas seni kuda kepang dan warok yang diikuti oleh lebih dari 100 orang.

Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 500 umat Buddha dari seluruh Kabupaten Temanggung dan Semarang. Bambang Sukarno, Bupati Temanggung, Camat Kaloran dan pejabat pemerintahan pun ikut hadir dalam acara ini.

Membuka sarasehan, Maman, sebagai pembicara pertama menyampaikan bahwa orang desa seperti dirinya pun bisa mengambil studi S2 di luar negeri. Menurutnya, setiap pemuda dari desa sekalipun mempunyai kesempatan itu bila mempunyai kemauan.

“Untuk menjadi orang yang maju, intinya kita harus berani bertanya dan mempertanyakan segala sesuatu di sekitar kita. Kalau mau ambil contoh teladan, Sidharta Gotama adalah contoh yang tepat dalam hal ini, sebelum memutuskan meninggalkan istana untuk mencari kebenaran sejati, beliau mempertanyakan dulu hal-hal yang dilihatnya,” ujarnya memulai.

“Ini juga bisa kita terapkan sebagai pemuda di desa, pada intinya kita harus berani keluar dari zona nyaman. Salah satu contohnya, ketika kita menanam cabai misalnya, ketika cabai yang kita tanam tidak mau berbuah bahkan mati, kita harus berani mencari apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya,” jelasnya.

Sementara itu Widodo Brotosejati meminta jangan pernah meremehkan orang desa. “Semua itu dari desa, sebelum ada negara semua dimuali dari desa. Semua pemimpin-pemimpin yang ada dalam pemerintahan semua adalah orang desa. Oleh karena itu, ilmu sangkan paraning dumadi,” tutur Pak Wid.

“Nilai luhur yang ada dalam kearifan Jawa adalah rukun agawe sentosa, crah agawe bubrah (bersatu kita teguh, berkonflik membuat kita berantakan). Bumi beserta isinya ini sudah pasti berbeda-beda dan ini adalah kodrat dari Yang Maha Kuasa oleh karena itu, kerukunan dalam perbedaan harus dijunjung tinggi. Tugas kita sebagai manusia adalah memayu hayuning bawana ‘mempercantik dunia seisinya’ yang harus kita mulai dari memayu hayuning pribadi,” jelasnya.

Ajaran Buddha Membangun Bangsa

Bupati Temanggung, Bambang Sukarno mengapresiasi acara yang digagas oleh pemuda Buddhis. Menurutnya pemuda Buddhis harus bergerak, harus ikut mendorong perubahan Temanggung ke arah yang lebih baik. “Pertemuan ini niatnya apa? Niatnya adalah kebersamaan untuk membangun Temanggung bersama-sama.”

“Tadi sambutanya Ketua Panitia (Saryanto-red) sangat bagus seperti menteri, menyampaikan soal kopi dan lain-lain. Memang benar, Temanggung ini sangat kaya, Temanggung ini sangat istimewa. Kita punya Sindoro – Sumbing, Prau. Kita punya tembakau, kopi, bawang merah ini semua kekayaan Temanggung. Pemuda Buddhis juga harus ikut mendorong perkembangan produk-produk ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Bhante Jotidhammo menyampaikan bahwa pengetahuan, keinginan berubah dan semangat adalah kunci umat Buddha turut dalam membangun bangsa.

“Tadi Maman sudah menyampaikan jangan berhenti bertanya, tanya-tanya-tanya untuk memperoleh pengetahuan. Setelah pengetahuan ada harus mempunyai keinginan yang baik untuk berubah, keinginan yang baik sangat baik untuk membangun bangsa.

“Etos kerja, etos kerja itu apa? Adalah semangat, tetapi harus disertai keinginan, cita-cita itulah yang nantinya membuat kita bersemangat. Tentu keinginan ini adalah yang harus membangun kehidupan kita bersama.

“Apa yang disampaikan Pak Bupati ini adalah hal yang nyata, umat Buddha dan pemuda-pemudinya ikut berubah bersama dengan pemerintah, mendukung semua program yang baik yang dibuat oleh pemerintah. Jadi umat Buddha juga harus ada keinginan berubah ke arah yang lebih baik,” jelas Bhante.

Selain diskusi dengan para pembicara, acara sarasehan ini juga diselingi dengan tarian-tarian istimewa dari Gamelan Mpu Santi. Acara ini diakhiri dengan potong tumpeng dan pembagian hasil tani masyarakat Temanggung yang dilakukan oleh para penari.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara