Salah satu persoalan mendasar umat Buddha di era 1970’an adalah kurangnya guru agama Buddha dan Dhammaduta. Umat Buddha yang saat itu baru mulai tumbuh dan berkembang di pelbagai pelosok tanah air hanya belajar membaca paritta dan ajaran Buddha dari buku-buku yang sangat terbatas.
Melihat kondisi itu, pada tahun 1976 beberapa umat Buddha di Jakarta mendirikan Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda. Yayasan yang didirikan didirikan oleh dr. Ratna Surya Widya, Soeparto dan Elly Tan Ek Tek ini kemudian menyelenggarakan Akademi Buddhis Nalanda (ABN). Secara yuridis ABN berdiri sejak 20 Januari 1978, namun baru pada tanggal 1 Agustus 1979 secara resmi memulai aktifitas perkuliahan.
Dengan adanya ABN yang pada tahun 1987 berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Nalanda menjadi harapan baru bagi perkembangan Pendidikan agama Buddha di Indonesia. Umat Buddha dari berbagai daerah mulai mempelajari agama Buddha secara mendalam di kampus Buddhis satu-satunya pada masa itu. Tetapi yang lebih penting dari itu adalah lahirnya sarjana agama Buddha yang kemudian menyebar ke seluruh tanah air.
Menuju 40 tahun
Setelah melalui perjalanan panjang, pada tahun 2019 Nalanda akan memasuki usia ke 40 tahun. Usia yang sudah cukup matang bagi sebuah kampus Buddhis di Indonesia. Bila dilihat dari hasil lulusanya, Nalanda telah meluluskan lebih dari 400 sarjana Buddhis. Mereka adalah penjaga Buddhadharma diseluruh pelosok tanah air dengan menjadi guru agama Buddha, guru sekolah minggu Buddhis, menjadi dhammaduta hingga mengisi ruang-ruang birokrasi di pemerintahan.
Karena itu hari Minggu (11/11) sebagai salah satu rangkaian menyambut 40 tahun Nalanda, Alumni yang tergabung dalam Ikatan Alumni Nalanda (ILUNA) bersama Mahasiswa menggelar tumpengan dan turnamen futsal. Acara yang diikuti oleh Pemuda Buddhis Temanggung, Jepara, STAB Sriwijaya, Mahaprajna, SMA Tri Ratna, Mahasiswa dan Alumni Nalanda ini dilaksanakan di Aula Kampus dan lapangan futsal Nalanda.
Baca juga: Spirit Baru STAB Nalanda
Sugeng, pembantu ketua III bidang kemahasiswaan menyambut baik atas terselenggaranya acara ini. Menurutnya generasi muda Buddhis terutama Mahasiswa dan Alumni Nalanda harus memberi sumbangsih besar untuk perkembangan agama Buddha ke depan. “Saya ucapkan terima kasih kepada para alumni yang hari ini sudah mau kembali ke rumah yang kedua, harapannya ke depan silaturahmi ini tidak hanya berhenti sampai di sini. Bukan hanya Mahasiswa dan Alumni Nalanda saja, tetapi seluruh pemuda dan mahasiswa Buddhis di Indonesia,” tuturnya.
Alumni Nalanda ini juga menantang para mahasiswa dan pemuda Buddhis untuk menggelar acara yang lebih besar. “Saya berharap dari titik muncul pemikiran rencana ke depan, para mahasiswa dan pemuda Buddhis sudah tidak terhalang oleh sekat gedung STAB Nalanda, Sekat STAB Sriwijaya, Sekat STAB Mahaprajna, wilayah Jepara, Temanggung, Lampung dan lain-lain. Tetapi kita menjadi satu warna, berkolaborasi membuat satu kegiatan yang dipelopori oleh pemuda dan remaja Buddhis Indonesia,” ajaknya.
Sementara itu, Tjan Sie Tek mewakili Yayasan Nalanda menyampaikan bahwa Nalanda bukan hanya milik Yayasan dan STAB Nalanda. Tetapi milik semua umat Buddha dan di Indonesia. “Adik-adik yang hadir di sini adalah bagian dari Nalanda, jadi kapan saja datang membuat kegiatan di sini silakan. Asal kegiatan itu positif dan demi perkembangan Buddhadharma di Indonesia.”
Demi rasa bakti terhadap almamater
Semarak menuju 40 tahun Nalanda adalah kegiatan yang digagas oleh para Alumni dan Mahasiswa STAB Nalanda. Kegiatan berupa tumpengan dan turnamen futsal ini direncanakan hanya dalam waktu kurang dari satu minggu.
“Alumni Nalanda itu sudah sangat banyak, lebih dari 400 orang. Kita berkumpul dalam organisasi ILUNA, tapi selama ini belum mempunyai sumbangsih yang berarti untuk Nalanda,” tutur Supardi, salah satu alumni Nalanda yang lulus tahun 2015.
Karena itu, pada momentum hari sumpah pemuda, dan menuju ulang tahun ke-40, dia dan beberapa teman menggagas kegiatan ini sebagai wujud bakti terhadap almamater. “Awalnya hanya mau melempar ide, pengen tau reaksi para alumni yang sudah senior. Ternyata mereka antusias, bahkan dalam waktu kurang dari lima hari untuk kebutuhan dana dapat terpenuhi dari iuran alumni. Melihat ini saya berani menyimpulkan bahwa para alumni Nalanda sangat mencintai almamaternya,” imbuh Supardi.
Melihat kesuksesan acara ini, semakin optimis untuk menggelar acara yang lebih besar pada puncak acara 40 tahun Nalanda. “Saya banyak bepergian dan bertemu para alumni Nalanda, mereka rata-rata bertanya kapan alumni Nalanda reuni dengan menanggap wayang? Jadi saya rasa ini adalah waktunya kita menyusun rencana untuk reuni akbar itu.”
Karena itu, lulusan Nalanda tahun 2011 ini mengajak pengurus ILUNA mulai mendata dan berkomunikasi dengan semua lulusan Nalanda agar rencana ini bisa terlaksana. “Targetnya, tahun depan kita wayangan di Nalanda, tapi untuk menuju ke sana harus ada rencana yang matang dan melibatkan semua alumni,” pungkas pemuda asal Jepara ini.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara