Ketua Dewan Pengawas Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), Sudhamek AWS, menilai warisan (legacy) Buya Syafi’i Ma’arif dalam kepemimpinan dan pemikiran kebangsaan tidak akan tergantikan oleh sosok orang lain. Tapi, legacy Buya Syafi’i dapat diteruskan oleh sistem dan organisasi.
“Seorang great leader seperti buya Syafi’i Ma’arif tidak bisa digantikan orang, tapi organisasi, organisasi yang memiliki strategic management.” ucap Sudhamek AWS dalam Takziah Virtual MAARIF Institute untuk BUYA AHMAD SYAFII MAARIF, Rabu, 1 Juni 2022.
Sudhamek menyatakan, hal tersebut juga terjadi seperti tokoh-tokoh besar lainnya. Seperti Gus Dur dan Cak Nur. Ketika Gus Dur meninggal, siapa orang yang akan menjadi penggantinya? Tidak ada. Namun organisasi.
“Yang akan menggantikan Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi’i adalah kita dan organisasi yang ditinggalkannya” ucap Sudhamek.
Mengenang Buya Syafi’i, Sudhamek merasa bahwa meskipun sedih, namun tetap mengikhlaskan. Tidak perlu “digondeli” dengan berbagai tangisan. Buya adalah sosok yang penuh dedikasi.
“87 tahun perjalanan hidup beliau, memberikan kemanfaatan kepada banyak manusia. Di organisasi Buddhis yang kami bangun, Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), beliau berkenan di dewan konsultatif. Sejak saya menjadi ketua umum, sampai beliau wafat” pungkas Sudhamek. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara