• Friday, 17 January 2020
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Bintang baru dunia golf Thailand, Atiwit Janewattananond, disingkat “Jazz,” mengatakan minggu ini bahwa latihan meditasi yang ia pelajari saat menjadi seorang bhikkhu tetap penting bagi karirnya. Janewattananond, 24, yang kini berada di peringkat 40 besar dunia dan akan bermain di US Masters di Augusta, Georgia pada April, mengatakan bahwa dia masih bermeditasi setelah menjalani sebuah periode sebagai bhikkhu sementara di Thailand.

“Saya masih melakukannya,” ujar Jazz. “Tidak setiap saat, saya melakukannya ketika saya merasakan ada sesuatu yang tidak beres, atau saya merasa perlu kembali ke kedamaian atau ketika sesuatu menjadi gila.” (The Phuket News)

Bintang yang sedang naik daun – yang diberi nama singkat oleh ayahnya yang suka musik – adalah pemain termuda yang berhasil masuk ke acara Tour Asia di Bangkok tahun 2010 saat berusia 14 tahun. Setelah menjadi pemain profesional pada usia 15 tahun dan menghadapi beberapa tahun yang sulit, Janewattananond mengambil rehat dari golf dengan ditahbiskan sebagai bhikkhu pada tahun 2016.

Dia menghabiskan dua minggu hidup sebagai seorang bhikkhu, mengenakan jubah safron di sebuah wihara Theravada Thailand di utara kota Chiang Rai, dia menjalani rutinitas ketat yaitu makan terbatas, melafal, dan meditasi. Latihan penahbisan sementara bukanlah hal yang jarang bagi para pemuda di Thailand. Seperti yang dituliskan Thomas Borchert: “Sebagian besar pria Thailand akan ditahbiskan hanya untuk beberapa hari, meskipun seringnya selama dua minggu atau selama musim hujan. Tidak ada stigma sosial ketika mereka menanggalkan jubah mereka.” (Little Buddhas: Children and Childhoods in Buddhist Texts and Traditions, 250).

Di Chiang Rai ia belajar di bawah bimbingan Phra Maha Vudhijaya Vajiramedhi, yang telah diakui secara internasional atas upaya belas kasihnya melindungi para pengungsi. “Saya belajar darinya bahwa kebahagiaan adalah hal terbesar dalam hidup,” kata Janewattananond saat mengingat masanya mengenakan jubah.

“Sebelum itu, golf adalah segalanya bagi saya dan itu memberi saya banyak tekanan selama kompetisi. Saya telah bersaing dengan lebih sedikit tekanan sejak saat itu dan mulai mendapatkan hasil yang lebih baik.” (The Golf News Net)

Phra Vudhijaya Vajiramedhi menerima sebuah penghargaan dari PBB tahun 2018. Foto: nationthailand.com

Setelah lepas jubah, Janewattananond kembali memasuki kehidupannya sebagai pegolf profesional, memenangkan acara Tour Asia pertamanya beberapa bulan kemudian di Bangladesh. Sejak itu dia telah memenangkan lima acara Tour Asia lainnya, termasuk di India, Singapura, Korea, dan Thailand. Tahun 2019 ia memenangkan empat penghargaan Tour Asia termasuk penghargaan Pemain Terbaik Tahun Ini.

Mengomentari undangan untuk bermain di Masters di Augusta, Janewattananond mengatakan: “Saya hanya mencoba untuk membiarkannya berlalu karena saya tidak dikonfirmasi ikut Masters hingga sekitar empat minggu lalu. Banyak turnamen yang dikonformasi karena saya masuk ke dalam 50 besar. Saya mencoba mencari tahu dan mencoba meraih semuanya. Ini pertama kalinya bagi saya jadi saya harap ini akan baik-baik saja. Tujuan saya adalah menjadi 30 besar dunia – itu adalah tujuan jangka pendek saya,” tambahnya. (South China Morning Post)

Menyuarakan filosofi buddhis dalam komentarnya tentang kekalahan sebelumnya, dia mencatat: “Saya agak terlalu agresif. Anda harus bermain di lapangan, bukan untuk menundukkannya… bermain dengan hormat.” (The Phuket News). Sumber: buddhistdoor.net

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara