• Tuesday, 8 September 2020
  • Deny Hermawan
  • 0

Tinggalan arkeologis pada masa Shiwa- Buddha di kawasan kepurbakalaan Padang Lawas Sumatra Utara tersebar di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara. Tinggalan-tinggalan arkeologis baik berupa struktur, reruntuhan, hingga gundukan tanah bisa ditemukan di kawasan tersebut. Salah satu peninggalannya adalah arca Hevajra, yang merupakan perwujudan Buddha dalam Tantra Buddhis Vajrayana.

Hal tersebut disampaikan oleh Andri Restiyadi, MA, seorang peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Utara dalam webinar Peninggalan Hindu-Buddha di Padang Lawas dan Mandailing. Acara digelar oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara secara daring, Rabu (2/9/2020) siang.

Andri mengakui, ada yang menyebut arca itu sebagai Heruka, dewata yang lainnya dalam Tantra Buddhis. Namun berdasar isi Prasasti Aek Sangkilon yang berasal dari abad XIII Masehi yang telah diteliti oleh pakar, menurutnya itu adalah arca Hevajra.

Lewat presentasinya, Andri menyebut bahwa prasasti yang memuat sebuah angka tahun yaitu 1314 Saka (1392 Masehi) itu memiliki isi sebagai berikut:

(1) hūm
(2) [siddham] °om aṣṭāna
(3) caturvimśatinetrāya tadanu
(4) tadanu ……ṣ[e] kapālamālāneka
(5) māraya māraya kāaraya kāra
(6) kāra ……(sāga)rān · vandhaya vandha
(7) vandha rakṣa rakṣa śrīkaruṇālaya vi
(8) ……(ruka)sya sapari
(9) darānandasya dīpaṁkarasya datra

Prasasti Aek Sangkilon tersebut diperkirakan merupakan mantra Buddhis Vajrayana. Andri menjelaskan, menurut sejumlah pakar formula penulisan prasasti tersebut memiliki kemiripan dengan formula penulisan mantra dalam sadhana Tantra Hevajra:

om ashtananaya / pingalordhvakesha
vartmane tsaturvinshatinetraya
shodashabhujaya / krishnajimu-
tavapushe / kapalamalaneka dharine
/ adhyanta krura cittaya / ardhentu
damshtrine / om maraya maraya
/ karaya karaya / garjaya garjaya /
tarjaya tarjaya / shoshaya shoshaya
/ sapta-sagaran / bandha bandha /
nagashtakan / grihna grihna / shatrun /
ha ha hi hi hu hu he hai ho hau ham hah
phat svaha

“Jadi ada beberapa kata-kata yang mirip, antara yang kiri [Prasasti Aek Sangkilon] dan yang kanan [mantra sadhana Hevajra]. Dan ini sudah jelas menunjukkan arahnya Hevajra,” jelas Andri.

Sebagai tambahan informasi, Hevajra sendiri adalah salah satu istadewata (yidam) tertinggi yang ada dalam tradisi Buddhisme Tibetan, terutama dalam aliran Sakya. Konon Buddha mengajarkan Tantra Hevajra di Magadha dengan mengubah wujudnya menjadi Sri Hevajra.

Data dari Wikipedia menyebut, selain dipraktikkan luas di India kuno dan Tibet, Tantra Hevajra juga sempat masuk ke Tiongkok di abad ke-10, walau tidak populer. Dan berdasar peninggalan yang masih ada, dapat disimpulkan bahwa Tantra Hevajra juga dibawa ke Kamboja selama Kekaisaran Khmer. Praktiknya pun sempat berkembang pesat baik di Kamboja maupun Thailand dari abad ke-10 hingga ke-13.

Deny Hermawan

Editor BuddhaZine, penyuka musik, film,
dan spiritualitas tanpa batas.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *