Waisak 2560 BE/2016 sepertinya akan berlangsung meriah karena begitu banyak event pendukung yang digelar, selain tentu saja peringatan Waisak itu sendiri. Beberapa event besar yang tercatat adalah Festival Waisak untuk Indonesia di Ancol, Jakarta 28 April – 29 Mei; Waisak Anak Indonesia di Jakarta 14 Mei dan Tangerang 15 Mei; Vesak Festival di Surabaya 18-22 Mei; Waisak Fair di Medan 21-22 Mei; Waisak Nasional di Candi Borobudur 22 Mei; hingga Konser Sound of Wisdom Imee Ooi di Medan 4 Juni dan Jakarta 12 Juni.
Untuk memulai gema Waisak itu semua, gong akan mulai ditabuh pada Minggu (24/4) dengan diadakannya pindapata massal Gema Waisak yang diadakan oleh Sangha Theravada Indonesia di Kota Tua Jakarta. Ini adalah gelaran rutin tahunan, dan kali ini telah memasuki tahun kesembilan dengan melibatkan lebih dari 30 anggota Sangha. Pindapata akan dimulai dari pukul 06.00 pagi dengan rute Museum Fatahillah (depan BNI) – Beos – Pintu Besar Selatan – Hayam Wuruk – Harco – Lindeteves – berputar Jl. Gajah Mada – Pintu Besar Utara – kembali menuju Museum Fatahillah. (Baca Gema Waisak 2559 BE/2015 Dimulai dengan Pindapata)
Dalam rilis yang diterima BuddhaZine, selain pindapata, sehari sebelumnya yaitu tanggal 23 April digelar juga wayang kulit dan tradisi sesaji budaya ‘abhisekha’ secara Buddhis, atau oleh masyarakat luas lebih dikenal dengan istilah ‘ruwatan’. Acara ini dimulai pukul 18.00 WIB di Museum Fatahillah, Kota Tua Jakarta di mana diadakan juga doa keselamatan bangsa secara lintas agama dan lintas budaya.
Inti dari upacara ruwatan adalah upaya menghimpun energi positif supaya tetap mengalir untuk mengeliminir energi negatif. Menurut Bhikkhu Dhammasubho, Ketua Dewan Sesepuh Sangha Theravada Indonesia, “Dalam tradisi Buddhis, ‘abhisekha’ (ruwatan) adalah salah satu cara menghimpun energi positif lewat jalur budaya puja mantra. Hal ini bertujuan untuk menggali dan menemukan kembali energi positif yang oleh masyarakat terasa hilang.”
Di tengah era ruwet, abad sibuk, zaman reformasi, generasi dominan saintis serba mesin, manusia bekerja dengan mengikuti cara mesin, sedangkan mesin tidak mempunyai perasaan, menempatkan harga materi di atas harga diri dan tidak merasa risih harga diri jatuh demi materi. Akibatnya terjadi pembunuhan di mana-mana, terkadang mengatasnamakan agama. Pindapata dan ruwatan adalah salah satu upaya memuliakan hidup.
Dunia akan selamat oleh orang-orang yang malu berbuat jahat dan takut akan akibatnya. Orang-orang akan selamat, bukan dengan “pagar kawat berduri”, melainkan dengan “pagar hati” yang membuat seseorang takut dengan dirinya sendiri dan tahu makna cinta yang sebenar-benarnya. Untuk itu, Sangha Theravada Indonesia memilih tema Waisak 2560 BE/2016 “Cinta Kasih Penjaga Dunia”.
Jadi, jangan lupa hari Minggu (24/4) mulai pukul 06.00 pagi, siapkan hati Anda untuk memberikan dana kepada para bhikkhu. Dan bersiaplah menyambut Gema Waisak 2560 BE/2016!
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara